0% found this document useful (0 votes)
57 views27 pages

Hang Tuah Medical Journal: Literatur Review

The document discusses a literature review on the effect of hyperbaric oxygen therapy as an adjuvant to radiotherapy and chemotherapy in cancer cells. It analyzed 11 studies, with 10 finding hyperbaric oxygen therapy had various effects on radiotherapy and chemotherapy in cancer cells, like increased efficacy, sensitivity, and survival rates, while 1 study found no effects.

Uploaded by

Ayu Nur Fadilah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
57 views27 pages

Hang Tuah Medical Journal: Literatur Review

The document discusses a literature review on the effect of hyperbaric oxygen therapy as an adjuvant to radiotherapy and chemotherapy in cancer cells. It analyzed 11 studies, with 10 finding hyperbaric oxygen therapy had various effects on radiotherapy and chemotherapy in cancer cells, like increased efficacy, sensitivity, and survival rates, while 1 study found no effects.

Uploaded by

Ayu Nur Fadilah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd

Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No.

1 (2021)

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL


www.journal-medical.hangtuah.ac.id

Literatur review

Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik sebagai Adjuvan Radioterapi dan


Kemoterapi terhadap Sel Kanker

WINDU ASMARA PUTRA ARYA1, DJATI WIDODO EDI PRATIKNYA 1, NABIL

BAHASUAN1

1Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

penulis korespondensi : [email protected]


Abstract

Background : Cancer is non-infectious disease that become world”s burden today. In


order to support the main treatment for cancer, hyperbaric oxygen therapy can be an
option to be adjuvant therapy. Goal of this research is to know the influence of
hyperbaric oxygen therapy as an adjuvant to radiotherapy and chemotherapy at
cancer cell.
Method : This research use literature review as a method. Journal that used in this
research is international journal that indexed in scimago or national journal that
indexed in sinta that published from 2016 up to 2021. This research is held from April
2021 – September 2021. Research has been done in Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya.
Results : In this research, 11 studies has been collected where 10 among them
stated that hyperbaric oxygen therapy give an influence toward radiotherapy and
chemotherapy at cancer cell, while 1 study show there are no influence at all toward
radiotherapy and chemotherapy. There are limitations in this research where studies
which reviewed have different instruments, design, and therapeutic dose, thus make
this research difficult to conclude.
Conclusion : 10 from 11 studies show hyperbaric oxygen therapy vary in effect to
radiotherapy and chemotherapy in cancer cell like effication, sensitivity, work, toxicity
effect, and inhibition effect improvement, also improvement of survival rate at
cancerous patient, while 1 study show hyperbaric oxygen therapy has no effect
toward radiotherapy and chemotherapy.
Keywords : hyperbaric oxygen therapy, radiotherapy, chemotherapy, cancer cell

132
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Abstrak

Latar belakang : Penyakit kanker adalah jenis penyakit tidak menular yang
merupakan beban dunia saat ini. Dalam mendukung pengobatan utama kanker,
terapi oksigen hiperbarik dapat menjadi terapi adjuvan untuk kanker. penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi oksigen hiperbarik sebagai adjuvan
radioterapi dan kemoterapi pada sel kanker.
Metode : Jenis penelitian ini adalah literature review. Jurnal yang dipakai dalam
penelitian ini adalah jurnal internasional yang terindeks di Scimago atau jurnal
nasional yang terindeks di Sinta yang dipublikasikan pada tahun 2016 hingga tahun
2021. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April 2021 – September 2021. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.
Hasil : Pada hasil penelitian terdapat 11 studi dimana 10 diantaranya menyatakan
adanya pengaruh terapi oksigen hiperbarik terhadap kemoterapi dan radioterapi pada
sel kanker, sementara 1 studi menyatakan tidak ada pengaruhnya. Penelitian ini juga
memiliki keterbatasan, yaitu studi yang direview memiliki instumen, desain, serta
dosis pemberian terapi oksigen hiperbarik yang berbeda-beda sehingga sulit untuk
menyimpulkan hasil penelitian.
Kesimpulan : 10 dari 11 studi pada penelitian ini menyatakan bahwa terapi oksigen
hiperbarik memiliki berbagai pengaruh terhadap kemoterapi dan radioterapi pada sel
kanker seperti peningkatan efikasi, sensitivitas, kerja, dan efek toksisitas dan inhibisi,
serta peningkatan survival rate pada pasien kanker, sedangkan 1 studi lainnya
menyatakan bahwa terapi oksigen hiperbarik tidak memiliki pengaruh apapun
sebagai adjuvan terapi.

Kata kunci : terapi oksigen hiperbarik, radioterapi, kemoterapi, sel kanker

133
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

PENDAHULUAN

Penyakit kanker adalah jenis penyakit tidak menular yang merupakan beban
dunia saat ini yang diikuti dengan penyakit janting iskemik dan stroke (Kementrian
Kesehatan RI, 2019; Mattiuzzi and Lippi, 2019). IARC, suatu badan penelitian kanker
dunia, menyatakan kanker terjadi pada satu dari lima pria dan satu dari lima wanita
(World Health Organization, 2020b). Menurut WHO kanker menjadi penyebab
kematian yang utama di dunia dan pada tahun 2020 jumlah kasus kanker baru di
segala usia dan jenis kelamin mencapai 19.292.789 kasus (Kementrian Kesehatan
RI, 2019; World Health Organization, 2020b). Hal ini mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan jumlah kasus baru yang terjadi pada tahun 2018, yaitu sekitar
18 juta kasus (Mattiuzzi and Lippi, 2019). Data dari WHO mencatat kematian akibat
kanker di seluruh dunia pada tahun 2020 mencapai 10 juta jiwa (World Health
Organization, 2020a). Setengah dari total kematian yang terjadi, sebesar 58.3%,
terjadi di Asia menjadikan Asia penyumbang kasus kanker terbesar di dunia (Sung et
al., 2021). Hal ini juga bisa dikarenakan negara-negara dengan populasi yang besar
seperti India, Cina, dan Indonesia berada di benua Asia (Kementrian Kesehatan RI,
2019)

Di Indonesia kasus kanker baru tercatat 396.914 kasus pada tahun 2020
(World Health Organization, 2020c). Pada beberapa tahun terakhir kasus kanker
terus mengalami peningkatan (Kementrian Kesehatan RI, 2019). Kasus kanker di
Indonesia sendiri paling banyak terjadi di perkotaan dibandingkan dengan pedesaan
hal ini terjadi karena adanya perilaku hidup sedenter dan kurangnya olahraga
(Kementrian Kesehatan RI, 2019). Tentunya berbagai upaya dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dalam menangani kasus kanker yang terjadi (Kementrian
Kesehatan RI, 2019). Upaya pendekatan berupa promotif dan preventif telah
dilakukan pemerintah begitu pula tindakan pengobatan utama yang terdiri dari
pembedahan, penyinaran, dan kemoterapi (Kementrian Kesehatan RI, 2019).

Dalam mendukung pengobatan utama kanker yang diupayakan pemerintah,


terapi oksigen hiperbarik dapat menjadi terapi adjuvan untuk kanker (Moen and

134
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Stuhr, 2012). Berdasarkan hal ini peneliti ingin meneliti tentang pengaruh terapi
hiperbarik sebagai adjuvan terapi radioterapi dan kemoterapi pada sel kanker.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literatur
atau tinjauan pustaka. Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan
pengetahuan, menjadi panduan untuk suatu kebijakan dan penerapan, menyajikan
bukti dari suatu efek, serta, jika penelitian dilakuakan dengan baik, dapat menjadi
dasar untuk teori dan penelitian selanjutnya (Snyder, 2019). Jurnal yang dipakai
dalam penelitian ini adalah jurnal internasional yang terindeks di Scimago atau jurnal
nasional yang terindeks di Sinta yang dipublikasikan pada tahun 2016 hingga tahun
2021. Jurnal yang tidak diambil dalam penelitian ini adalah jurnal internasional yang
tidak terindeks di Scimago atau jurnal nasional yang tidak terindeks di Sinta yang
dipublikasikan pada tahun 2016 hingga tahun 2021. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari artikel yang diambil dari jurnal
internasional atau nasional dengan minimal jumlah 10 artikel yang terindeks di
Scimago dan Sinta yang dipublikasi pada tahun 2016 hingga tahun 2021. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.
Waktu penelitian berlangsung dari bulan April 2021 – September 2021.

HASIL PENELITIAN

Jurnal artikel yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dan dicari
melalui database jurnal online, yaitu PubMed dan Google Scholar. Berdasarkan
pencarian tersebut, didapatkan 11 artikel. Kata kunci yang digunakan pada pencarian
tersebut sesuai dengan pembahasan dan topik yang berkaitan dengan tujuan dan
judul dari penelitian ini, sehingga rumusan masalah penelitian ini dapat terjawab.
Jurnal artikel yang didapatkan juga sudah memenuhi syarat dan ketentuan penulisan,
yaitu merupakan jurnal nasional atau internasional yang terindeks di sinta atau
scimago.

135
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Tabel 1. Karakteristik umum dalam penyeleksian studi (n=11)

Kategori n %
Tahun
Publikasi 3 27
2017 3 27
2018 4 37
2019 1 9
2020 0 0
2021
Total 11 100
Desain
Penelitian
Analitik 8 73
eksperimental
Analitik 3 27
observasional
Total 11 100
Keterangan :
N : jumlah
% : satuan dalam persen

136
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Tabel 2. Terapi oksigen hiperbarik sebagai adjuvan kemoterapi

No Penulis, Metode Judul Pemberian HBOT Isi


tahun,
Sebelum Sesudah
volume,
angka

1 Mast and Volume 8, hal. 1-9 Hyperoxygenation as a - - Terjadi peningkatan pO2 pada
Kuppusamy, therapeutic supplement kanker dan efikasi radioterapi pada
Desain penelitian
2018, Volume for treatment of triple kombinasi obat kemoterapi
:
8, hal. 1-9 negative breast cancer paclitaxel dengan terapi oksigen
analitik hiperbarik. Namun, pada kondisi
eksperimental seperti disfungsi vaskular dapat
terjadi penurunan respon terhadap
Sampel :
terapi oksigen hiperbarik.

86 tikus

Instrumen :

Pemberian terapi
oksigen dengan
custom-made air
tight chamber
flushed dengan
gas oksigen 100%

137
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

(100%oxygen; 2
ATA; durasi 90
menit) per hari,
selama 21 hari

2 Qi et al., 2017, Desain penelilitan Effects of hyperbaric - - Pengobatan terapi oksigen


Volume 6, hal. : oxygen treatment on hiperbarik pada kanker masih
475 - 479 gastric cancer cell line kontroversial. Terapi oksigen
Analitik
SGC7901 hiperbarik dapat menurunkan
eksperimental
kejadian hipoksia jaringan sehingga
Sampel : dapat meningkatkan sentitivitas sel
kanker terhadap radioterapi dan
Sel kultur
kemoterapi. Namun, untuk

Instrumen : penggunaan terapi oksigen


hiperbarik secara mandiri masih
Pemberian terapi kontroversial, beberapa studi
oksigen hiperbarik mengatakan terapi oksigen
95% sebesar 0.2 hiperbarik dapat menghambat
Mpa selama 60 sedang kan beberapa studi lain
menit mengatakan dapat menyebabakan
metastase.

3 Iyikesici, 2020, Desain penelitian Survival Outcomes of - Diberikan Terapi oksigen hiperbarik bersama
Volume 23, : Metabolically Supported sesudah dengan diet keton serta hipertermia
issue 5, hal. Chemotherapy kemoterapi memberikan dampak berupa
138
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

734 - 740 Analitik Combined with selama 60 menit peningkatan efikasi pada kondisi
observasional studi Ketogenic Diet, keganasan.
kohort retrospektif Hyperthermia, and
Penambahan terapi oksigen
Hyperbaric Oxygen
Sampel : hiperbarik dengan kemoterapi pada
Therapy in Advanced
NSCLC dengan metastasis paru
24 pasien yang Gastric Cancer
multiple memberikan hasil yang
terdiagnosis
baik
gastric
adenocarcinoma
stadium III - IV
atau metastase

Instrumen :

Quamvis 320
hyperbaric oxygen
chamber 1.5 (ATA)
tiap sesi terapi
oksigen

4 Qian et al., Desain penelitian The efficacy and Terapi oksigen - Kanker memiliki kemampuan untuk
2018, Volume : tolerance of high hiperbarik berkembang dengan mencipatakn
7, issue 3, hal. pressure oxygen diberikan satu lingkungan hipoksia yang
Analitik

139
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

489 - 494 eksperimental combined with hari sekali menyebabkan kemoterapi tidak
chemotherapy in sebanyak 5x dapat memberikan efek. terapi
Sampel :
postoperative patients sebelum oksigen hiperbarik berperan untuk
56 pasien dengan with advanced gastric diberikan meningkatkan kadar oksigen sel
advance gastric cancer kemoterapi. kanker yang mengalami hipoksia
cancer dengan sehingga sensitivitasnya terhadap
kemoterapi kemoterapi dapat meningkat
postoperative.
Selain meningkatkan efek
Instrumen : kemoterapi terhadap sel kanker,
terpai oksigen hiperbarik juga
hyperbaric oxygen
menurunkan efek samping dari
chamber dengan
penggunaan kemoterapi secara
oksigen murni
signifikan seperti gejala
pada tekanan 2.0 –
gastrointestinal dan rambut rontok.
2.5 ata, 20 menit x
4 menghirup Maka dari itu, kombinasi terapi
oksigen, 5 menit x oksigen hiperbarik dengan
3 menghirup kemoterapi dapat meningkatkan
udara. efikasi terhadap kanker.

5 Xie et al., Desain penelitian Hyperbaric oxygen as - Diberikan Setelah dilakukan observasi pada
2018, Volume : an adjuvant to sesudah selama tikus, pemberian adjuvant terapi
13, issue 8, temozolomide 2 jam pad ahri ke oksigen hiperbarik pada terapi
Analitik
hal. 887 - 898 nanoparticle inhibits glioma memberikan efek berupa

140
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

eksperimental glioma growth by 1,3,5. meningkatnya efek inhibisi sel


inducing G2/M phase kanker.
Sampel :
arrest
Namun, apabila hanya diberikan
Tikus BALB/c/nude
terapi oksigen hiperbarik tidak ada
jantan berusia 6-8
dampak yang signifikan terhadap
minggu
sel kanker
Instrumen :

Pemberian terapi
oksigen hiperbarik
sebesar 2 atm
selama 2 jam pada
hari ke 1,3,5.

6 Zembrzuska, Desain penelitian Hyperbaric oxygen - Diberikan 24 jam Banyak studi menunjukkan bahwa
Ostrowski and : increases glioma cell sesudah kondisi oksigen yang rendah atau
Matyja, 2019, sensitivity to antitumor pemberian hipoksia pada sel kanker dapat
Analitik
Volume 41, treatment with a novel kemoterapi menyebabkan sel kanker
eksperimental
hal. 2703 - isothiourea derivative in berkembang termasuk glioma, serta
2716 Sampel : vitro menyebabkan resistensi pada
radioterapi dan kemoterapi.
GBM T98G sel
kultur Pada pemberian kombinasi terapi
oksigen hiperbarik dengan agen

141
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Instrumen : kemoterapi memberikan efek yang


signifikan berupa meningkatan efek
Terapi oksigen
sitotoksik pada sel kanker. Namun,
hiperbarik dengan
jika hanya diberikan terapi oksigen
oksigen 97.5%
hiperbarik hasil yang didapat tidak
pada tekanan 2
signifikan
ATA selama 1 jam

7 Zeng et al., Desain penelitian Mild thermotherapy and - Diberikan setelah Penelitian ini menunjukkan terapi
2019, Volume : hyperbaric oxygen kemoterapi dan oksigen hiperbarik secara
17, issue 47 enhance sensitivity of dikombinasikan sempurna dapat mengubah kondisi
Analitik
TMZ/PSi nanoparticles dengan PTT lingkungan hipoksia pada tumor dan
eksperimental
via decreasing the meningkatkan kerja TMX/Psi pada
Sampel : stemness in glioma sel glioma

sel glioma NCH-


421K yang dikultur
pada medium
DMEM/F12 dan sel
tumor yang
diinokulasi pada
tikus BALB/c-nude
(jantan berat 16-18
gram)

142
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Instrumen :

Pemberian terapi
oksigen hiperbarik
sebesar 2.5 atm

8 Iyikesici, 2020, Desain penelitian Long-Term Survival - Diberikan setiap Pemberian bersama MSCT dengan
Volume 27, : Outcomes of sesudah terapi oksigen hiperbarik
hal. 31 - 39 Metabolically pemberian MSCT meningkatkan survival pasien
Analitik
Supported dengan metastatic kanker pankreas
observasional
Chemotherapy with
Sampel : GemcitabineBased or
FOLFIRINOX Regimen
25 pasien yang
Combined with
terdiagnosis
Ketogenic Diet,
kanker pancreas
Hyperthermia, and
stadium IV yang
Hyperbaric Oxygen
menerima
Therapy in Metastatic
folfirinox antara juli
Pancreatic Cancer
2012
dan agustus 2014

Instrumen :

Quamvis 320
hyperbaric oxygen

143
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

chamber
digunakan untuk
pemberian terapi
oksigen hiperbarik
1.5 atm selama 60
menit.

9 Sletta et al., Desain penelitian Oxygen-dependent Diberikan - Terapi oksigen hiperbarik 2,5 bar,
2017, Volume : regulation of tumor segera setalah 100% oksigen selama 90 menit
12, issue 8, growth and metastasis pemberian 5- memberikan efek berupa supresi
Analitik
hal. 1 - 19 in human breast cancer fluorouracil pada kanker payudara sehingga
eksperimental
xenografts terjadi penurunan proliferasi sel
Sampel : kanker.

tikus NOD/SCID Selain menekan sel kanker, terapi


betina, usia 7-10 oksigen hiperbarik juga
minggu, berat 20- menurunkan areametastase yang
25 gram dapat dilihat dari beberapa penanda
metastase untuk kanker payudara.
Instrumen :
Penggunaan kemoterapi 5-
Terapi oksigen
fluorouracil tunggal secara
hiperbarik pada
signifikan dapat menurunkan
tekanan 2.5 bar
pertumbuhan tumor. Sedangkan
selama 90 menit
penggunaan terapi oksigen

144
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

tiap tiga hari sekali. hiperbarik tidak memberikan efek


terhadap kemoterapi 5-fluorouracil

10 Iyikesici, 2019, Desain penelitian Feasibility study of - - Disimpulkan bahwa berdasarkan


Volume 36, : metabolically supported hasil studi yang dilakukan,
issue 1, hal. chemotherapy with pemberian MSCT dengan
Analitik
445 - 454 weekly carboplatin dengan terapi oksigen
observasional
carboplatin/paclitaxel hiperbarik dapat meningkatkan hasil
Sampel : combined with pada pasien yang terdianosis
ketogenic diet, NSCLC stadium 4. Hal ini terjadi
44 pasien yang
hyperthermia and dikarenakan terapi oksigen
terdiagnosa
hyperbaric oxygen hiperbarik berperan sebagai
metastase NSCLC
therapy in metastatic upregulasi antioksidan yang
stadium 4 yang
non-small cell lung bertanggung jawab atas resistensi
menerima terapi
cancer sel kanker terhadap kemoterapi dan
MSCT dengan
radioterapi
carboplatin dan
paclitaxel antara
maret 2010 dan
juni 2015 serta
menerima terapi
oksigen hiperbarik

Instrumen :

145
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Quamvis 320
hyperbaric oxygen
chamber dengan
terapi oksigen
hiperbarik selama
60 menit pada
tekanan 1.5 ATA

Sumber : (Mast and Kuppusamy, 2018; Qi et al., 2017; Sletta et al., 2017; Iyikesici, 2020b; Qian et al., 2018; Xie et al.,
2018; Zembrzuska, Ostrowski and Matyja, 2019; Iyikesici, 2020a; Zeng et al., 2019; Iyikesici, 2019)

Tabel 3. Terapi oksigen hiperbarik sebagai adjuvan radioterapi

No Penulis, Metode Judul Pemberian HBOT Isi


tahun, volume,
Sebelum Sesudah
angka

1 Mast and Desain penelitian Hyperoxygenation as a - - Terjadi peningkatan pO2 pada


Kuppusamy, : therapeutic kanker dan efikasi radioterapi pada
2018, Volume supplement for kombinasi obat kemoterapi
analitik
8, hal. 1-9 treatment of triple paclitaxel dengan terapi oksigen
eksperimental
negative breast cancer hiperbarik. Namun, pada kondisi
Sampel : seperti disfungsi vaskular dapat
terjadi penurunan respon terhadap
86 tikus

146
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Instrumen : terapi oksigen hiperbarik

Pemberian terapi
oksigen dengan
custom-made air
tight chamber
flushed dengan
gas oksigen 100%
(100%oxygen; 2
ATA; durasi 90
menit) per hari,
selama 21 hari

2 Qi et al., 2017, Desain Effects of hyperbaric - - Pengobatan terapi oksigen


Volume 6, hal. penelilitan : oxygen treatment on hiperbarik pada kanker masih
475 - 479 gastric cancer cell line kontroversial. Terapi oksigen
Analitik
SGC7901 hiperbarik dapat menurunkan
eksperimental
kejadian hipoksia jaringan
Sampel : sehingga dapat meningkatkan
sentitivitas sel kanker terhadap
Sel kultur
radioterapi dan kemoterapi.

Instrumen : Namun, untuk penggunaan terapi


oksigen hiperbarik secara mandiri
Pemberian terapi masih kontroversial, beberapa studi
oksigen hiperbarik mengatakan terapi oksigen
147
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

95% sebesar 0.2 hiperbarik dapat menghambat


Mpa selama 60 sedang kan beberapa studi lain
menit mengatakan dapat menyebabakan
metastase

3 Yahara et al., Desain penelitian Radiotherapy using Diberikan - Penelitian ini bertujuan untuk
2017, Volume : IMRT boost after sebelum mengevaluasi kelayakan dan
58, issue 4, hal. hyperbaric oxygen selama 60-90 efikasi radioterapi menggunakan
Analitik
351 - 356 therapy with menit di setiap IMRT yang ditambah setelah terapi
eksperimental
chemotherapy for sesi radioterapi oksigen hiperbarik dengan
Sampel : glioblastoma kemoterapi pada pasien
glioblastoma
40 pasien
terdiagnosa OS rate dan local control secara
glioblastoma yang signifikan meningkat pada pasien
diberikan kanker kepala dan leher yang
radioterapi diterapi dengan radioterapi
ditambah dengan terapi oksigen
Instrumen :
hiperbarik secara simultan

Monoplace HBO dibandingkan dengan pasien yang

chamber dengan hanya diterapi radioterapi saja

oksigen 100%
pada tekanan 2
ATA selama 60-90

148
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

menit

Sumber : (Mast and Kuppusamy, 2018; Qi et al., 2017; Yahara et al., 2017)

149
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

PEMBAHASAN

Data pada tabel 1 berisi pengaruh terapi oksigen hiperbarik sebagai terapi tambahan
atau adjuvan pada kemoterapi dan radioterapi terhadap sel kanker. Terdapat 11 studi
dimana 10 diantaranya menyatakan adanya pengaruh terapi oksigen hiperbarik
terhadap kemoterapi dan radioterapi pada sel kanker, sementara 1 studi menyatakan
tidak ada pengaruhnya.

Berdasarkan waktu pemberiannya, terapi oksigen hiperbarik dibagi menjadi 2 yaitu


sesudah terapi dan sebelum terapi. Pada kemoterapi terdapat 2 artikel (Sletta et al.,
2017; Qian et al., 2018) yang memberikan terapi oksigen hiperbarik sebelum
kemoterapi, 5 artikel (Xie et al., 2018; Zembrzuska, Ostrowski and Matyja, 2019;
Zeng et al., 2019; M S Iyikesici, 2020; Mehmet Salih Iyikesici, 2020) yang
memberikan terapi oksigen hiperbarik setelah kemoterapi, dan 3 artikel (Qi et al.,
2017; Mast and Kuppusamy, 2018) tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai waktu
diberikannya terapi oksigen hiperbarik.

Pada radioterapi terdapat 1 artikel (Yahara et al., 2017) yang memberikan


terapi oksigen hiperbarik sebelum radioterapi, dan 2 artikel (Qi et al., 2017; Mast and
Kuppusamy, 2018) yang tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai waktu pemberian
terapi oksigen hiperbarik. Tekanan yang diberikan pada terapi oksigen hieprbarik juga
bervariasi. Pada pemberian dengan kemoterapi 3 artikel (Iyikesici, 2019; M S
Iyikesici, 2020; Mehmet Salih Iyikesici, 2020) memberikan tekanan sebesar 1.5 ATA,
4 artikel (Qi et al., 2017; Mast and Kuppusamy, 2018; Xie et al., 2018; Zembrzuska,
Ostrowski and Matyja, 2019) memberikan tekanan sebesar 2 ATA, dan 3 artikel
(Iyikesici, 2019; M S Iyikesici, 2020; Mehmet Salih Iyikesici, 2020) memberikan
tekanan sebesar 2.5 ATA. Pada pemberiannya dengan radioterapi semua artikel
memberikan tekanan yang sama sebesar 2 ATA (Qi et al., 2017; Yahara et al., 2017;
Mast and Kuppusamy, 2018).

150
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Pengaruh terapi oksigen hiperbarik terhadap kemoterapi pada sel kanker yang
terdapat pada studi tersebut diatas menunjukkan hasil yang cukup beragam. Empat
studi menyatakan adanya pengaruh peningkatan efikasi pada kemoterapi setelah
diberikan terapi oksigen hiperbarik (Mast and Kuppusamy, 2018; Qian et al., 2018;
Iyikesici, 2019; M S Iyikesici, 2020), dua studi menyatakan terapi oksigen hiperbarik
meningkatkan sensitivitas dan kerja kemoterapi terhadap sel kanker (Qi et al., 2017;
Zeng et al., 2019), dua studi menyatakan adanya efek sitotoksik dan inhibisi yang
meningkat akibat pemberian terapi oksigen hiperbarik (Xie et al., 2018; Zembrzuska,
Ostrowski and Matyja, 2019), satu studi menyatakan kemampuan pasien untuk
bertahan hidup meningkat setelah diberikan terapi oksigen hieprbarik yang diberikan
bersama kemoterapi (Mehmet Salih Iyikesici, 2020).

Selain pada kemoterapi, pengaruh yang beragam juga diperoleh pada hasil
studi yang membahas tentang radioterapi dan terapi oksigen hiperbarik pada
penelitian ini. Satu studi menyatakan adanya peningkatan pada OS Rate (overall
survival rate) pada pasien yang menerima terapi oksigen hiperbarik dan radioterapi
dibandingkan hanya radioterapi saja (Yahara et al., 2017), studi yang lain
menyatakan bahwa adanya peningkatan efikasi pada penelitian hewan coba yang
diberikan radioterapi dan terapi oksigen hiperbarik (Mast and Kuppusamy, 2018).
Satu studi menyatakan adanya peningkatan efektivitas dan sensitivitas pada
radioterapi yang diberikan terapi oksigen hiperbarik (Qi et al., 2017).

Berdasarkan sampel yang dilakukan pada artikel yang sudah dikumpulkan,


baik dengan desain penelitian analitik eksperimental maupun analitik observasional,
secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pada manusia (pasien) dan
bukan pada manusia. Pada pasien kanker pemberian terapi oksigen hiperbarik
memberikan pengaruh berupa peningkatan efikasi dan kemampuan bertahan hidup
(survival) pada pasien yang menerima kemoterapi dan terapi oksigen hiperbarik
(Qian et al., 2018; Iyikesici, 2019; M S Iyikesici, 2020; Mehmet Salih Iyikesici, 2020).
Begitu pula pasien yang menerima radioterapi dan terapi oksigen hiperbarik OS rate
mengalami peningkatan dibandingkan dengan yang tidak menerima terapi oksigen
hiperbarik (Yahara et al., 2017).
151
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Pada studi yang menggunakan sampel bukan manusia menyatakan hal yang
hampir serupa yaitu adanya peningkatan efikasi, sensitivitas, serta efek inhibisi dan
efek sitotoksik pada sel kanker yang diberikan kemoterapi dengan terapi oksigen
hiperbarik (Qi et al., 2017; Yahara et al., 2017; Mast and Kuppusamy, 2018; Xie et al.,
2018; Zembrzuska, Ostrowski and Matyja, 2019). Pada studi lain yang menggunakan
sampel bukan manusia juga menjelaskan pengaruh berupa peningkatan efikasi dan
sensitivitas radioterapi yang juga diberikan terapi oksigen hiperbarik pada sel kanker
(Qi et al., 2017; Mast and Kuppusamy, 2018).

Mekanisme pengaruh-pengaruh terapi oksigen hiperbarik pada kemoterapi


maupun radioterapi dijelaskan pada beberapa studi pada penelitian ini, tetapi
sebagian lainnya menyatakan masih belum diketahui bagaimana mekanisme kerja
terapi oksigen hiperbarik sehingga dapat memberikan pengaruh pada kemoterapi
maupun radioterapi. Pada kemoterapi, beberapa mekanisme diungkapkan oleh
beberapa studi yang berbeda. Menurut penelitian (Qi et al., 2017; Sletta et al., 2017;
Mast and Kuppusamy, 2018; Qian et al., 2018; Xie et al., 2018; Zembrzuska,
Ostrowski and Matyja, 2019; Zeng et al., 2019) menyatakan bahwa kanker memliki
lingkungan yang hipoksia. Adanya kondisi hipoksia tersebut menyebabkan resistensi
kemoterapi dan radioterapi. Terapi oksigen hiperbarik mempengaruhi kondisi hipoksia
tersebut sehingga lingkungan hipoksia berubah menjadi lingkungan yang hiperoksi
sehingga dapat meningkatkan efikasi baik kemoterapi maupun radioterapi. Namun
mekanisme pasti tidak dilakukan lebih lanjut, hanya saja faktor seperti disfungsi
vaskular dapat mempengaruhi oksigenasi terhadap kondisi hipoksia tersebut. Hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh (Graham and Unger, 2018; Jing et al., 2019;
Martin, Prise and Hill, 2019) yang mengungkapkan kondisi hipoksia yang terjadi
mengakibatkan resistensi pada kemoterapi dan radioterapi. Kondisi tidak adanya
oksigen akan menghambat difusi obat dan menghambat pengantaran obat menuju
sel kanker.

Pada studi lain mengungkapkan mekanisme kerja terapi oskigen hiperbarik


berkaitan dengan HIF yang dihasilkan oleh sel kanker. Menurut (Sletta et al., 2017;
Qian et al., 2018; Zembrzuska, Ostrowski and Matyja, 2019) menyatakan bahwa HIF
152
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

berperan dalam resistensi sel kanter terhadap kemoterapi dimana HIF menyebabkan
translokasi nukleus sehingga menyebabkan resistensi kemoterapi.

Terapi oksigen hiperbarik bekerja dengan menurunkan HIF sehingga resistensi tidak
terjadi. Mekanisme ini sesuai dengan yang disampaikan oleh (Choudhury, 2018; Jing
et al., 2019) yaitu HIF yang dihasilkan oleh sel kanker berperan thd resistensi
kemoterapi. Selain itu, HIF-1αjuga berperan pada proses metastase sel kanker Efek
primer atau langsung dari terapi oksigen hiperbarik ialah memperbaiki kondisi
hipoksia dengan meningkatkan pengiriman dan tekanan oksigen, aktivitas
antimikroba, dan melemahkan efek HIF.

Mekanisme ketiga yang mempengaruhi terapi oksigen hiperbarik pada


kemoterapi sel kanker adalah perannya sebagai antioksidan. Menurut (Iyikesici,
2019; M S Iyikesici, 2020; Mehmet Salih Iyikesici, 2020) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terapi oksigen hiperbarik bekerja sebagai antioksidan untuk
menurunkan resistensi sel kanker terhadap kemoterapi.

Hal ini juga disampaikan (Mahdi, Hariyanto et.al, 2018; Jing et al., 2019) dalam
penelitiannya yaitu terapi oksigen hiperbarik berperan menurunkan ROS. Begitu pula
dengan (Choudhury, 2018) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa Efek
sekunder dari terapi oksigen hiperbarik, yaitu mengurangi pembentukan ROS,
meningkatkan kemampuan penyembuhan luka, serta vasokonstriksi dan
angiogenesis

Pada radioterapi, terapi oksigen hiperbarik bekerja dengan mekanisme yang


serupa dengan kerjanya pada kemoterapi dalam menghadapi sel kanker. Menurut (Qi
et al., 2017; Mast and Kuppusamy, 2018) mekanisme terapi oksigen hiperbarik
terhadap radioterapi ialah mengatasi kejadian hipoksia pada sel kanker sehingga
sensitivitas radioterapi dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Jain,
2017; Jing et al., 2019; Martin, Prise and Hill, 2019) yang disampaikan dalam
penelitiannya, yaitu sel kanker yang berada dalam kondisi hipoksia atau anoxia
memiliki ketahanan lebih terhadap radioterapi maka dari itu dalam mengatasi kondisi
hipoksia terapi oksigen hiperbarik merupakan metode yang efektif dalam melawan
153
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

hipoksia tersebut. (Wang et al., 2019) dalam penelitiannya juga menyampaikan


bahwa oksigen yang diberikan mengakibatkan lesi radioterapi pada sel kanker
bersifat permanen. Namun, dalam penelitian (Yahara et al., 2017) tidak dijelaskan
mekanisme yang terjadi antara terapi oksigen hiperbarik dan radioterapi.

Mekanisme lain selain yang telah disebutkan diatas ialah mekanisme yang
tidak diketahui. (Mast and Kuppusamy, 2018) juga menyampaikan bahwa meski
terdapat mekanisme hipoksia yang mendasari kerja dari terapi oksigen hiperbarik
dalam meningkatkan efikasi pada kemoterapi dan radioterapi, masih ada mekanisme
yang tidak diketahui mengapa terapi oksigen hiperbarik dapat secara kooperatif
bekerja bersama kemoterapi dan radioterapi untuk meningkatkan efikasinya.

Meski terapi oksigen hiperbarik memiliki pengaruh yang cukup banyak pada
kemoterapi dan radioterapi, menurut (Sletta et al., 2017) dalam penelitiannya
menyampaikan bahwa terapi oksigen hiperbarik tidak memiliki pengaruh apapun
pada kemoterapi 5-fluourouracil sehingga pemberian 5-fluourouracil baik dengan atau
tanpa terapi oksigen hiperbarik memberikan hasil yang sama.

Meski (Sletta et al., 2017) dalam pembahasannya menjelaskan bahwa terapi


oksigen hiperbarik bekerja pada sel kanker dengan menghambat HIF, tidak adanya
pengaruh apapun terhadap 5-fluourouracil terjadi dengan mekanisme yang tidak
diketahui. Fakta lain juga diungkapkan oleh (Mast and Kuppusamy, 2018) bahwa
meski dengan terapi oksigen hiperbarik yang dikombinasikan dengan kemoterapi dan
radioterapi, faktor seperti disfungsi vaskular dapat menurunkan respon sel kanker
terhadap terapi oksigen hiperbarik.

Pengaruh terapi oksigen hiperbarik terhadap kemoterapi dan radioterapi


sangat beragam dengan mekanisme yang berbagai macam pula. Peningkatan
efikasi, sensitivitas, peningkatan kerja, dan peningkatan survival rate pada pasien
kanker, serta efek toksisitas dan inhibisi merupakan pengaruh-pengaruh yang
diakibatkan oleh terapi oksigen hiperbarik sebagai adjuvan terapi pada sel kanker.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi oksigen hiperbarik terhadap

154
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

kemoterapi dan radioterapi pada sel kanker, namun juga ada studi yang menyatakan
bahwa terapi oksigen hiperbarik sama sekali tidak memberikan pengaruh.

Dengan mengetahui mekanisme kerja terapi oksigen hiperbarik serta pengaruhnya


terhadap kemoterapi dan radioterapi pada sel kanker maka tujuan penelitian sudah
terjawab.

Studi literatur ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian terkait terapi


hiperbarik sebagai adjuvan kemoterapi dan radioterapi pada sel kanker dilakukan
pada subjek penelitian pada populasi sampel yang berbeda-beda, sehingga hasil dari
penelitian dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Penelitian terkait terapi
hiperbarik sebagai adjuvan kemoterapi dan radioterapi pada sel kanker pada masing-
masing artikel dilakukan menggunakan instrumen yang berbeda-beda, sehingga sulit
untuk menyimpulkan hasil penelitian. Beberapa studi juga menggunakan desain
penelitian yang berbeda yaitu analitik eksperimental dan analitik observasional. Dosis
terapi oksigen hiperbarik, kemoterapi, dan radioterapi yang digunakan juga berbeda.
Perbedaan tersebut membuat pengaruh terapi oksigen hiperbarik sebagai adjuvan
kemoterapi dan radioterapi sel kanker pada studi sulit untuk dibandingkan. Jenis sel
kanker dan stadium kanker yang dinilai pada setiap studi juga bervariasi dan hanya
terbatas pada sel kanker yang bersifat ganas.

KESIMPULAN

10 dari 11 studi pada penelitian ini menyatakan bahwa terapi oksigen


hiperbarik memiliki berbagai pengaruh terhadap kemoterapi dan radioterapi pada sel
kanker seperti peningkatan efikasi, sensitivitas, kerja, dan efek toksisitas dan inhibisi,
serta peningkatan survival rate pada pasien kanker, sedangkan 1 studi lainnya
menyatakan bahwa terapi oksigen hiperbarik tidak memiliki pengaruh apapun
sebagai adjuvan terapi. Mekanisme terapi oksigen hiperbarik terhadap kemoterapi
dan radioterapi juga beragam yaitu, mengurangi kondisi hipoksia, menurunkan kadah
HIF, serta menjadi antioksidan.

155
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

DAFTAR PUSTAKA

Choudhury, R. (2018) ‘Hypoxia and hyperbaric oxygen therapy: A review’,


International Journal of General Medicine, 11, pp. 431–442. doi:
10.2147/IJGM.S172460.

Graham, K. and Unger, E. (2018) ‘Overcoming tumor hypoxia as a barrier to


radiotherapy, chemotherapy and immunotherapy in cancer treatment’, International
Journal of Nanomedicine, 13, pp. 6049–6058. doi: 10.2147/IJN.S140462.

Iyikesici, M. S. (2019) ‘Feasibility study of metabolically supported chemotherapy with


weekly carboplatin/paclitaxel combined with ketogenic diet, hyperthermia and
hyperbaric oxygen therapy in metastatic non-small cell lung cancer’, International
Journal of Hyperthermia. Taylor & Francis, 36(1), pp. 446–455. doi:
10.1080/02656736.2019.1589584.

Iyikesici, Mehmet Salih (2020) ‘Long-Term Survival Outcomes of Metabolically


Supported Chemotherapy with Gemcitabine-Based or FOLFIRINOX Regimen
Combined with Ketogenic Diet, Hyperthermia, and Hyperbaric Oxygen Therapy in
Metastatic Pancreatic Cancer’, Complementary Medicine Research, 27(1), pp. 31–
39. doi: 10.1159/000502135.

Iyikesici, M S (2020) ‘Survival Outcomes of Metabolically Supported Chemotherapy


Combined with Ketogenic Diet, Hyperthermia, and Hyperbaric Oxygen Therapy in
Advanced Gastric Cancer’, Nigerian Journal of Clinical Practice, 23(5), pp. 734–
740. doi: 10.4103/njcp.njcp.

Jain, K. K. (2017) Textbook of Hyperbaric Medicine. Basel.

Jing, X. et al. (2019) ‘Role of hypoxia in cancer therapy by regulating the tumor
microenvironment’, Molecular Cancer. Molecular Cancer, 18(1), pp. 1–15. doi:
10.1186/s12943-019-1089-9.
Kementrian Kesehatan RI (2019) ‘InfoDATIN Beban Kanker di Indonesia’. Jakarta
Selatan, p. 16.
Mahdi, Hariyanto et.al (2018) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik.
Surabaya: LAKESLA.

Martin, S., Prise, K. M. and Hill, M. A. (2019) ‘Tumor Oxygenation and Cancer
Therapy—Then and Now’, British Journal of Radiology, 92(1093), pp. 1–12. doi:
10.1259/bjr.20189005.

Mast, J. M. and Kuppusamy, P. (2018) ‘Hyperoxygenation as a therapeutic


supplement for treatment of triple negative breast cancer’, Frontiers in Oncology,
8(NOV), pp. 1–9. doi: 10.3389/fonc.2018.00527.

Mattiuzzi, C. and Lippi, G. (2019) ‘Current cancer epidemiology’, Journal of


156
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Epidemiology and Global Health, 9(4), pp. 217–222. doi:


10.2991/jegh.k.191008.001.

Moen, I. and Stuhr, L. E. B. (2012) ‘Hyperbaric oxygen therapy and cancer - A


review’, Targeted Oncology, 7(4), pp. 233–242. doi: 10.1007/s11523-012-0233-x.

Qi, Y. et al. (2017) ‘Effects of hyperbaric oxygen treatment on gastric cancer cell line
SGC7901’, Biomedical Reports, 6(4), pp. 475–479. doi: 10.3892/br.2017.869.

Qian, C. et al. (2018) ‘The efficacy and tolerance of high pressure oxygen combined
with chemotherapy in postoperative patients with advanced gastric cancer’,
Translational Cancer Research, 7(3), pp. 489–494. doi: 10.21037/tcr.2018.04.16.
Sletta, K. Y. et al. (2017) ‘Oxygen-dependent regulation of tumor growth and
metastasis in human breast cancer xenografts’, PLoS ONE, 12(8). doi:
10.1371/journal.pone.0183254.

Snyder, H. (2019) ‘Literature review as a research methodology: An overview and


guidelines’, Journal of Business Research. Elsevier, 104(March), pp. 333–339. doi:
10.1016/j.jbusres.2019.07.039.

Sung, H. et al. (2021) ‘Global Cancer Statistics 2020: GLOBOCAN Estimates of


Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries’, CA: A Cancer
Journal for Clinicians, 71(3), pp. 209–249. doi: 10.3322/caac.21660.

Wang, H. et al. (2019) ‘Hypoxic radioresistance: Can ROS be the key to overcome
it?’, Cancers, 11(1), pp. 1–23. doi: 10.3390/cancers11010112.

World Health Organization (2020a) ‘Cancer’. New York, p. 5. Available at:


https://www.who.int/.
World Health Organization (2020b) ‘Global Cancer Observatory’. New York, p. 2.
Available at: http://www.iarc.fr/.
World Health Organization (2020c) ‘The Global Cancer Observatory’. New York, p. 2.
Available at: http://www.iarc.fr/.

Xie, Y. et al. (2018) ‘Hyperbaric oxygen as an adjuvant to temozolomide nanoparticle


inhibits glioma growth by inducing G2/M phase arrest’, Nanomedicine, 13(8), pp.
887–898. doi: 10.2217/nnm-2017-0395.

Yahara, K. et al. (2017) ‘Radiotherapy using IMRT boosts after hyperbaric oxygen
therapy with chemotherapy for glioblastoma’, Journal of Radiation Research, 58(3),
pp. 351–356. doi: 10.1093/jrr/rrw105.

Zembrzuska, K., Ostrowski, R. P. and Matyja, E. (2019) ‘Hyperbaric oxygen increases


glioma cell sensitivity to antitumor treatment with a novel isothiourea derivative in
vitro’, Oncology Reports, 41(5), pp. 2703–2716. doi: 10.3892/or.2019.7064.

157
Arya et al.,HTMJ, Vol. 19 No. 1 (2021)

Zeng, X. et al. (2019) ‘Mild thermotherapy and hyperbaric oxygen enhance sensitivity
of TMZ/PSi nanoparticles via decreasing the stemness in glioma’, Journal of
Nanobiotechnology. BioMed Central, 17(1), pp. 1–12. doi: 10.1186/s12951-019-
0483-1.

158

You might also like