Artikel Gender
Artikel Gender
Jurnal
Indra Kusumawardhana
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina
E m a i l : [email protected]/
[email protected]
Rusdi J. Abbas
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina
E m a i l : [email protected]
DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2018.9.153-174
ABSTRACT
Post WTO’s Joint Declarationon Trade and Economic Empowerment of Women in December 2017, at Buenos
Aires, the involvement of Indonesia made it stand on the crossroads. Nonetheless, the polemic of gender equality
and justice remains a task far from the end for Indonesia, especially if it refers to the fact that Indonesia has not
yet completed the ratification of Law on gender equality and equity (KKG). In fact, the substance of the Joint
Declaration of Buenos Aires is the emphasis on gender equality and justice on economic activity, the absence
of laws capable for regulating corporate behavior toward gender equality and justice in Indonesia will be a
bad precedent in the future. In this context, this study probes the urgency of Law on Gender Equality and Equity
(KKG) in addressing Indonesia’s involvement in the Joint Declaration of Buenos Aires. The core question,
to tackle, why does Law on Gender Equality and Equity is important post Indonesia’s involvement in WTO’s
Joint Declaration on Trade and Economic Empowerment? Utilizing some basic concepts such as globalization
of economy, human rights, and gender perspective approach; as well as using qualitative methodologies in
analyzing the problems. This article will conduct a socio-legal analysis of the urgency of the Gender Equality
and Justice Act after Indonesia’s involvement in the Buenos Aires Joint Declaration on Trade and Women’s
Economic Empowerment.
Keywords: Globalisation of Economy, Human Rights, Gender Equality and Equity, Indonesia, World
Trade Organization
ABSTRAK
Pasca Deklarasi Bersama Buenos Aires tentang Perdagangan dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan pada
Desember 2017 silam, keterlibatan Indonesia kembali menjadikannya berada di persimpangan jalan. Jika
merujuk pada kenyataan bahwa hingga kini Indonesia belum memiliki Undang - Undang Kesetaraan dan
Keadilan Gender (UU-KKG), polemik kesetaraan dan keadilan gender tetap menjadi sebuah tugas yang jauh
dari kata usai untuk Indonesia terutama dalam konteks penjaminan Hak Asasi Manusia. Padahal, substansi
Deklarasi Bersama Buenos Aires adalah penekanan terhadap kesetaraan dan keadilan gender pada aktifitas
ekonomi. D alam konteks tersebut, kajian ini dirajut dalam rangka mengangkat kembali urgensi UU-KKG,
terutama dalam kaitan pemberdayaan ekonomi perempuan pasca Deklarasi Buenos Aires. Pertanyaan utama
yang diajukan adalah mengapa UU-KKG penting bagi Indonesia pasca keterlibatannya di dalam Deklarasi
Buenos Aires? Melalui pendekatan globalisasi ekonomi, hak asasi manusia, dan perspektif gender; serta
menggunakan metodologi kualitatif dalam menganalisis permasalahan urgensi Undang-Undang Kesetaraan dan
Keadilan Gender setelah Indonesia terlibat di dalam Deklarasi Bersama Buenos Aires tentang Perdagangan dan
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan.
Kata Kunci: Globalisasi Ekonomi, Hak Asasi Manusia, Kesetaraan dan Keadilan Gender, Indonesia,
World Trade Organization
Alasan utama yang menjadi permasalahan disepakati bersama terkait dengan persoalan
terjadinya ketimpangan keterlibatan perempuan Pengarusutamaan Gender (PUG) untuk kemajuan
pada pasar tenaga kerja adalah kuatnya sistem Indonesia, yang dijelaskan oleh Arivia yaitu
patriarki di dalam budaya Indonesia. Patriarki (1) “Undang – undang Dasar Negara Kesatuan
adalah tatanan kekeluargaan yang sangat Republik Indonesia 1945 Pasal 31 Ayat 1: setiap
mementingkan garis turunan bapak.5 Negara yang warganegara baik perempuan maupun laki-laki
menganut sistem patriarki; cenderung membiarkan mendapatkan kesempatan setara untuk
dominasi laki – laki terhadap perempuan bahkan mengecap pendidikan”, (2) Inpres Nomor 9 tahun
perempuan selalu saja dipandang orang kedua 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
setelah laki-laki di dalam dinamika bermasyarakat Pembangunan Nasional merupakan landasan
secara holistik maupun spesifik. Hal inilah yang hukum yang kuat untuk melaksanakan PUG
membuat terjadinya pembagian kerja terhadap khususnya bagi jajaran pemerintah.7
perempuan, karena laki-lakilah yang selalu Pada titik ini, menguatnya desakan untuk
mengambil keputusan, baik dalam keluarga, mengatasi polemik ketimpangan yang dialami oleh
maupun di tempat kerja. perempuan pada sektor perdagangan dan ekonomi
Adapun Silvia Walby mengatakan bahwa sebagai prakondisi penting keberlangsungan
partiarkhi merupakan sistem terstruktur dan perekonomian dunia, setidaknya dapat dipahami
praktek sosial yang menempatkan kaum laki-laki melalui dua pendapat berikut; pertama, di tengah
sebagai pihak yang mendominasi, melakukan derasnya globalisasi ekonomi sekarang ini,
operasi dan mengeksploitasi kaum perempuan. Globalisasi telah menciptakan kesempatan-
Sistem ini ada dalam dua bentuk yakni (1) Private kesempatan yang sama bagi semua aktor dalam
patriarchy (partiarkhi domestik) yakni yang politik dan ekonomi global untuk satu sama lain
menekankan kerja dalam rumah tangga sebagai mendapat keuntungan dari sistem tersebut.8
steorotipe perempuan, dan; (2) Public patriarchy Sehingga problematika terkait diskriminasi
(patriarkhi publik) yakni yang memberikan antara perempuan dan laki-laki di dalam aktivitas
stigmatisasi terhadap laki-laki sebagai pekerja di perdagangan dan ekonomi secara general
sektor publik yang sarat dengan karakter keras menemukan arti pentingnya. Pendapat kedua
penuh tantangan.6 Sedangkan di Indonesia, kaum dinyatakan oleh Triyuni Soemartono pada aras
perempuan telah lama terjebak di dalam budaya nasional yang berpendapat bahwa pembatasan
patriarki dan diskriminasi tidak hanya pada hak perempuan untuk mengekspresikan diri dan
tataran privat, namun juga telah secara struktural mengaktualisasikan dirinya sangat dipengaruhi
pada ranah publik. Seperti yang telah dijelaskan oleh budaya patriarki yang telah sekian lama
oleh Komisi Nasional perempuan Indonesia yang tertanam dalam pola pikir masyarakat Indonesia.
menyatakan bahwa berbagai perundang-undangan Perempuan tereksklusi untuk mendapatkan
di Indonesia justru semakin mempertegas haknya dalam masyarakat, rumah tangga, dan
diskriminasi terhadap perempuan di masyarakat. Negara.9
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa undang- Menangkap dinamika tersebut, tulisan ini
undang yang tersedia saat ini, belum mampu mencoba untuk menjawab mengapa UU- KKG
mengakomodasi secara komprehensif tentang sangat penting bagi Indonesia pasca
perlindungan hak-hak perempuan dari bentuk- keterlibatannya di dalam deklaras Buenos Aires?
bentuk diskriminasi terhadap perempuan, dan Pembahasan dalam artikel bertujuan untuk
pelanggaran hak asasi perempuan dalam menjawab rumusan masalah dan pertanyaan
pembangunan Indonesia. Walaupun upaya untuk penelitian dengan menggunakan kerangka
mewujudkan Rancangan Undang-Undang tentang pemikiran yang akan dirajut pada bagian setelah
Kesetaraan dan Keadilan Gender (selanjutnya
disebut RUU KKG) itu sendiri, sebenarnya telah
7 Arivia, Gadis. Kebijakan Publik Dalam Pendidikan. Sebuah
memiliki dua landasan secara legal yang telah Kritik Dengan Perspektif Gender. Jurnal Perempuan No.23.
2002. h.83-94
5 Wulandari, Retno, Budaya Hukum Patriarki v. Feminis. 8 Kusumawardhana, Indra. “GLOBALISATION AND
Jurnal Hukum Dosen Tetap pada Fakultas Hukum STRATEGY: NEGARA, TERITORI DAN KEDAULATAN DI
Universitas Trisakti. 2010 ERA GLOBALISASI.” Ilmu dan Budaya 40, no. 54 (2018).
6 Walby, Silvia, Theorizing Patriarchy Oxford Blackwell, 9 Soemartono, Triyuni. Peran Pemerintah Dalam
USA. 1998, Hal.20 Pemberdayaan Perempuan. Yayasan Budi Arti, 2014.
ini. Dengan demikian, analisis yang dilakukan lebih berasal dari konsep politik.13 Dalam artian,
akan menunjukkan bagaimana temuan-temuan itu proses interkonektivitas ekonomi dunia seturut
diperoleh, serta bagaimana hasil penelitian telah kebutuhan aktor-aktor di pasar telah menciptakan
melakukan identifikasi masalah, berikut juga sebuah sistem ekonomi yang mengaburkan
kemungkinan pengembangannya. Dalam meretas batas-batas negara-bangsa sebagai suatu genus
pemahaman terkait interelasi antara Indonesia, pengorganisasian politik yang awamnya dianggap
Deklarasi Buenos Aires yang didorong oleh muncul pasca perjanjian Westphalia di tahun
WTO, serta Kesetaraan dan Keadilan Gender di 1648.14
Indonesia. Setidaknya tiga hal tersebut memuat Pertanyaan utama ketika berkaitan dengan
tiga konsep utama yang saling berkaitan yakni; globalisasi ekonomi adalah bagaimana implikasi
Negara, Globalisasi Ekonomi dan Hak Asasi konsep tersebut terhadap konsep negara-bangsa.
Manusia terkait Gender. Tiga konsep tersebut Dimensi globalisasi ekonomi dapat dipahami
akan menjadi instrumen utama dalam menelaah sebagai keterbukaan ekonomi global dalam hal
masalah urgensi Undang-Undang Kesetaraan produksi, distribusi, manajemen, perdagangan
dan Keadilan Gender pasca Indonesia mengikuti dan keuangan yang meningkatkan akselerasi
Deklarasi Buenos Aires di tahun 2017. barang dan jasa, modal, ide, dan migrasi
Bertolak dari perkembangan globalisasi di manusia. Setidaknya, menurut artikel ini, terdapat
abad ini, ternyata telah menarik banyak perhatian tiga posisi utama dalam meretas implikasi
ilmuan secara lintas keilmuan. Spektrum isu globalisasi ekonomi terhadap negara yakni;
utama yang menjadi area perdebatannya adalah kelompok pertama menganggap negara akan mati
seputar dampak globalisasi terhadap konsep dikarenakan semakin usang di dalam dinamika
Negara, teritori, dan kedaulatan (Wesphalian globalisasi ekonomi. Sedangkan kelompok kedua
System).10 Globalisasi yang memang mencakup lebih berpijak pada argumentasi bahwasanya
beragam definisi telah menyentuh berbagai sendi- negara masih tetap bisa hidup dan berkembang,
sendi kehidupan manusia hingga memunculkan selama dapat mengembangkan instrumen
fenomena meningkatnya interdependensi kebijakan ekonomi yang mampu mengatasi
ekonomi, perubahan teknologi, homogenisasi tantangan globalisasi ekonomi. Kemudian
kultural ataupun menguatnya peran institusi- kelompok ketiga menyatakan bahwasanya
institusi global.11 negara-negara akan melakukan refleksi kembali
Dalam tulisan ini, globalisasi dipahami terkait eksistensi mereka di dalam pranata sosial
sebagai “...serangkaian proses yang mendorong dengan membuang beberapa fungsi politik dan
integrasi kegiatan ekonomi di pasar antara barang ekonomi dalam rangka menghadirkan kebaruan
dan jasa, secara timbal-balik, di seluruh batas dalam berbangsa dan bernegara.15
geografis, dan peningkatan arti dari rantai nilai Posisi tulisan ini lebih condong kepada
lintas batas dalam arus ekonomi internasional” kelompok kedua, dimana dalam konteks
keikutsertaan Indonesia di deklarasi Buenos dari sistem Hak Asasi Manusia, i.e. kebebasan,
Aires, sangat penting untuk Indonesia melakukan kesetaraan dan solidaritas.
upaya strategis dalam mengakomodasi tantangan Keterkaitan antara globalisasi ekonomi
globalisasi ekonomi yang dewasa ini semakin dengan HAM semakin mencuat ketika pada waktu
membalut dinamika kesetaraan dan keadilan perayaan 50 tahun UDHR; Economic, Social, and
gender di seluruh dunia. Oleh karena, globalisasi Cultural Rights (ECOSOC) selaku komite di
ekonomi telah mendapatkan momentum untuk bawah United Nations (UN) mengadopsi
merengkuh potensi melakukan agregasi preferensi “Statement on Globalisation and Economic,
kebijakan dalam konteks globalisasi politik, Social and Cultural Rights”.19 Pernyataan tersebut
trajektori tersebut memuat kerawanan dapat bersumber pada kekhawatiran ECOSOC terhadap
melemahkan keberadaan negara yang terkadang kecenderungan negara-negara di dunia untuk
acuh terhadap dinamika politik rendah (Low terlibat di dalam gegap gempita globalisasi
Politics) pada aras global. Dimana dua dekade ekonomi, namun tanpa kecakapan dalam
lampau, David Held dan Anthony McGrew (1998) menggagas upaya meningkatkan kompatibilitas
telah menyerukan bahwasanya globalisasi politik antara tren dan kebijakan ekonomi global dengan
telah menciptakan Cosmopolitan Law dan keberadaan aspek-aspek yang memuat hak- hak
Hukum Humaniter yang menjadi pemicu Negara sosial, ekonomi dan kebudayaan. Hingga
semakin dilemahkan.16 ECOSOC menyimpulkan bahwasanya,
Ketika mengaitkan fenomena tersebut “...globalisasi memuat risiko menurunkan
dengan konsep Hak Asasi Manusia (HAM). sentralitas terhadap hak asasi manusia yang
Secara definisi, tulisan ini sepakat dengan diutamakan oleh Piagam Perserikatan
pandangan Wolfgang Benedek yang menjelaskan
Bangsa-Bangsa dan dunia internasional pada
bahwasanya inti dari HAM adalah aspirasi untuk
umumnya”.
melindungi harkat dan martabat seluruh manusia.17
Cara pandang yang meletakkan manusia sebagai Seperti yang telah ditekankan oleh
perhatian utama ini pada akhirnya menekankan pernyataan di atas, globalisasi ekonomi dengan
pada terbentuknya sistem universal yang HAM berkaitan secara erat pada aspek hak tenaga
menjadi kerangka bersama di dalam menjaga kerja di dalam aktivitas ekonomi. Sedangkan
keberlangsungan hidup manusia di muka bumi Organisasi Internasional yang diangkat oleh
ini. tulisan ini yakni WTO, selama ini menjadi sasaran
kritik dari kelompok-kelompok anti-globalisasi
Perihal ini didasarkan pada sistem nilai
dikarenakan sikap acuhnya terhadap proteksi
universal umum yang dikhususkan untuk HAM dalam konteks nasib tenaga kerja di
menjaga kesucian hidup serta menyediakan seluruh dunia. Bahkan rekognisi WTO terhadap
kerangka kerja untuk membangun sistem proteksi tenaga kerja semakin terungkap ketika
hak asasi manusia yang dilindungi oleh pada waktu negosiasi DOHA, di bawah tekanan
norma dan standar yang diterima secara negara-negara berkembang, WTO menghapus
internasional.18 agenda terkait hak-hak pekerja.20
Pendapat ini berlandaskan pada definisi Sehingga ketika WTO pada tahun 2017,
terkait HAM yang diejawantahkan di dalam WTO menggagas deklarasi bersama terkait
artikel 1 dari Deklarasi Universal Hak Asasi “Trade and Women’s Economic Empowerment”.
Manusia (DUHAM) menjelaskan bahwasanya Merupakan sebuah langkah maju yang luar
“Semua manusia dilahirkan bebas dan setara baik biasa dari organisasi yang telah lama dianggap
dalam martabat dan hak. Oleh karenanya, mereka
.... harus memperlakukan satu sama lainnya dalam 19 UN Committee on Economic, Social and Cultural Rights,
‘Statement on Globalization and Economic, Social and
semangat persaudaraan.” Berlandaskan adagium Cultural Rights’ (11 May 1998), direproduksi di
tersebut dapat disimpulkan bahwa pilar utama dalamInternational Human Rights Reports, 6 (1999) 4: 1176.
20 Ministerial Declaration, adopted on 14 November 2001 at
Doha, WTO Doc. WT/MIN (01)/DEC/1 of 20 November
16 Held, David. & McGrew A. 1998, “The end of the old order?” 2001. Lihat juga. Doha Work Programme – Decision
Review ofInternational Studies, vol.24. Adopted by the General Council on 1 August2004, WTO
17 Benedek, W. “Understanding human rights: manual on Doc.WT/L/579 of 2 August2004, availableat http://www.
human rights education Antwerpen: Intersentia.” NOTES 1 wto.org/english/tratop_e/dda_e/ddadraft_31jul04_e.pdf
(2006), hal. 23. (diakses: 20 Juni 2018).
18 Ibid, hal.28
sebagai representasi kapitalisme global di bidang tersebut diawali dari rumah sebagai tempat
perdagangan lintas batas negara. Pada titik ini, dimana sosialisasi awal dari konstruksi patriaki.
perhatian WTO terhadap keberadaan perempuan Perbedaan gender sebetulnya tidak menjadi
sebagai salah satu upaya untuk lebih responsif masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan
terhadap permasalahan HAM menjadi diskursus gender. Namun ternyata perbedaan gender baik
yang menarik. melalui mitos-mitos, sosialisasi, kultur, dan
Jika inti dari HAM adalah kesetaraan dan kebijakan pemerintah telah melahirkan uokum
keadilan, maka perempuan adalah gender yang yang tidak adil bagi perempuan. Pada masyarakat
telah lama berjuang untuk merengkuh kesetaraan patriarki, nilai-nilai kultur yang berkaitan
dan keadilan hak-haknya sebagai manusia di dengan seksualitas perempuan mencerminkan
dalam masyarakat. Sejak tahun 1970an, secara ketidaksetaraan gender menempatkan perempuan
definisi gender dapat dipahami sebagai pada posisi yang tidak setara. Karena nilai
pelembagaan mendalam dari perbedaan kultural adalah faktor mental yang menentukan
seksual yang merasuki masyarakat kita. 21 perbuatan seseorang atau masyarakat pada
Sedangkan istilah gender berasal dari Middle lingkup yang lebih luas.25 Dalam cara hidup
English yaitu ‘gendre’, yang diambil dari era masyarakat Indonesia sendiri budaya patriarki
penaklukan Normandia pada zaman Prancis masih sangat kental. Dalam kehidupan sosial,
kuno.22 Lebih jauh lagi, Oakley di dalam buku “Sex, politik, ekonomi dan hukum nampak ketimpangan
Gender, ond Society” mengartikan gender sebagai dan kondisi asimetris dan subordinatif terhadap
perbedaan jenis kelamin yang bukan biologis dan perempuan tampak jelas. Dalam kondisi seperti
bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis jenis ini proses marjinalisasi yang mengarah pada
kelamin merupakan kodrat Tuhan, karena secara tindakan eksploitatif pun menjadi ancaman bagi
permanen dan universal berbeda, sedangkan pembangunan masyarakat Indonesia. Eksploitasi
gender adalah behavioral differences (perbedaan tersebut tidak hanya di tataran domestik (Rumah
perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang Tangga) namun sudah merasuk pada ranah publik.
socially constructed (dikonstruksikan secara
sosial), yaitu perbedaan yang bukan kodrat atau METODE PENELITIAN
bukan ciptaan Tuhan, melainkan diciptakan, baik
oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses Penelitian ini merupakan penelitian
sosial dan budaya yang panjang.23 deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif.
Meskipun kondisi kesetaraan dan keadilan Metode kualitatif dianggap menjadi pilihan
gender di dunia ini telah banyak berkembang, terbaik ketika mengkaji kehidupan manusia untuk
namun pada tataran yang partikular, struktur sosial kasus-kasus terbatas, sifatnya kasuistik dan
masyarakat di berbagai belahan dunia ini masih kontekstual namun mendalam (in depth) dan
menjadi halangan utama tercapainya kesetaraan bersifat total atau menyeluruh (holistic), dalam
dan keadilan gender.24 Salah satunya adalah arti tidak mengedepankan pemilahan-pemilahan
struktur masyarakat patriarki. Patriarki adalah gejala secara konseptual ke dalam aspek-
tatanan kekeluargaan yang sangat mementingkan aspeknya yang eksklusif dan terisolir.26 Siapa pun
garis turunan bapak. Secara etimologi, patriarki yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus
berkaitan dengan sistem sosial dimana ayah menerapkan cara pandang penelitian yang bersifat
menguasai seluruh anggota keluarganya, harta induktif, berfokus terhadap makna individual dan
miliknya, serta sumber-sumber ekonomi. Dimana menerjemahkan kompleksitas sebuah situasi.27
proses terbentuknya sistem sosial yang patriakal Teknik pengumpulan data menggunakan
upaya mengumpulan data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari bahan hukum primer
21 Okin, Susan Moller. “Justice and gender: An unfinished yang difokuskan kepada bahan-bahan studi
debate.” Fordham L. Rev. 72 (2003): 1537.
22 Dikutip dari Naskah Akademis RUU KKG (Kesetaraan dan 25 Koentjaraningrat. Kebudayaan, mentalitet, dan
Keadilan Gender), Tim Kerja PUU-Deputi Perundang- pembangunan: bungarampai. Gramedia, 1974.
undangan DPR RI, 24 Agustus 2011, hlm. 11 26 Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan Metode”,
23 Oakley, A. (1972). Sex, gender andsociety. London: Temple (Malang: Setara Press, 2013), hlm. 130
Smith. 27 Bakry, Umar Suryadi. “Metode Penelitian Hubungan
24 Benedek, W, Op.cit. hal. 147. Internasional.” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2016).
dokumen atau kepustakaan seperti buku, majalah, Ada dua proposisi yang saling berseberangan
dokumen perjanjian internasional (Deklarasi di dalam memahami keuntungan dan kerugian
Buenos Aires), makalah-makalah, jurnal, artikel- dari semakin terbukanya pasar dikarenakan
artikel, surat kabar serta situs-situs internet yang perdagangan bebas. Berdasarkan beberapa
berkaitan dengan objek yang ditulis. kepustakaan penelitian yang dilakukan di beberapa negara;
berupa, literatur terkait seperti naskah ilmiah, posisi pertama berpendapat bahwasanya
media massa, laporan penelitian serta dokumen keterbukaan perdagangan menyebabkan
yang relevan. kemiskinan dan ketimpangan menurun, sedangkan
posisi kedua mengkritik bahwasanya keterbukaan
PEMBAHASAN perdagangan menyebabkan kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan meningkat.
Bagian ini terbagi dalam dua sub-bab Ozcan dan Kar29, Okungbowa dan
pembahasan yakni globalisasi ekonomi dan Eburajolo30, dan Oyewale dan Amusat31
Indonesia dan Deklarasi Buenos Aires dalam setidaknya mewakili kelompok pertama yang
kaitan kesetaraan dan keadilan gender di percaya akan janji kesejahteraan yang digaungkan
Indonesia. Bagian pertama fokus pada upaya oleh globalisasi. Tetapi nuansa optimis yang
menganalisis terkait implikasi globalisasi ekonomi digawangi oleh kelompok pro-globalisasi
terhadap Indonesia dalam konteks membangun ekonomi ditantang oleh kelompok yang pesimis
pemahaman terkait posisi perempuan di dalam terhadap janji-janji globalisasi ekonomi. Chen dan
proses terkait. Sedangkan bagian kedua fokus Ravallion32, Abbot33, dan Twyford34 merupakan
pada menyandingkan deklarasi bersama Buenos beberapa cendekia yang menantang argumentasi
Aires dengan kondisi kesetaraan dan keadilan dari kelompok pro-globalisasi ekonomi. Mereka
gender di Indonesia hingga memunculkan urgensi sepakat bahwasanya globalisasi ekonomi alih-
untuk pembahasan UU-KKG dilanjutkan kembali. alih membawa kesejahteraan justru semakin
mempertajam disparitas antara mereka yang
A. Globalisasi Ekonomi dan Indonesia:
masuk dalam kategori the have dan the have not.
Posisi Perempuan Indonesia di Dalam
Globalisasi dapat menjadi sumber masalah terkait
Globalisasi Ekonomi ketimpangan pendapat manakala proses produksi
Globalisasi ekonomi adalah suatu proses mengalami diversifikasi dan beberapa bagian
terintegrasinya ekonomi pada aras nasional ke ditransfer ke luar negeri.35
dalam suatu sistem ekonomi pada aras global.
Setidaknya, menurut Indra Kusumawardhana,
ada tiga tantangan utama yang dimunculkan oleh 29 Ozcan, G., Kar, M. (2016). Does foreign tradeliberalization
globalisasi ekonomi terhadap konsep negara reduce poverty in Turkey? Journal ofEconomic and Social
Development, 3(1): 157-173.
yakni semakin menguatnya peran Multinational
30 Okungbowa, F.O.E., dan Eburajolo, O.C. (2014).
Corporations, perdagangan finansial global, Globalization and poverty rate in Nigeria: An empirical
kemudian perdagangan bebas yang diterapkan analysis. International Journal of Humanities and Social
Science, 4(11): 126-135.
oleh negara-negara dunia dalam kerangka
31 Oyewale, I.O., dan Amusat, W.A. (2013). Impact
perjanjian multilateral kawasan ataupun global.28 of globalization on poverty reduction in Nigeria.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in
keterkaitan paling erat antara globalisasi ekonomi Business, 4(11).
32 Chen, S., and M, Ravallion. (2007). Absolute poverty
dan Hak Asasi Manusia terletak pada proses measures for the developing world, 1981- 2004, World Bank
ekstensifikasi pasar secara global ditunjang oleh Policy Research Working Paper No. 4211.
keberadaan tenaga kerja sebagai daya dukung 33 Abbott, K.W. Development policy in the new millennium
and the Doha ‘DevelopmentRound’. Asian Development
utamanya. Oleh karenanya, dari tiga aspek yang Bank, (2003).
disebutkan tadi, analisis ini akan fokus pada 34 Twyford, P. (2003). Does trade liberalisation exacerbate
dinamika pasar tenaga kerja perempuan Indonesia or reduce poverty? Trade and globalization in the lead
up to the Cancun Ministerial. Address to Council for
di dalam globalisasi ekonomi. International Development (CID) Trade Forum. Oxfam
International. Landon.
35 Feenstra, R.C., dan G.H. Hanson. (1999). The impact of
28 Kusumawardhana, Indra. “Globalisation And Strategy: outsourcing and high-technology capital on wages:
“Negara, Teritori Dan Kedaulatan Di Era Globalisasi”.” Ilmu Estimates for the U.S., 1979-1990, Quarterly Journal of
dan Budaya 40, no. 54 (2018). Economics, 114(3).
perdagangan internasional yang saat ini globalisasi ekonomi adalah niat WTO untuk turut
menurunkan upah perempuan, memindahkan berkontribusi di dalam agenda UN yakni Global
perempuan dari tanah mereka, memprivatisasi Development Goals yang memang memberikan
barang publik untuk memperkaya perusahaan perhatian terhadap kesetaraan dan keadilan
multinasional. Kami muak dengan kesetaraan gender.39 Seperti yang dilansir di dalam situs
gender yang digunakan sebagai taktik sinis resmi WTO sebagai berikut “Tindakan ini juga
untuk membenarkan neoliberalisme.”.37 akan berkontribusi pada Tujuan Pembangunan
Oleh karenanya, Indonesia harus memahami Global PBB, termasuk Tujuan Pembangunan
bahwasanya deklarasi Buenos Aires memuat Berkelanjutan untuk mencapai kesetaraan gender
berbagai sudut pandang, dimana salah satunya melalui pemberdayaan perempuan dewasa dan
adalah keraguan masyarakat sipil global terkait anak-anak (SDG 5)”.40
ketulusan dari niat deklarasi tersebut terhadap Berdasarkan adopted text (Terjemahan
pencapaian kesetaraan dan keadilan gender di bebas) yang telah dipublikasi oleh WTO, dasar-
dunia ini. Namun pemahaman tersebut harus dasar pengakuan dari munculnya deklarasi
dimulai dari menelaah terlebih dahulu terkait bersama tersebut memuat 6 pokok pemikiran
deklarasi yang telah dinyatakan dengan kondisi yakni:
kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia. Dari 1. Mengakui pentingnya memasukkan
sana, sudah saatnya Indonesia memiliki definisi perspektif gender ke dalam upaya
dan rumusan kebijakan sendiri dalam menyikapi mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif,
deklarasi WTO tersebut melalui memunculkan
dan menguatkan peranan kunci yang dapat
UU-KKG yang memang sejak awal dibahas di
dimainkan oleh kebijakan yang responsif
parlemen Indonesia diperuntukkan sebagai payung
hukum di dalam pemberdayaan perempuan di gender dalam mencapai pembangunan sosio-
Indonesia. ekonomi yang berkelanjutan;
2. Mengakui bahwa kebijakan perdagangan
B. Deklarasi Buenos Aires Dalam Kaitan inklusif dapat berkontribusi untuk
Kesetaraan dan Keadilan Gender di memajukan kesetaraan gender dan
Indonesia pemberdayaan ekonomi perempuan, yang
Sub-Bab ini akan fokus membedah konten memiliki dampak positif pada pertumbuhan
Deklarasi Buenos Aires serta mengkaitkannya ekonomi dan membantu mengurangi
dengan kondisi kesetaraan dan keadilan gender kemiskinan;
di Indonesia ketika dikaitkan dengan substansi
3. Mengakui bahwa perdagangan dan investasi
yang ada di dalam dokumen resmi deklarasi
internasional adalah mesin pertumbuhan
bersama tersebut. Joint Declaration on Trade and
Women’s Economic Empowerment disepakati ekonomi untuk negara-negara berkembang
pada tanggal 12 Desember 2017. Dengan tujuan dan maju, dan bahwa meningkatkan akses
utama to remove barriers to, and foster, women’s perempuan ke peluang dan menghilangkan
economic empowerment.38 118 anggota dan hambatan untuk partisipasi mereka dalam
observer di Organisasi Internasional WTO ekonomi nasional dan internasional
terlibat di dalam deklarasi tersebut. Alasan utama berkontribusi terhadap pembangunan
mengapa WTO sebagai Organisasi Internasional ekonomi berkelanjutan;
yang telah sekian lama menjadi sasaran kritik 4. Mengakui kebutuhan untuk mengembangkan
berbagai organisasi non-pemerintah dunia terkait intervensi berbasis bukti yang mengatasi
keabaiannya terhadap nasib buruh serta berbagai hambatan yang membatasi peluang
kesetaraan dan keadilan gender di dalam
bagi perempuan dalam perekonomian;
37 Apwld.org, n.d. http://apwld.org/press-release-164- 5. Menguatkan 5 Tujuan Pembangunan
womens-rights- groups- call- on- governments-to-
reject-the-wto-declaration- on-womens-economic-
Berkelanjutan dalam Agenda 2030 PBB
empowerment/ untuk Pembangunan Berkelanjutan, yang
38 Seperti yang telah dilansir di dalam situs resmi WTO.
Dikutip secara daring di halaman https://www.wto.org/
english/news_e/news17_e/mc11_12dec17_e.htm, terakhir 39 Ibid
akses 20 Juni 2018 40 Ibid
bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender yang juga dijelaskan olehWTO sendiri bahwasanya
dan memberdayakan semua perempuan dan meskipun perempuan merepresentasikan setengah
anak perempuan; dari populasi dunia, mereka hanya berkontribusi
6. Menegaskan kembali komitmen kami untuk sebesar 37% dari gross domestic product (GDP)
dunia dan awamnya hanya menjalankan usaha
secara efektif melaksanakan kewajiban
kecil menengah. Bahkan di beberapa negara
berdasarkan Konvensi tentang Penghapusan
berkembang, bisnis yang dimiliki perempuan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
hanya mampu menyumbang 3-6% dari GDP
Perempuan, yang diadopsi oleh Majelis Umum negara. Survei dari International Trade Centre
PBB pada 18 Desember 1979. di 20 negara-negara berkembang mengungkap
bahwa dari 5 perusahaan eksportir hanya satu
Berlandaskan dasar-dasar pemikiran yang dimiliki oleh perempuan. Di 155 negara
tersebut, negara-negara yang terlibat di dalam dunia, setidaknya ada satu instrumen hukum yang
Deklarasi Buenos Aires sepakat untuk melakukan menjadi penghalang untuk perempuan memenuhi
kolaborasi dalam bentuk: hak dan kesempatannya di bidang ekonomi.
1. Saling Berbagi pengalaman masing-masing Bahkan prediksi yang tersedia membutuhkan 170
tahun untuk mencapai kesetaraan gender di dunia
terkait dengan kebijakan dan program untuk
ini.41
mendorong partisipasi perempuan dalam
ekonomi nasional dan internasional melalui Kondisi ini juga terjadi di Indonesia,
Ketimpangan yang nampak dalam sistem sosial
pertukaran informasi Organisasi
yang ada di Indonesia tidak hanya terkait rasa aman
Perdagangan Dunia (WTO), sebagaimana
dari ancaman bersifat kekerasan mental maupun
layaknya, dan pelaporan sukarela selama
fisik semata dan keterlibatan dalam proses politik
proses peninjauan kebijakan perdagangan dalam menentukan arah komunitas maupun
WTO; negara. Pada aspek yang berkelindan langsung
2. Berbagi praktik terbaik untuk melakukan dengan pembangunan ekonomi Indonesia juga
analisis kebijakan perdagangan berbasis nampak ketimpangan dan ketidakadilan yang
gender dan untuk memantau dampaknya; sangat tajam. Pada aspek ekonomi terdapat enam
3. Membagi metode dan prosedur untuk artikel yang mengejawantahkan corak ekonomi
pengumpulan data-data terkait gender, Indonesia yang bernafaskan demokrasi yakni
Pasal 27(2), 28A, 28D (2), 28H (2);(3);(4), Pasal
penggunaan indikator, metodologi
33 dan Pasal 34 (1) dan (2) dari Undang-Undang
pemantauan dan evaluasi, serta analisis
Dasar Negara Republik Indonesia.
statistik yang berfokus pada gender terkait
Meskipun, dengan ditetapkannya Undang-
dengan perdagangan;
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
4. Bekerja bersama-sama melalui WTO untuk Asasi Manusia, Indonesia sebagai negara yang
menghilangkan hambatan bagi berdaulat juga merespon dinamika yang terjadi di
pemberdayaan ekonomi perempuan dan aras global setelah meratifikasi kesepakatan dunia
meningkatkan partisipasi mereka dalam terkait kesetaraan dan keadilan gender baik United
perdagangan; dan Nations under Convention on the elimination of
5. Memastikan ketersediaan alat-alat Discrimination Against Woman (CEDAW)
pendukung Aid for Trade dan pengetahuan maupun Millenium Development Goals (MDGs).
untuk menganalisis, merancang, dan Namun sudahkah kesetaraan dan keadilan gender
menerapkan kebijakan perdagangan yang dihadirkan secara maksimal dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender? Sejauh mana
lebih responsif gender.
hak-hak perempuan diperoleh setelah reformasi
Seluruh substansi dan wacana kolaborasi yang mengedepankan penerapan demokrasi di
dari Deklarasi Buenos Aires menekankan pada negara Indonesia?
upaya aktif pemerintahan negara untuk menjamin
keterlibatan perempuan di dalam proses
Sedangkan peraturan yang menjadi dasar Angka rata – rata dari perempuan yang aktif
untuk memperkuat peran perempuan dalam secara ekonomi menunjukan bahwa dalam
pembangunan Indonesia ada pada Inpres Nomor rentang hampir satu dekade perempuan yang
9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender menjadi bagian dari aktifitas ekonomi di Indonesia
(PUG). Inpres ini menjadi dasar adanya upaya yang juga menjadi bagian dari agregasi Gross
berperspektif gender bagi seluruh kebijakan dan Domestic Product (GDP) Indonesia tidak pernah
program pembangunan nasional, tanpa kecuali. mampu menembus prosentase 40%. Angka pada
Baik kebijakan di pusat maupun di daerah tahun 2002 menunjukan 37.17% sedangkan di
tahun 2011 bulan Februari adalah 39.48%. Masih
sangat timpang antara perempuan yang memiliki
45 Country Gender Profile: Indonesia, Final Report, Japan
International Cooperation Agency. 2011. Hal.11.
kesadaran ataupun memiliki kemampuan untuk
46 Kania, Dede. “ Hak Asasi Perempuan dalam Peraturan turut berkontribusi dalam arus pembangunan
Perundang-Undangan di Indonesia. Jurnal Konstitusi, Indonesia.
Volume 12 Nomor 4. 2015.
mendapatkan pujian setinggi langit oleh Bank Indonesian society’.55 Bertolak dari pengalaman
Dunia (World Bank) sebagai salah satu Asian tersebut, sangat penting untuk memperhatikan
Economic Miracle.51 Ternyata pada tahun 1997 realitas sejarah yang terjadi terkait keadilan dan
mulai mengalami masalah dikarenakan kesetaraan gender di Indonesia. Untuk itu
ketergantungan terhadap utang luar negeri, memahami pemberdayaan perempuan harus
kegagalan manajemen ekonomi makro, korupsi memperhatikan sensitivitas yang dalam agar
dan kesalahan dalam mengimplementasikan tidak dilakukan secara asal dan dangkal sehingga
kebijakan-kebijakan dari International Monetary malah semakin mempertajam ketimpangan di
Fund (IMF) yang akhirnya malah menghancurkan antara perempuan dan laki-laki sebagai anggota
perekonomian Indonesia hingga berujung pada masyarakat. Oleh karena itu, Undang – Undang
terjadinya krisis ekonomi-politik. Ternyata Kesetaraan dan Keadilan Gender menjadi sangat
krisis tersebut memiliki dampak yang luar biasa penting jika ingin mempercepat pencapaian
terhadap merosotnya kualitas hidup perempuan persamaan substantif serta kesempatan yang sama
di Indonesia. Disparitas gender yang sudah mulai antara perempuan dan laki-laki dalam menikmati
semakin dipersempit dengan adanya kebijakan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
wajib belajar 9 (sembilan) tahun, dan hampir budaya.
sudah dapat dieliminasi di tahun 1997; kembali Salah satu aspek yang harus diperhatikan
melebar pasca krisis yang terjadi.52 adalah kapasitas perempuan dalam bersaing
Laporan UNDP menyatakan bahwa angka untuk dapat bekerja di berbagai bidang secara
perempuan yang memiliki penghasilan di bawah maksimal. Studi dari Julie H. Gallaway dan
garis kemiskinan berlipat ganda dari 11% menjadi Alexander Bernasek terhadap angkatan kerja
22% di Indonesia pada tahun 1998, upah untuk Indonesia mengungkap data empiris yang
perempuan merosot menjadi sepertiga dari upah dianalisis melalui jumlah sampel penelitian 8.654
laki-laki. Oleh karena itu, perempuan terpaksa pekerja laki-laki dan perempuan. Kajian tersebut
untuk menerima jam kerja yang lebih lama untuk menunjukan bahwa lebih dari 70% pekerja yang
dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.53 diteliti bekerja di tiga kategori besar yakni: sektor
Dapat dikatakan perempuan di Indonesia pada agrikultur (41%), sektor penjualan (18%) dan
waktu itu menjadi pihak yang mendapat respon sektor produksi-konstruksi (12%). Sedangkan
penurunan kualitas hidup yang paling keras. Hal dari kategori tersebut ketika melihat distribusi
tersebut tidak terlepas dari dikotomi perempuan serta komposisi berdasarkan gender maka nampak
sebagai sosok ibu yang memiliki tugas utama data bahwa perempuan kebanyakan berkarya di
yakni “women’s primary role as mothers is to empat tempat yakni sektor agrikultur (1.404),
look after her family, a group, a class, a company penjualan (912), proses produksi (411), dan jasa
or the state, without demanding power or prestige (272). Dimana keempat sektor tersebut tidak
in return”.54 Dimana Suryakusuma menyebut terlalu membutuhkan literasi bahkan pendidikan
bahwa cara orde baru membenamkan ideologi yang tinggi. Sedangkan di sektor profesional
“stateibuism” adalah dengan mengartikulasikan yang membutuhkan literasi dan pendidikan tinggi
definisi perempuan sebagai ‘appendages and hanya 36 perempuan yang berkarya di profesi
companions to their husbands, as procreators tersebut.56
of the nation, as mothers and educators of Data tersebut memberikan gambaran bahwa
children, as housekeepers, and as members of pemberdayaan masih sangat memiliki potensi
untuk ditingkatkan demi tercapainya kesetaraan
51 Hadi, Syamsul, Dominikus Dolet, Jerry S. Manuel, and S.
B. Khrisna. Strategi pembangunan Mahathir dan Soeharto:
dan keadilan gender. Namun ketiadaan Undang-
politik industrialisasi dan modal Jepang di Malaysia dan Undang Kesetaraan dan Keadilan Gender
Indonesia. Pelangi Cendekia, 2005. membuat upaya meningkatkan kontribusi
52 Country Gender Profile: Indonesia, Final Report, Japan
perempuan dalam pembangunan kurang kuat. tersebut Triyuni Soemartono dalam bukunya
Selama ini strategi pengarusutamaan gender “Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan
berlandaskan pada Inpres Nomor 9 Tahun 2000 Perempuan” telah memberikan elaborasi
meliputi: (1) Perencanaan, termasuk di dalamnya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perencanaan yang responsif gender/gender pengarusutamaan gender dalam pembangunan
budgeting; (2) Pelaksanaan; dan (3) Pemantauan adalah sebagai berikut: (1) masih rendahnya
dan Evaluasi. Sedangkan pada tataran yang kualitas hidup dan peran perempuan, yang antara
lebih rendah, dasar hukum pelaksanaan PUG lain, disebabkan oleh terjadinya kesenjangan
diatur dalam Keputuran Menteri Dalam Negeri gender dalam hal akses, manfaat, dan partisipasi
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum dalam pembangunan, serta penguasaan terhadap
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam sumber daya, terutama di bidang politik, jabatan-
Pembangunan di daerah yang kemudian dilakukan jabatan publik, dan di bidang ekonomi, baik
pembahuruan dengan terbitnya Peraturan Menteri antar-provinsi maupun antarkabupaten/ kota;
Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011. serta rendahnya kesiapan perempuan dalam
Dikarenakan implementasi PUG mengantisipasi dampak perubahan iklim, krisis
membutuhkan dukungan anggaran yang energi, krisis ekonomi, bencana alam dan
responsif gender. Melalui Peraturan Kementerian konflik sosial, serta terjadinya penyakit. (2) masih
Keuangan Nomor 119 Tahun 2009 tentang rendahnya perlindungan terhadap perempuan dari
Petunjuk Penyusunan Penelaahan Rencana Kerja tindak kekerasan, yang ditandai dengan maraknya
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang
dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan, belum diiringi dengan peningkatan kuantitas dan
dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan kualitas layanan terhadap para korban tindak
Anggaran Tahun Anggaran 2010; tindak lanjut kekerasan, masih terdapat ketidaksesuaian
dari seluruh instrumen peraturan tersebut adalah antarproduk hukum yang dihasilkan, termasuk
sebanyak 7 (tujuh) Kementerian didorong untuk antara produk hukum yang dikeluarkan oleh
menerapkan Anggaran Responsif Gender (ARG) pemerintah pusat dengan daerah berkaitan
ke dalam program dan kegiatan masing-masing dengan perlindungan terhadap perempuan. (3)
Kementerian, yaitu: Kementerian Keuangan, masih lemahnya kelembagaan pengarusutamaan
Kementerian Pertanian, Kementerian Pendidikan gender di Indonesia. Angka GDI (Gender-related
Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Development Index) mengukur pencapaian dari
Pekerjaan Umum, Kementerian Pemberdayaan dimensi dan indikator yang sama dengan HDI
Perempuan dan Perlindungan Anak; dan Badan (Human Development Index), namun dengan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Serta memperhitungkan kesenjangan pencapaian antara
untuk mempercepat pelaksanaan PUG, juga perempuan dan laki-laki. GDI adalah HDI yang
telah diterbitkan Surat Edaran mengenai Strategi disesuaikan oleh adanya kesenjangan gender,
Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender sehingga selisih yang semakin kecil antara GDI
melalui Perencanaan dan Penganggaran yang dan HDI menyatakan semakin kecilnya
Responsif Gender.57 kesenjangan gender.
Pada kenyataaannya sudah berbagai macam Berdasarkan Indonesia Human Development
perundang-undangan dikeluarkan pemerintah Report 2014, angka HDI 0,684 dan angka GDI
sebagai payung hukum untuk menjamin 0.927. Ketimpangan antara angka HDI
berjalannya konsep kesetaraan dan keadilan dibandingkan dengan angka GDI menunjukkan,
gender; tidak hanya di tataran nasional namun bahwa keberhasilan pembangunan sumber daya
diharapkan mampu menderas hingga dilaksanakan manusia secara keseluruhan belum sepenuhnya
di daerah. Tetapi permasalahan/kendala yang diikuti dengan keberhasilan pembangunan
dihadapi masih menghadang perkembangan gender, atau masih terdapat kesenjangan gender.
pergerakan perempuan untuk pembangunan yang Ukuran lain dalam pembangunan pemberdayaan
responsive gender. Dalam konteks permasalahan perempuan adalah Gender Empowerment
Measurement (GEM), Angka GEM Indonesia
pada tahun 2005 adalah 0,40 kemudian pada
57 Susiana, Sali. “URGENSI UNDANG-UNDANG TENTANG
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.” Kajian 19.3 tahun 2013 menjadi 0,52. Angka tersebut adalah
(2016): 219-234.
terendah dari ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, pemahaman yang lebih baik ketika berbicara
Filipina, Singapura dan Thailand). GEM di tentang gender.
Indonesia berkembang jauh di bawah HDI Selain itu tindak lanjut dari diseminasi
Indonesia dari tahun ke tahun. Dengan begitu tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk
menunjukan bahwa kesetaraan dan keadilan merumuskan strategi pemberdayaan perempuan
gender dalam aspek ekonomi dan politik berjalan yang lebih tepat dalam mendukung pembangunan
sangat lambat. Indonesia, tentu saja dari diseminasi itu juga dapat
Oleh karena itu jika saja Draft RUU KKG ditemukan titik temu antara konsep kesetaraan
yang diajukan hasil Panja 9 Desember 2013 dan keadilan gender dengan berbagai nilai – nilai
dilanjutkan pembahasannya hingga paripurna; agama ataupun lokal yang dianut oleh masyarakat
maka kesetaraan dan keadilan gender akan Indonesia secara luas. Selain itu pemahaman akan
semakin kuat adanya di Indonesia. Sebagai contoh konsep kesetaraan dan keadilan gender masih
dalam RUU tersebut pada pasal 7 terdapat aturan sangat terbatas di semua kalangan, demikian
yang berbunyi sebagai berikut: pula pemahaman akan pentingnya anak sebagai
Tindakan KKG di bidang ketenagakerjaan generasi penerus bangsa masih harus ditingkatkan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c Keterbatasan pemahaman itu juga terjadi di antara
dilaksanakan melalui: para perencana dan pelaksana pembangunan,
yang selanjutnya turut memperlambat upaya-
a. Pemberian akses, kesempatan, dan perlakuan
upaya pengintegrasian konsep tersebut ke dalam
yang sama:
berbagai kebijakan, program, dan kegiatan
1. untuk memilih dan menentukan pembangunan. Instruksi presiden No. 9 tahun 2000
pekerjaan di semua bidang; dan mengenai keharusan semua sektor pembangunan
2. dalam penerimaan, penempatan, untuk melaksanakan Pengarusutamaan Gender
pendidikan dan pelatihan kerja, serta (PUG), merupakan tonggak penting dalam sejarah
promosi jabatan di semua jenjang; terhadap segala usaha untuk mencapai kesetaraan
gender yang merupakan bagian dari Hak Asasi
b. Pemberian upah, tunjangan, dan jaminan
Manusia dan Keadilan Sosial. Namun karena
sosial yang sama, serta penyediaan fasilitas program pembangunan pemberdayaan perempuan
lainnya; dan dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
c. Jaminan dan perlindungan atas kesehatan anak dapat dilaksanakan dengan baik, apabila ada
dan keselamatan kerja, termasuk kesehatan Undang-Undang yang menjadi payung hukum
reproduksi dan perlindungan dari tindak untuk pelaksanaannya di berbagai tataran secara
kekerasan seksual.”58 komprehensif serta kelembagaan yang kuat dalam
Pasal tersebut akan semakin mempertajam menangani upaya tersebut, baik di aras nasional
sensitivitas Indonesia ketika harus berkelindan maupun daerah.
dengan konsep gender, dengan adanya pasal yang Undang – Undang mengenai Kesetaraan dan
mengatur kesetaraan dan keadilan gender dalam Keadilan Gender (UU KKG) sama sekali tidak
bernegara dan berbangsa maka pemberdayaan bermaksud untuk memberikan keistimewaan
perempuan akan semakin diperkuat. Terutama kepada perempuan dan mendiskriminasikan pihak
ketika dalam pasal 4 RUU-KKG juga disebutkan laki-laki. Keberadaan Undang-Undang tersebut
bahwa Kesetaraan dan Keadilan Gender dapat justru memiliki utilitas untuk memperkuat
diperjuangkan melalui pembentukan dan peraturan perundang-undangan yang telah ada
pengembangan studi mengenai Gender di setiap yang mengatur hak dan kewajiban yang setara
perguruan tinggi. Dengan melakukan diseminasi bagi setiap warga negara (dari sudut pandang laki-
wacana terkait gender secara ekstensif dan laki dan perempuan) dan juga secara implisit
intensif secara intelektual maka dapat mendorong membantu peraturan perundang-undangan agar
tidak bias gender. Karena sifatnya memperkuat,
maka materi muatan yang ada dalam UU KKG
58 Naskah RUU KKG (Kesetaraan dan Keadilan Gender), hlm. nantinya sama sekali tidak mengganti materi
4. Dapat di lihat secara daring di halaman http://www.
koalisiperempuan.or.id/wp-content/uploads/2014/04/ muatan yang ada dalam peraturan perundang-
DRAF-RUU-KKG-Panja-9-desember-2013-ke-Baleg.pdf. undangan lama. Jadi, jika UU-KKG ini
Terakhir akses 20 Juni 2018.
SARAN
Pasca Deklarasi Buenos Aires, dapat
diperhatikan bahwa trajektori agenda global tidak
hanya menyangkut aspek politik dan sosial,
namun telah menyentuh dimensi ekonomi yang
memang menjadi platform utama dari globalisasi.
Setelah SDGs memasukkan isu gender di dalam
agenda ke-lima, sekarang WTO juga
memainkan perannya untuk mengkonsolidasikan
kebijakan negara-negara dunia terkait women’s
empowerment. Pada titik ini, Undang-Undang
tentang KKG diperlukan untuk mempercepat
tercapainya persamaan substantif dan kesempatan
yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam
menikmati hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Selain itu, UU tentang KKG
diperlukan sebagai payung hukum guna mencapai
akses dan kondisi yang setara antara laki-laki dan
perempuan.
Okin, Susan Moller. “Justice and gender: An Malaysia dan Indonesia. Pelangi Cendekia,
unfinished debate.” Fordham L. Rev. 72 2005.
(2003): 1537. Retno, Wulandari. 2010.Budaya Hukum Patriarki
Okungbowa, F.O.E., dan Eburajolo, O.C. (2014). v. Feminis. Jurnal Hukum Dosen Tetap pada
Globalization and poverty rate in Nigeria: Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
An empirical analysis. International Journal Twyford, P. (2003). Does trade liberalisation
of Humanities and Social Science, 4(11): exacerbate or reduce poverty? Trade and
126-135. globalization in the lead up to the Cancun
Oyewale, I.O., dan Amusat, W.A. (2013). Impact Ministerial. Address to Council for
of globalization on poverty reduction International Development (CID) Trade
in Nigeria. Interdisciplinary Journal of Forum. Oxfam International. Landon.
Contemporary Research in Business, 4(11).
Sumber Online:
Ozcan, G., Kar, M. (2016). Does foreign trade
liberalization reduce poverty in Turkey? Apwld.org, n.d. http://apwld.org/press-release-
Journal of Economic and Social 164 -w o me n s -r i gh t s - g r o u p s -c a l l -o n -
Development, 3(1): 157-173. governments-to-reject-the-wto-declaration-
on-womens-economic-empowerment/
Prakash, A., Hart, J., ‘Introduction’ in Prakash, A.,
Hart, J. (eds.), Globalization and Governance Doha Work Programme – Decision Adopted by
(London: Routledge, 1999): 1–24 the General Council on 1 August 2004, WTO
Doc.WT/L/579 of 2 August 2004, available
Siahaan, Asima Yanti. 2002. “Decentralisation in
at http://www.wto.org/english/tratop_e/
Indonesia: Bringing Governance toWomen.”
dda_e/ddadraft_31jul04_e.pdf (diakses: 20
Paper Presented at DevNet Conference,
Juni 2018).
Massey University, NewZealand.
Kemendagri.go.id. http://www.dukcapil.
Shiva, Vandana. “Food rights, free trade, and
kemendagri.go.id/laporan. Terakhir akses 06
fascism.” Di dalam Globalizing Rights:
November 2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
The Oxford Amnesty Lectures (1999), ed.
Matthew Gibney (Oxford: Oxford University Koalisiperempuan.or.id, 2013. http://www.
Press), hal 87-108. ko al i s i per e mpu an .o r.i d/ w p -co nt e nt /
uploads/2014/04/DRAF-RUU-KKG-Panja-
Suryakusuma, Julia. 1996. The State and
9-desember-2013-ke-Baleg.pdf.Terakhir
Sexuality in The New Order Indonesia in
akses 06 Juni 2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
Sears, Laurie J. ed. Fantasizing the
Feminism in Indonesia Duke University UN, n.d. http://www.un-documents.net/a37r63.
Press: Durham& London. htm. Terakhir akses 06 November 2016,
Pada Pukul 20.00 WIB.
Susiana, Sali. “URGENSI UNDANG-UNDANG
TENTANG KESETARAAN DAN Country Gender Profile: Indonesia, Final Report,
KEADILAN GENDER.” Kajian 19.3 Japan International Cooperation Agency.
(2016): 219-234. 2011. Terakhir akses 06 November 2016,
Pada Pukul 20.00 WIB.
Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan
Metode”, (Malang: Setara Press, 2013), hlm. UN.org, 2016. https://sustainabledevelopment.
130 un.org/about. Terakhir akses 06 November
2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
Soemartono, Triyuni. Peran Pemerintah Dalam
Pemberdayaan Perempuan. Yayasan Budi UNDP, n.d. http://hdr.undp.org/en/composite/
Arti, 2014. GDI. Terakhir akses 06 November 2016,
Pada Pukul 20.00 WIB.
Hadi, Syamsul, Dominikus Dolet, Jerry S.
Manuel, and S. B. Khrisna. Strategi BPS, n.d. https://www.bps.go.id/website/pdf_
pembangunan Mahathir dan Soeharto: publikasi/watermark%20_Laporan%20
politik industrialisasi dan modal Jepang di Studi%20Kualitatif%20Partisipasi%20
Perempuan%20dalam%20Politik.pdf.
diakses 06 November 2016, Pada Pukul
20.00 WIB.
BPS, n.d. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
view/id/983. Terakhir akses 06 November
2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
Indonesia Economic Outlook, n.d. http://www.
focus-economics.com/countries/indonesia.
Terakhir akses 20 Juni 2018, Pada Pukul
20.00 WIB.
WTO.org, 2017. https://www.wto.org/english/
news_e/news17_e/mc11_12dec17_e.htm,
terakhir akses 20 Juni 2018