0% found this document useful (0 votes)
163 views22 pages

Artikel Gender

This document summarizes a journal article that discusses the urgency of enacting a Gender Equality and Justice Act in Indonesia following its involvement in the 2017 Buenos Aires Joint Declaration on Trade and Women's Economic Empowerment by the World Trade Organization (WTO). The article analyzes Indonesia's position at a crossroads, as the joint declaration emphasizes gender equality and justice in economic activity, yet Indonesia lacks laws to regulate corporate behavior in this area. Using concepts like economic globalization, human rights, and gender perspectives, the article conducts a socio-legal analysis of why the Gender Equality and Justice Act is important for Indonesia after joining the joint declaration.

Uploaded by

Wavi Elwijayanti
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
163 views22 pages

Artikel Gender

This document summarizes a journal article that discusses the urgency of enacting a Gender Equality and Justice Act in Indonesia following its involvement in the 2017 Buenos Aires Joint Declaration on Trade and Women's Economic Empowerment by the World Trade Organization (WTO). The article analyzes Indonesia's position at a crossroads, as the joint declaration emphasizes gender equality and justice in economic activity, yet Indonesia lacks laws to regulate corporate behavior in this area. Using concepts like economic globalization, human rights, and gender perspectives, the article conducts a socio-legal analysis of why the Gender Equality and Justice Act is important for Indonesia after joining the joint declaration.

Uploaded by

Wavi Elwijayanti
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 22

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by e-Journal Balitbangkumham (Balitbang Hukum Dan Ham)

Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

INDONESIA DI PERSIMPANGAN: URGENSI “UNDANG-UNDANG


KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER” DI INDONESIA PASCA DEKLARASI
BERSAMA BUENOS AIRES PADA TAHUN 2017
(Indonesia at a Crossroads: The Urgency of “Gender Equality and Justice Act” in
Indonesia After Buenos Aires Joint Declaration in 2017)

Indra Kusumawardhana
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina
E m a i l : [email protected]/
[email protected]

Rusdi J. Abbas
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina
E m a i l : [email protected]

Tulisan Diterima: 21-06-2018; Direvisi: 16-11-2018: Disetujui Diterbitkan: 16-11-2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2018.9.153-174

ABSTRACT
Post WTO’s Joint Declarationon Trade and Economic Empowerment of Women in December 2017, at Buenos
Aires, the involvement of Indonesia made it stand on the crossroads. Nonetheless, the polemic of gender equality
and justice remains a task far from the end for Indonesia, especially if it refers to the fact that Indonesia has not
yet completed the ratification of Law on gender equality and equity (KKG). In fact, the substance of the Joint
Declaration of Buenos Aires is the emphasis on gender equality and justice on economic activity, the absence
of laws capable for regulating corporate behavior toward gender equality and justice in Indonesia will be a
bad precedent in the future. In this context, this study probes the urgency of Law on Gender Equality and Equity
(KKG) in addressing Indonesia’s involvement in the Joint Declaration of Buenos Aires. The core question,
to tackle, why does Law on Gender Equality and Equity is important post Indonesia’s involvement in WTO’s
Joint Declaration on Trade and Economic Empowerment? Utilizing some basic concepts such as globalization
of economy, human rights, and gender perspective approach; as well as using qualitative methodologies in
analyzing the problems. This article will conduct a socio-legal analysis of the urgency of the Gender Equality
and Justice Act after Indonesia’s involvement in the Buenos Aires Joint Declaration on Trade and Women’s
Economic Empowerment.
Keywords: Globalisation of Economy, Human Rights, Gender Equality and Equity, Indonesia, World
Trade Organization

ABSTRAK
Pasca Deklarasi Bersama Buenos Aires tentang Perdagangan dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan pada
Desember 2017 silam, keterlibatan Indonesia kembali menjadikannya berada di persimpangan jalan. Jika
merujuk pada kenyataan bahwa hingga kini Indonesia belum memiliki Undang - Undang Kesetaraan dan
Keadilan Gender (UU-KKG), polemik kesetaraan dan keadilan gender tetap menjadi sebuah tugas yang jauh
dari kata usai untuk Indonesia terutama dalam konteks penjaminan Hak Asasi Manusia. Padahal, substansi
Deklarasi Bersama Buenos Aires adalah penekanan terhadap kesetaraan dan keadilan gender pada aktifitas

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 153


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

ekonomi. D alam konteks tersebut, kajian ini dirajut dalam rangka mengangkat kembali urgensi UU-KKG,
terutama dalam kaitan pemberdayaan ekonomi perempuan pasca Deklarasi Buenos Aires. Pertanyaan utama
yang diajukan adalah mengapa UU-KKG penting bagi Indonesia pasca keterlibatannya di dalam Deklarasi
Buenos Aires? Melalui pendekatan globalisasi ekonomi, hak asasi manusia, dan perspektif gender; serta
menggunakan metodologi kualitatif dalam menganalisis permasalahan urgensi Undang-Undang Kesetaraan dan
Keadilan Gender setelah Indonesia terlibat di dalam Deklarasi Bersama Buenos Aires tentang Perdagangan dan
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan.
Kata Kunci: Globalisasi Ekonomi, Hak Asasi Manusia, Kesetaraan dan Keadilan Gender, Indonesia,
World Trade Organization

PENDAHULUAN menandatangani Deklarasi Bersama. Deklarasi ini


memuat agregasi komitmen negara-negara dunia
Pasca Indonesia turut serta di dalam untuk menjamin kesetaraan dan keadilan Gender
kesepakatan World Trade Organization bertajuk pada sektor ekonomi dan perdagangan. Seperti
Deklarasi Bersama Perdagangan dan yang dilansir oleh halaman resmi WTO “Seluruh
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan (Joint anggota dan pengamat di dalam WTO telah
Declaration on Trade and Women’s Economic secara spesifik menyetujui untuk menemukan
Empowerment) di Buenos Aires pada Desember cara terbaik mengatasi hambatan perdagangan,
2017.1 Kesetaraan dan Keadilan Gender, terutama kurangnya akses ke pembiayaan perdagangan dan
terkait interelasi antara laki-laki-perempuan di partisipasi perempuan yang tidak optimal di pasar
dalam masyarakat Indonesia saat ini berada di pengadaan publik”3
persimpangan. Pada satu sisi, perjanjian tersebut Sedangkan, secara holistik jumlah penduduk
ingin menguatkan relasi antara perempuan dengan perempuan di Indonesia 123.948.260 jiwa atau
pasar. Sedangkan pada sisi lainnya, kesetaraan 49,02% dari penduduk Indonesia yang
dan keadilan gender di Indonesia masih belum berjumlah 252,847.629 jiwa, berarti penduduk
memiliki Undang-Undang Kesetaraan dan perempuan hampir mencakup setengah jumlah
Keadilan Gender yang dapat menguatkan pranata penduduk Indonesia.4 Adapun gambaran proporsi
hukum Indonesia untuk mengatur isu terkait. demografis terkait gender di Indonesia
Dikarenakan persoalan kesetaraan dan berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk 2010-2035,
keadilan gender telah menjadi sebuah isu yang pada 2015 rasio jenis kelamin penduduk
sangat penting secara global. Dimana, setelah Indonesia adalah sebesar 101, artinya dari
isu gender masuk sebagai salah satu tujuan seratus penduduk perempuan terdapat 101
utama transformasi langkah kolektif global yakni penduduk laki-laki di Indonesia. Rasio jenis
Sustainable Development Goals (SDGs) pada kelamin ini akan mencapai 100,17 pada 2035,
tahun 2015 lampau yang menjadi sebuah bukti artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
nyata semakin kuatnya kepedulian masyarakat akan mencapai jumlah yang hampir sama.
dunia terkait polemik kesetaraan dan keadilan Namun ironisnya, tingkat Partisipasi Angkatan
gender (un.org).2 Kepedulian tersebut semakin Kerja (TPAK) perempuan berdasarkan hasil
mengemuka setelah pada Desember 2017 silam, tilikan Satuan Kerja Nasional (Sakernas)
World Trade Organization (WTO) berhasil Agustus 2014 adalah sebesar 50,22 persen,
mengonsolidasikan 118 negara untuk terpaut sekitar 27 persen dengan TPAK laki-laki
yang bernilai 83,05 persen. Angka TPAK ini
menunjukkan bahwa dari 100 perempuan usia 15
1 Seperti yang telah dilansir di dalam situs resmi WTO.
Dikutip secara daring di halaman https://www.wto.org/ tahun ke atas, hanya 50 orang yang tersedia untuk
english/news_e/news17_e/mc11_12dec17_e.htm, terakhir berpartisipasi di pasar kerja.
akses 20 Juni 2018
2 Pengakuan pentingnya kesetaraan dan keadilan gender
sebagai sebuah kesepakatan tujuan kolektif dunia nampak 3 Seperti yang telah dilansir di dalam situs resmi WTO.
dengan masuknya agenda tersebut dalam SDGs; Seperti Dikutip secara daring di halaman https://www.wto.org/
yang telah dinyatakan melalui Sustainable Development english/news_e/news17_e/mc11_12dec17_e.htm, terakhir
Knowledge Platform di bagian Gender Equality and Women akses 20 Juni 2018
Empowerment. https://sustainabledevelopment.un.org/ 4 Data Direktorat Jenderal Penduduk dan Catatan Sipil, 2013.
topics/genderequalityandwomensempowerment, terakhir Dapat diakses secara daring pada halaman Kemendagri.
akses 01 November 2016. go.id.http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/laporan.
Terakhir akses 06 November 2016, Pada Pukul 20.00 WIB.

154 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

Alasan utama yang menjadi permasalahan disepakati bersama terkait dengan persoalan
terjadinya ketimpangan keterlibatan perempuan Pengarusutamaan Gender (PUG) untuk kemajuan
pada pasar tenaga kerja adalah kuatnya sistem Indonesia, yang dijelaskan oleh Arivia yaitu
patriarki di dalam budaya Indonesia. Patriarki (1) “Undang – undang Dasar Negara Kesatuan
adalah tatanan kekeluargaan yang sangat Republik Indonesia 1945 Pasal 31 Ayat 1: setiap
mementingkan garis turunan bapak.5 Negara yang warganegara baik perempuan maupun laki-laki
menganut sistem patriarki; cenderung membiarkan mendapatkan kesempatan setara untuk
dominasi laki – laki terhadap perempuan bahkan mengecap pendidikan”, (2) Inpres Nomor 9 tahun
perempuan selalu saja dipandang orang kedua 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
setelah laki-laki di dalam dinamika bermasyarakat Pembangunan Nasional merupakan landasan
secara holistik maupun spesifik. Hal inilah yang hukum yang kuat untuk melaksanakan PUG
membuat terjadinya pembagian kerja terhadap khususnya bagi jajaran pemerintah.7
perempuan, karena laki-lakilah yang selalu Pada titik ini, menguatnya desakan untuk
mengambil keputusan, baik dalam keluarga, mengatasi polemik ketimpangan yang dialami oleh
maupun di tempat kerja. perempuan pada sektor perdagangan dan ekonomi
Adapun Silvia Walby mengatakan bahwa sebagai prakondisi penting keberlangsungan
partiarkhi merupakan sistem terstruktur dan perekonomian dunia, setidaknya dapat dipahami
praktek sosial yang menempatkan kaum laki-laki melalui dua pendapat berikut; pertama, di tengah
sebagai pihak yang mendominasi, melakukan derasnya globalisasi ekonomi sekarang ini,
operasi dan mengeksploitasi kaum perempuan. Globalisasi telah menciptakan kesempatan-
Sistem ini ada dalam dua bentuk yakni (1) Private kesempatan yang sama bagi semua aktor dalam
patriarchy (partiarkhi domestik) yakni yang politik dan ekonomi global untuk satu sama lain
menekankan kerja dalam rumah tangga sebagai mendapat keuntungan dari sistem tersebut.8
steorotipe perempuan, dan; (2) Public patriarchy Sehingga problematika terkait diskriminasi
(patriarkhi publik) yakni yang memberikan antara perempuan dan laki-laki di dalam aktivitas
stigmatisasi terhadap laki-laki sebagai pekerja di perdagangan dan ekonomi secara general
sektor publik yang sarat dengan karakter keras menemukan arti pentingnya. Pendapat kedua
penuh tantangan.6 Sedangkan di Indonesia, kaum dinyatakan oleh Triyuni Soemartono pada aras
perempuan telah lama terjebak di dalam budaya nasional yang berpendapat bahwa pembatasan
patriarki dan diskriminasi tidak hanya pada hak perempuan untuk mengekspresikan diri dan
tataran privat, namun juga telah secara struktural mengaktualisasikan dirinya sangat dipengaruhi
pada ranah publik. Seperti yang telah dijelaskan oleh budaya patriarki yang telah sekian lama
oleh Komisi Nasional perempuan Indonesia yang tertanam dalam pola pikir masyarakat Indonesia.
menyatakan bahwa berbagai perundang-undangan Perempuan tereksklusi untuk mendapatkan
di Indonesia justru semakin mempertegas haknya dalam masyarakat, rumah tangga, dan
diskriminasi terhadap perempuan di masyarakat. Negara.9
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa undang- Menangkap dinamika tersebut, tulisan ini
undang yang tersedia saat ini, belum mampu mencoba untuk menjawab mengapa UU- KKG
mengakomodasi secara komprehensif tentang sangat penting bagi Indonesia pasca
perlindungan hak-hak perempuan dari bentuk- keterlibatannya di dalam deklaras Buenos Aires?
bentuk diskriminasi terhadap perempuan, dan Pembahasan dalam artikel bertujuan untuk
pelanggaran hak asasi perempuan dalam menjawab rumusan masalah dan pertanyaan
pembangunan Indonesia. Walaupun upaya untuk penelitian dengan menggunakan kerangka
mewujudkan Rancangan Undang-Undang tentang pemikiran yang akan dirajut pada bagian setelah
Kesetaraan dan Keadilan Gender (selanjutnya
disebut RUU KKG) itu sendiri, sebenarnya telah
7 Arivia, Gadis. Kebijakan Publik Dalam Pendidikan. Sebuah
memiliki dua landasan secara legal yang telah Kritik Dengan Perspektif Gender. Jurnal Perempuan No.23.
2002. h.83-94
5 Wulandari, Retno, Budaya Hukum Patriarki v. Feminis. 8 Kusumawardhana, Indra. “GLOBALISATION AND
Jurnal Hukum Dosen Tetap pada Fakultas Hukum STRATEGY: NEGARA, TERITORI DAN KEDAULATAN DI
Universitas Trisakti. 2010 ERA GLOBALISASI.” Ilmu dan Budaya 40, no. 54 (2018).
6 Walby, Silvia, Theorizing Patriarchy Oxford Blackwell, 9 Soemartono, Triyuni. Peran Pemerintah Dalam
USA. 1998, Hal.20 Pemberdayaan Perempuan. Yayasan Budi Arti, 2014.

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 155


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

ini. Dengan demikian, analisis yang dilakukan lebih berasal dari konsep politik.13 Dalam artian,
akan menunjukkan bagaimana temuan-temuan itu proses interkonektivitas ekonomi dunia seturut
diperoleh, serta bagaimana hasil penelitian telah kebutuhan aktor-aktor di pasar telah menciptakan
melakukan identifikasi masalah, berikut juga sebuah sistem ekonomi yang mengaburkan
kemungkinan pengembangannya. Dalam meretas batas-batas negara-bangsa sebagai suatu genus
pemahaman terkait interelasi antara Indonesia, pengorganisasian politik yang awamnya dianggap
Deklarasi Buenos Aires yang didorong oleh muncul pasca perjanjian Westphalia di tahun
WTO, serta Kesetaraan dan Keadilan Gender di 1648.14
Indonesia. Setidaknya tiga hal tersebut memuat Pertanyaan utama ketika berkaitan dengan
tiga konsep utama yang saling berkaitan yakni; globalisasi ekonomi adalah bagaimana implikasi
Negara, Globalisasi Ekonomi dan Hak Asasi konsep tersebut terhadap konsep negara-bangsa.
Manusia terkait Gender. Tiga konsep tersebut Dimensi globalisasi ekonomi dapat dipahami
akan menjadi instrumen utama dalam menelaah sebagai keterbukaan ekonomi global dalam hal
masalah urgensi Undang-Undang Kesetaraan produksi, distribusi, manajemen, perdagangan
dan Keadilan Gender pasca Indonesia mengikuti dan keuangan yang meningkatkan akselerasi
Deklarasi Buenos Aires di tahun 2017. barang dan jasa, modal, ide, dan migrasi
Bertolak dari perkembangan globalisasi di manusia. Setidaknya, menurut artikel ini, terdapat
abad ini, ternyata telah menarik banyak perhatian tiga posisi utama dalam meretas implikasi
ilmuan secara lintas keilmuan. Spektrum isu globalisasi ekonomi terhadap negara yakni;
utama yang menjadi area perdebatannya adalah kelompok pertama menganggap negara akan mati
seputar dampak globalisasi terhadap konsep dikarenakan semakin usang di dalam dinamika
Negara, teritori, dan kedaulatan (Wesphalian globalisasi ekonomi. Sedangkan kelompok kedua
System).10 Globalisasi yang memang mencakup lebih berpijak pada argumentasi bahwasanya
beragam definisi telah menyentuh berbagai sendi- negara masih tetap bisa hidup dan berkembang,
sendi kehidupan manusia hingga memunculkan selama dapat mengembangkan instrumen
fenomena meningkatnya interdependensi kebijakan ekonomi yang mampu mengatasi
ekonomi, perubahan teknologi, homogenisasi tantangan globalisasi ekonomi. Kemudian
kultural ataupun menguatnya peran institusi- kelompok ketiga menyatakan bahwasanya
institusi global.11 negara-negara akan melakukan refleksi kembali
Dalam tulisan ini, globalisasi dipahami terkait eksistensi mereka di dalam pranata sosial
sebagai “...serangkaian proses yang mendorong dengan membuang beberapa fungsi politik dan
integrasi kegiatan ekonomi di pasar antara barang ekonomi dalam rangka menghadirkan kebaruan
dan jasa, secara timbal-balik, di seluruh batas dalam berbangsa dan bernegara.15
geografis, dan peningkatan arti dari rantai nilai Posisi tulisan ini lebih condong kepada
lintas batas dalam arus ekonomi internasional” kelompok kedua, dimana dalam konteks

(…a set of processes leading to the integration of


economic activity in factor, intermediate, and final 13 Kusumawardhana, Indra. “DARIINTERNASIONALISME
KE GLOBALISASI: WHATNEXT?” Jurnal Populis 2, no. 3
goods and services markets across geographical (2017).
boundaries, and the increased salience of cross- 14 Indra Kusumawardhana (2017) di dalam artikelnya “Dari
border value chains in international economic Internasionalisme ke Globalisasi: What Next” telah
flows).12 Berlandaskan definisi tersebut dapat menjelaskan bahwasanya globalisasi muncul sebagai iI
sebuah proses yang spontan dalam menghadapi perubahan
disimpulkan bahwa globalisasi berasal dari yang begitu cepat, sementara internasionalisme didasarkan
konsep ekonomi, berbeda dengan konsep pada kesadaran mengambil segala tindakan yang terkait
dengan kepentingan nasional maupun bersama. Sehingga
internasionalisme pada era perang dingin yang ketika diambil sebuah platform sebagai contoh globalisasi
dan internasionalisme. Platform globalisasi dalam hal ini
adalah WTO dan IMF, sementara internasionalisme adalah
10 Kusumawardhana, Indra, Op.cit. PBB.
11 Benedek, Wolfgang, Koen De Feyter, and Fabrizio Marrella, 15 Lihat. Prakash, A., Hart, J., ‘Introduction’ in Prakash, A.,
eds. Economic Globalisation and Human Rights: EIUC Hart, J. (eds.), Globalization and Governance (London:
Studies on Human Rights and Democratization. Cambridge Routledge, 1999): 1–24; atau Koen De Feyter di dalam
University Press, 2007. Benedek, Wolfgang, Koen De Feyter, and Fabrizio Marrella,
12 Prakash, A., Hart, J., ‘Introduction’ in Prakash, A., Hart, J. eds. Economic Globalisation and Human Rights: EIUC
(eds.), Globalization and Governance (London: Routledge, Studies on Human Rights and Democratization. Cambridge
1999): 1–24. University Press, 2007.

156 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

keikutsertaan Indonesia di deklarasi Buenos dari sistem Hak Asasi Manusia, i.e. kebebasan,
Aires, sangat penting untuk Indonesia melakukan kesetaraan dan solidaritas.
upaya strategis dalam mengakomodasi tantangan Keterkaitan antara globalisasi ekonomi
globalisasi ekonomi yang dewasa ini semakin dengan HAM semakin mencuat ketika pada waktu
membalut dinamika kesetaraan dan keadilan perayaan 50 tahun UDHR; Economic, Social, and
gender di seluruh dunia. Oleh karena, globalisasi Cultural Rights (ECOSOC) selaku komite di
ekonomi telah mendapatkan momentum untuk bawah United Nations (UN) mengadopsi
merengkuh potensi melakukan agregasi preferensi “Statement on Globalisation and Economic,
kebijakan dalam konteks globalisasi politik, Social and Cultural Rights”.19 Pernyataan tersebut
trajektori tersebut memuat kerawanan dapat bersumber pada kekhawatiran ECOSOC terhadap
melemahkan keberadaan negara yang terkadang kecenderungan negara-negara di dunia untuk
acuh terhadap dinamika politik rendah (Low terlibat di dalam gegap gempita globalisasi
Politics) pada aras global. Dimana dua dekade ekonomi, namun tanpa kecakapan dalam
lampau, David Held dan Anthony McGrew (1998) menggagas upaya meningkatkan kompatibilitas
telah menyerukan bahwasanya globalisasi politik antara tren dan kebijakan ekonomi global dengan
telah menciptakan Cosmopolitan Law dan keberadaan aspek-aspek yang memuat hak- hak
Hukum Humaniter yang menjadi pemicu Negara sosial, ekonomi dan kebudayaan. Hingga
semakin dilemahkan.16 ECOSOC menyimpulkan bahwasanya,
Ketika mengaitkan fenomena tersebut “...globalisasi memuat risiko menurunkan
dengan konsep Hak Asasi Manusia (HAM). sentralitas terhadap hak asasi manusia yang
Secara definisi, tulisan ini sepakat dengan diutamakan oleh Piagam Perserikatan
pandangan Wolfgang Benedek yang menjelaskan
Bangsa-Bangsa dan dunia internasional pada
bahwasanya inti dari HAM adalah aspirasi untuk
umumnya”.
melindungi harkat dan martabat seluruh manusia.17
Cara pandang yang meletakkan manusia sebagai Seperti yang telah ditekankan oleh
perhatian utama ini pada akhirnya menekankan pernyataan di atas, globalisasi ekonomi dengan
pada terbentuknya sistem universal yang HAM berkaitan secara erat pada aspek hak tenaga
menjadi kerangka bersama di dalam menjaga kerja di dalam aktivitas ekonomi. Sedangkan
keberlangsungan hidup manusia di muka bumi Organisasi Internasional yang diangkat oleh
ini. tulisan ini yakni WTO, selama ini menjadi sasaran
kritik dari kelompok-kelompok anti-globalisasi
Perihal ini didasarkan pada sistem nilai
dikarenakan sikap acuhnya terhadap proteksi
universal umum yang dikhususkan untuk HAM dalam konteks nasib tenaga kerja di
menjaga kesucian hidup serta menyediakan seluruh dunia. Bahkan rekognisi WTO terhadap
kerangka kerja untuk membangun sistem proteksi tenaga kerja semakin terungkap ketika
hak asasi manusia yang dilindungi oleh pada waktu negosiasi DOHA, di bawah tekanan
norma dan standar yang diterima secara negara-negara berkembang, WTO menghapus
internasional.18 agenda terkait hak-hak pekerja.20
Pendapat ini berlandaskan pada definisi Sehingga ketika WTO pada tahun 2017,
terkait HAM yang diejawantahkan di dalam WTO menggagas deklarasi bersama terkait
artikel 1 dari Deklarasi Universal Hak Asasi “Trade and Women’s Economic Empowerment”.
Manusia (DUHAM) menjelaskan bahwasanya Merupakan sebuah langkah maju yang luar
“Semua manusia dilahirkan bebas dan setara baik biasa dari organisasi yang telah lama dianggap
dalam martabat dan hak. Oleh karenanya, mereka
.... harus memperlakukan satu sama lainnya dalam 19 UN Committee on Economic, Social and Cultural Rights,
‘Statement on Globalization and Economic, Social and
semangat persaudaraan.” Berlandaskan adagium Cultural Rights’ (11 May 1998), direproduksi di
tersebut dapat disimpulkan bahwa pilar utama dalamInternational Human Rights Reports, 6 (1999) 4: 1176.
20 Ministerial Declaration, adopted on 14 November 2001 at
Doha, WTO Doc. WT/MIN (01)/DEC/1 of 20 November
16 Held, David. & McGrew A. 1998, “The end of the old order?” 2001. Lihat juga. Doha Work Programme – Decision
Review ofInternational Studies, vol.24. Adopted by the General Council on 1 August2004, WTO
17 Benedek, W. “Understanding human rights: manual on Doc.WT/L/579 of 2 August2004, availableat http://www.
human rights education Antwerpen: Intersentia.” NOTES 1 wto.org/english/tratop_e/dda_e/ddadraft_31jul04_e.pdf
(2006), hal. 23. (diakses: 20 Juni 2018).
18 Ibid, hal.28

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 157


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

sebagai representasi kapitalisme global di bidang tersebut diawali dari rumah sebagai tempat
perdagangan lintas batas negara. Pada titik ini, dimana sosialisasi awal dari konstruksi patriaki.
perhatian WTO terhadap keberadaan perempuan Perbedaan gender sebetulnya tidak menjadi
sebagai salah satu upaya untuk lebih responsif masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan
terhadap permasalahan HAM menjadi diskursus gender. Namun ternyata perbedaan gender baik
yang menarik. melalui mitos-mitos, sosialisasi, kultur, dan
Jika inti dari HAM adalah kesetaraan dan kebijakan pemerintah telah melahirkan uokum
keadilan, maka perempuan adalah gender yang yang tidak adil bagi perempuan. Pada masyarakat
telah lama berjuang untuk merengkuh kesetaraan patriarki, nilai-nilai kultur yang berkaitan
dan keadilan hak-haknya sebagai manusia di dengan seksualitas perempuan mencerminkan
dalam masyarakat. Sejak tahun 1970an, secara ketidaksetaraan gender menempatkan perempuan
definisi gender dapat dipahami sebagai pada posisi yang tidak setara. Karena nilai
pelembagaan mendalam dari perbedaan kultural adalah faktor mental yang menentukan
seksual yang merasuki masyarakat kita. 21 perbuatan seseorang atau masyarakat pada
Sedangkan istilah gender berasal dari Middle lingkup yang lebih luas.25 Dalam cara hidup
English yaitu ‘gendre’, yang diambil dari era masyarakat Indonesia sendiri budaya patriarki
penaklukan Normandia pada zaman Prancis masih sangat kental. Dalam kehidupan sosial,
kuno.22 Lebih jauh lagi, Oakley di dalam buku “Sex, politik, ekonomi dan hukum nampak ketimpangan
Gender, ond Society” mengartikan gender sebagai dan kondisi asimetris dan subordinatif terhadap
perbedaan jenis kelamin yang bukan biologis dan perempuan tampak jelas. Dalam kondisi seperti
bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis jenis ini proses marjinalisasi yang mengarah pada
kelamin merupakan kodrat Tuhan, karena secara tindakan eksploitatif pun menjadi ancaman bagi
permanen dan universal berbeda, sedangkan pembangunan masyarakat Indonesia. Eksploitasi
gender adalah behavioral differences (perbedaan tersebut tidak hanya di tataran domestik (Rumah
perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang Tangga) namun sudah merasuk pada ranah publik.
socially constructed (dikonstruksikan secara
sosial), yaitu perbedaan yang bukan kodrat atau METODE PENELITIAN
bukan ciptaan Tuhan, melainkan diciptakan, baik
oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses Penelitian ini merupakan penelitian
sosial dan budaya yang panjang.23 deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif.
Meskipun kondisi kesetaraan dan keadilan Metode kualitatif dianggap menjadi pilihan
gender di dunia ini telah banyak berkembang, terbaik ketika mengkaji kehidupan manusia untuk
namun pada tataran yang partikular, struktur sosial kasus-kasus terbatas, sifatnya kasuistik dan
masyarakat di berbagai belahan dunia ini masih kontekstual namun mendalam (in depth) dan
menjadi halangan utama tercapainya kesetaraan bersifat total atau menyeluruh (holistic), dalam
dan keadilan gender.24 Salah satunya adalah arti tidak mengedepankan pemilahan-pemilahan
struktur masyarakat patriarki. Patriarki adalah gejala secara konseptual ke dalam aspek-
tatanan kekeluargaan yang sangat mementingkan aspeknya yang eksklusif dan terisolir.26 Siapa pun
garis turunan bapak. Secara etimologi, patriarki yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus
berkaitan dengan sistem sosial dimana ayah menerapkan cara pandang penelitian yang bersifat
menguasai seluruh anggota keluarganya, harta induktif, berfokus terhadap makna individual dan
miliknya, serta sumber-sumber ekonomi. Dimana menerjemahkan kompleksitas sebuah situasi.27
proses terbentuknya sistem sosial yang patriakal Teknik pengumpulan data menggunakan
upaya mengumpulan data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari bahan hukum primer
21 Okin, Susan Moller. “Justice and gender: An unfinished yang difokuskan kepada bahan-bahan studi
debate.” Fordham L. Rev. 72 (2003): 1537.
22 Dikutip dari Naskah Akademis RUU KKG (Kesetaraan dan 25 Koentjaraningrat. Kebudayaan, mentalitet, dan
Keadilan Gender), Tim Kerja PUU-Deputi Perundang- pembangunan: bungarampai. Gramedia, 1974.
undangan DPR RI, 24 Agustus 2011, hlm. 11 26 Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan Metode”,
23 Oakley, A. (1972). Sex, gender andsociety. London: Temple (Malang: Setara Press, 2013), hlm. 130
Smith. 27 Bakry, Umar Suryadi. “Metode Penelitian Hubungan
24 Benedek, W, Op.cit. hal. 147. Internasional.” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2016).

158 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

dokumen atau kepustakaan seperti buku, majalah, Ada dua proposisi yang saling berseberangan
dokumen perjanjian internasional (Deklarasi di dalam memahami keuntungan dan kerugian
Buenos Aires), makalah-makalah, jurnal, artikel- dari semakin terbukanya pasar dikarenakan
artikel, surat kabar serta situs-situs internet yang perdagangan bebas. Berdasarkan beberapa
berkaitan dengan objek yang ditulis. kepustakaan penelitian yang dilakukan di beberapa negara;
berupa, literatur terkait seperti naskah ilmiah, posisi pertama berpendapat bahwasanya
media massa, laporan penelitian serta dokumen keterbukaan perdagangan menyebabkan
yang relevan. kemiskinan dan ketimpangan menurun, sedangkan
posisi kedua mengkritik bahwasanya keterbukaan
PEMBAHASAN perdagangan menyebabkan kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan meningkat.
Bagian ini terbagi dalam dua sub-bab Ozcan dan Kar29, Okungbowa dan
pembahasan yakni globalisasi ekonomi dan Eburajolo30, dan Oyewale dan Amusat31
Indonesia dan Deklarasi Buenos Aires dalam setidaknya mewakili kelompok pertama yang
kaitan kesetaraan dan keadilan gender di percaya akan janji kesejahteraan yang digaungkan
Indonesia. Bagian pertama fokus pada upaya oleh globalisasi. Tetapi nuansa optimis yang
menganalisis terkait implikasi globalisasi ekonomi digawangi oleh kelompok pro-globalisasi
terhadap Indonesia dalam konteks membangun ekonomi ditantang oleh kelompok yang pesimis
pemahaman terkait posisi perempuan di dalam terhadap janji-janji globalisasi ekonomi. Chen dan
proses terkait. Sedangkan bagian kedua fokus Ravallion32, Abbot33, dan Twyford34 merupakan
pada menyandingkan deklarasi bersama Buenos beberapa cendekia yang menantang argumentasi
Aires dengan kondisi kesetaraan dan keadilan dari kelompok pro-globalisasi ekonomi. Mereka
gender di Indonesia hingga memunculkan urgensi sepakat bahwasanya globalisasi ekonomi alih-
untuk pembahasan UU-KKG dilanjutkan kembali. alih membawa kesejahteraan justru semakin
mempertajam disparitas antara mereka yang
A. Globalisasi Ekonomi dan Indonesia:
masuk dalam kategori the have dan the have not.
Posisi Perempuan Indonesia di Dalam
Globalisasi dapat menjadi sumber masalah terkait
Globalisasi Ekonomi ketimpangan pendapat manakala proses produksi
Globalisasi ekonomi adalah suatu proses mengalami diversifikasi dan beberapa bagian
terintegrasinya ekonomi pada aras nasional ke ditransfer ke luar negeri.35
dalam suatu sistem ekonomi pada aras global.
Setidaknya, menurut Indra Kusumawardhana,
ada tiga tantangan utama yang dimunculkan oleh 29 Ozcan, G., Kar, M. (2016). Does foreign tradeliberalization
globalisasi ekonomi terhadap konsep negara reduce poverty in Turkey? Journal ofEconomic and Social
Development, 3(1): 157-173.
yakni semakin menguatnya peran Multinational
30 Okungbowa, F.O.E., dan Eburajolo, O.C. (2014).
Corporations, perdagangan finansial global, Globalization and poverty rate in Nigeria: An empirical
kemudian perdagangan bebas yang diterapkan analysis. International Journal of Humanities and Social
Science, 4(11): 126-135.
oleh negara-negara dunia dalam kerangka
31 Oyewale, I.O., dan Amusat, W.A. (2013). Impact
perjanjian multilateral kawasan ataupun global.28 of globalization on poverty reduction in Nigeria.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in
keterkaitan paling erat antara globalisasi ekonomi Business, 4(11).
32 Chen, S., and M, Ravallion. (2007). Absolute poverty
dan Hak Asasi Manusia terletak pada proses measures for the developing world, 1981- 2004, World Bank
ekstensifikasi pasar secara global ditunjang oleh Policy Research Working Paper No. 4211.
keberadaan tenaga kerja sebagai daya dukung 33 Abbott, K.W. Development policy in the new millennium
and the Doha ‘DevelopmentRound’. Asian Development
utamanya. Oleh karenanya, dari tiga aspek yang Bank, (2003).
disebutkan tadi, analisis ini akan fokus pada 34 Twyford, P. (2003). Does trade liberalisation exacerbate
dinamika pasar tenaga kerja perempuan Indonesia or reduce poverty? Trade and globalization in the lead
up to the Cancun Ministerial. Address to Council for
di dalam globalisasi ekonomi. International Development (CID) Trade Forum. Oxfam
International. Landon.
35 Feenstra, R.C., dan G.H. Hanson. (1999). The impact of
28 Kusumawardhana, Indra. “Globalisation And Strategy: outsourcing and high-technology capital on wages:
“Negara, Teritori Dan Kedaulatan Di Era Globalisasi”.” Ilmu Estimates for the U.S., 1979-1990, Quarterly Journal of
dan Budaya 40, no. 54 (2018). Economics, 114(3).

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 159


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

Grafik 1 Dengan demikian, kondisi-kondisi


Ekspor, Impor dan Tingkat Kemiskinan kontradiktif antara meningkatnya keterkaitan
Indonesia dengan globalisasi ekonomi melalui
perjanjian perdagangan bebas ternyata tidak
membawa angka ketimpangan pendapatan di
Indonesia pada tataran yang signifikan, bahkan
cenderung stagnan. Lebih problematis lagi ketika
melihat posisi perempuan di dalam angkatan
kerja Indonesia ternyata ada di angka yang
mengkhawatirkan. Sudah tentu, hal ini harus
menjadi perhatian pemerintah dalam merumuskan
trajektori kebijakan perdagangan kedepannya.
Dikarenakan ketimpangan yang nampak dari
Sumber: Agusalim, Lestari & Fanny S. Pohan. “Globalisasi Ekono- kondisi tingkat pendapatan dan kesetaraan di
mi Dan Pengaruhnya Terhadap Kemiskinan Dan Ketimpangan
Pendapatan Di Indonesia” Modus & Ristek Dikti (2017). dalam angkatan kerja merupakan pemahaman
penting di dalam merawat kesetaraan dan keadilan
gender di Indonesia.
Pada titik ini, cara pandang posisi kedua lebih
merepresentasikan kondisi Indonesia saat ini. Di Sedangkan, pasca Indonesia menjadi
tengah kontestasi perdebatan antara kelompok bagian deklarasi bersama WTO pada Desember
pro dan kontra terhadap globalisasi ekonomi. 2017.36 Tantangan ini semakin nyata dikarenakan
Indonesia secara aktif terintegrasi di dalam konsolidasi kebijakan global menuntut Indonesia
sirkuit globalisasi ekonomi dunia yang sangat melakukan rekonfigurasi kebijakan terutama
kompetitif. Komitmen Indonesia dapat ditakar dalam kaitan mengadopsi kesepahaman di dalam
dari begitu banyaknya perjanjian internasional deklarasi tersebut. Salah satu poin penting yang
yang diratifikasi oleh Indonesia sebagai negara sangat krusial dalam diskursus ini adalah terkait
yang berdaulat. Imbas dari langkah progresif ini, tujuan utama dari deklarasi tersebut ingin
secara makro, terbukanya pasar Indonesia selama menghilangkan batasan-batasan terkait women’s
tiga puluh tahun ke-belakang telah meningkatkan economic empowerment. Walaupun deklarasi
neraca perdagangan internasional Indonesia, bersama tersebut telah mengundang kritik keras
serta menurunkan angka kemiskinan (Grafik.1). jaringan komunitas peduli kesetaraan dan
Namun meningkatnya neraca perdagangan keadilan gender dunia yang menganggap deklarasi
Indonesia sepertinya tidak terlalu memengaruhi tersebut bukanlah sebuah solusi yang tepat dalam
angka ketimpangan pendapatan di dalam negeri menyeleseikan masalah ketimpangan gender di
(Grafik.2). dunia. Alih-alih demikian, deklarasi tersebut justru
dituduh merupakan upaya WTO mengalihkan
Grafik 2
perhatian dunia terhadap kegagalannya dalam
Ekspor, Impor dan Tingkat Ketimpangan
mengakomodasi aspek kesetaraan dan keadilan
gender yang merupakan salah satu bagian dari
dimensi penting di dalam diskursus Hak Asasi
Manusia. Seperti yang termuat di dalam pendapat
berikut.
“Organisasi hak-hak perempuan dari seluruh
dunia telah menolak deklarasi ini hanya
sebagai “pink herring” yang dirancang untuk
mengalihkan perhatian dari bahaya yang
dilakukan WTO. Jika ada minat yang tulus
Sumber: Agusalim, Lestari & Fanny S. Pohan. “Globalisasi Ekono- pada pemerintah terhadap hak asasi manusia,
mi Dan Pengaruhnya Terhadap Kemiskinan Dan Ketimpangan
Pendapatan Di Indonesia” Modus & Ristek Dikti (2017). terutama perempuan, sudah barang tentu
akan ada perubahan peraturan
36 Seperti yang telah dilansir di dalam situs resmi WTO.
Dikutip secara daring di halaman https://www.wto.org/
english/news_e/news17_e/mc11_12dec17_e.htm, terakhir
akses 20 Juni 2018

160 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

perdagangan internasional yang saat ini globalisasi ekonomi adalah niat WTO untuk turut
menurunkan upah perempuan, memindahkan berkontribusi di dalam agenda UN yakni Global
perempuan dari tanah mereka, memprivatisasi Development Goals yang memang memberikan
barang publik untuk memperkaya perusahaan perhatian terhadap kesetaraan dan keadilan
multinasional. Kami muak dengan kesetaraan gender.39 Seperti yang dilansir di dalam situs
gender yang digunakan sebagai taktik sinis resmi WTO sebagai berikut “Tindakan ini juga
untuk membenarkan neoliberalisme.”.37 akan berkontribusi pada Tujuan Pembangunan
Oleh karenanya, Indonesia harus memahami Global PBB, termasuk Tujuan Pembangunan
bahwasanya deklarasi Buenos Aires memuat Berkelanjutan untuk mencapai kesetaraan gender
berbagai sudut pandang, dimana salah satunya melalui pemberdayaan perempuan dewasa dan
adalah keraguan masyarakat sipil global terkait anak-anak (SDG 5)”.40
ketulusan dari niat deklarasi tersebut terhadap Berdasarkan adopted text (Terjemahan
pencapaian kesetaraan dan keadilan gender di bebas) yang telah dipublikasi oleh WTO, dasar-
dunia ini. Namun pemahaman tersebut harus dasar pengakuan dari munculnya deklarasi
dimulai dari menelaah terlebih dahulu terkait bersama tersebut memuat 6 pokok pemikiran
deklarasi yang telah dinyatakan dengan kondisi yakni:
kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia. Dari 1. Mengakui pentingnya memasukkan
sana, sudah saatnya Indonesia memiliki definisi perspektif gender ke dalam upaya
dan rumusan kebijakan sendiri dalam menyikapi mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif,
deklarasi WTO tersebut melalui memunculkan
dan menguatkan peranan kunci yang dapat
UU-KKG yang memang sejak awal dibahas di
dimainkan oleh kebijakan yang responsif
parlemen Indonesia diperuntukkan sebagai payung
hukum di dalam pemberdayaan perempuan di gender dalam mencapai pembangunan sosio-
Indonesia. ekonomi yang berkelanjutan;
2. Mengakui bahwa kebijakan perdagangan
B. Deklarasi Buenos Aires Dalam Kaitan inklusif dapat berkontribusi untuk
Kesetaraan dan Keadilan Gender di memajukan kesetaraan gender dan
Indonesia pemberdayaan ekonomi perempuan, yang
Sub-Bab ini akan fokus membedah konten memiliki dampak positif pada pertumbuhan
Deklarasi Buenos Aires serta mengkaitkannya ekonomi dan membantu mengurangi
dengan kondisi kesetaraan dan keadilan gender kemiskinan;
di Indonesia ketika dikaitkan dengan substansi
3. Mengakui bahwa perdagangan dan investasi
yang ada di dalam dokumen resmi deklarasi
internasional adalah mesin pertumbuhan
bersama tersebut. Joint Declaration on Trade and
Women’s Economic Empowerment disepakati ekonomi untuk negara-negara berkembang
pada tanggal 12 Desember 2017. Dengan tujuan dan maju, dan bahwa meningkatkan akses
utama to remove barriers to, and foster, women’s perempuan ke peluang dan menghilangkan
economic empowerment.38 118 anggota dan hambatan untuk partisipasi mereka dalam
observer di Organisasi Internasional WTO ekonomi nasional dan internasional
terlibat di dalam deklarasi tersebut. Alasan utama berkontribusi terhadap pembangunan
mengapa WTO sebagai Organisasi Internasional ekonomi berkelanjutan;
yang telah sekian lama menjadi sasaran kritik 4. Mengakui kebutuhan untuk mengembangkan
berbagai organisasi non-pemerintah dunia terkait intervensi berbasis bukti yang mengatasi
keabaiannya terhadap nasib buruh serta berbagai hambatan yang membatasi peluang
kesetaraan dan keadilan gender di dalam
bagi perempuan dalam perekonomian;
37 Apwld.org, n.d. http://apwld.org/press-release-164- 5. Menguatkan 5 Tujuan Pembangunan
womens-rights- groups- call- on- governments-to-
reject-the-wto-declaration- on-womens-economic-
Berkelanjutan dalam Agenda 2030 PBB
empowerment/ untuk Pembangunan Berkelanjutan, yang
38 Seperti yang telah dilansir di dalam situs resmi WTO.
Dikutip secara daring di halaman https://www.wto.org/
english/news_e/news17_e/mc11_12dec17_e.htm, terakhir 39 Ibid
akses 20 Juni 2018 40 Ibid

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 161


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender yang juga dijelaskan olehWTO sendiri bahwasanya
dan memberdayakan semua perempuan dan meskipun perempuan merepresentasikan setengah
anak perempuan; dari populasi dunia, mereka hanya berkontribusi
6. Menegaskan kembali komitmen kami untuk sebesar 37% dari gross domestic product (GDP)
dunia dan awamnya hanya menjalankan usaha
secara efektif melaksanakan kewajiban
kecil menengah. Bahkan di beberapa negara
berdasarkan Konvensi tentang Penghapusan
berkembang, bisnis yang dimiliki perempuan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
hanya mampu menyumbang 3-6% dari GDP
Perempuan, yang diadopsi oleh Majelis Umum negara. Survei dari International Trade Centre
PBB pada 18 Desember 1979. di 20 negara-negara berkembang mengungkap
bahwa dari 5 perusahaan eksportir hanya satu
Berlandaskan dasar-dasar pemikiran yang dimiliki oleh perempuan. Di 155 negara
tersebut, negara-negara yang terlibat di dalam dunia, setidaknya ada satu instrumen hukum yang
Deklarasi Buenos Aires sepakat untuk melakukan menjadi penghalang untuk perempuan memenuhi
kolaborasi dalam bentuk: hak dan kesempatannya di bidang ekonomi.
1. Saling Berbagi pengalaman masing-masing Bahkan prediksi yang tersedia membutuhkan 170
tahun untuk mencapai kesetaraan gender di dunia
terkait dengan kebijakan dan program untuk
ini.41
mendorong partisipasi perempuan dalam
ekonomi nasional dan internasional melalui Kondisi ini juga terjadi di Indonesia,
Ketimpangan yang nampak dalam sistem sosial
pertukaran informasi Organisasi
yang ada di Indonesia tidak hanya terkait rasa aman
Perdagangan Dunia (WTO), sebagaimana
dari ancaman bersifat kekerasan mental maupun
layaknya, dan pelaporan sukarela selama
fisik semata dan keterlibatan dalam proses politik
proses peninjauan kebijakan perdagangan dalam menentukan arah komunitas maupun
WTO; negara. Pada aspek yang berkelindan langsung
2. Berbagi praktik terbaik untuk melakukan dengan pembangunan ekonomi Indonesia juga
analisis kebijakan perdagangan berbasis nampak ketimpangan dan ketidakadilan yang
gender dan untuk memantau dampaknya; sangat tajam. Pada aspek ekonomi terdapat enam
3. Membagi metode dan prosedur untuk artikel yang mengejawantahkan corak ekonomi
pengumpulan data-data terkait gender, Indonesia yang bernafaskan demokrasi yakni
Pasal 27(2), 28A, 28D (2), 28H (2);(3);(4), Pasal
penggunaan indikator, metodologi
33 dan Pasal 34 (1) dan (2) dari Undang-Undang
pemantauan dan evaluasi, serta analisis
Dasar Negara Republik Indonesia.
statistik yang berfokus pada gender terkait
Meskipun, dengan ditetapkannya Undang-
dengan perdagangan;
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
4. Bekerja bersama-sama melalui WTO untuk Asasi Manusia, Indonesia sebagai negara yang
menghilangkan hambatan bagi berdaulat juga merespon dinamika yang terjadi di
pemberdayaan ekonomi perempuan dan aras global setelah meratifikasi kesepakatan dunia
meningkatkan partisipasi mereka dalam terkait kesetaraan dan keadilan gender baik United
perdagangan; dan Nations under Convention on the elimination of
5. Memastikan ketersediaan alat-alat Discrimination Against Woman (CEDAW)
pendukung Aid for Trade dan pengetahuan maupun Millenium Development Goals (MDGs).
untuk menganalisis, merancang, dan Namun sudahkah kesetaraan dan keadilan gender
menerapkan kebijakan perdagangan yang dihadirkan secara maksimal dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender? Sejauh mana
lebih responsif gender.
hak-hak perempuan diperoleh setelah reformasi
Seluruh substansi dan wacana kolaborasi yang mengedepankan penerapan demokrasi di
dari Deklarasi Buenos Aires menekankan pada negara Indonesia?
upaya aktif pemerintahan negara untuk menjamin
keterlibatan perempuan di dalam proses

pembangunan ekonomi yang diharapkan mampu


mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Seperti 41 Ibid

162 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

Di Indonesia, konsep kesetaraan dan mendapat kemudahan dan perlakuan khusus


keadilan gender yang merujuk pada upaya untuk untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
baru muncul pada Garis Besar Halauan Negara Dua butir dalam Undang-Undang Dasar tersebut
(GBHN) tahun 1993-1998 (Ditetapkan oleh MPR) memberikan penekanan pada dua konsep yakni
yang menyatakan perempuan memiliki hak- hak kesetaraan dan keadilan.
dan kewajiban- kewajiban yang sama dengan laki- Memang pasca reformasi serta
laki. Meskipun Majelis Permusyawarahan Rakyat demokratisasi Indonesia pada tahun 1999, Hak
(MPR) pada waktu itu belum merujuk secara Asasi Manusia menjadi wacana sangat penting
eksplisit pada upaya untuk kesetaraan dan keadilan dalam pembangunan Indonesia. Kebebasan-
gender namun hak-hak dan kewajiban-kewajiban kebebasan yang ditawarkan pada era demokrasi
yang sama antara laki-laki dan perempuan dapat juga memberikan ruang untuk diskursus terkait
diartikan telah berupaya mengarah pada konsep kesetaraan gender berkembang baik pada tataran
kesetaraan dan keadilan gender.42 akademis maupun praksis dalam bernegara dan
Hal ini semakin diperkuat dengan berbangsa. Namun pasca demokratisasi, setiap
memunculkan konsep kesetaraan gender di warga negara tidak hanya menikmati hak dan
dalam Garis Besar Halauan Negara (GBHN) kebebasannya, tetapi juga memikul tanggung
1999-2004 yang diimplementasikan dengan jawab bersama dengan warga negara lainnya
mengeluarkan Instruksi Presiden No. 9/2000 untuk kepentingan bersama di masa depan. Namun
tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam menurut Budi Winarno, ada banyak problematika
pembangunan; Berlandaskan pada GBHN yang harus diseleseikan oleh Indonesia jika ingin
tersebut, yang merupakan kehendak politik bangsa meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan
Indonesia yang strategis, sebagaimana GBHN bernegara di Indonesia. Salah satunya adalah
periode sebelumnya, bahwa kedudukan perempuan masalah pemberdayaan perempuan, dengan
perlu ditingkatkan dengan memperhatikan kodrat, tujuan agar perempuan mendapatkan ruang
harkat dan martabat perempuan. Komitmen artikulasi publik yang memadai, kultur patriarki
pemerintah, sebagaimana Undang-Undang dalam masyarakat harus diubah. Marginalisasi
Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan kaum perempuan diakibatkan oleh struktur sosial
Konvensi Mengenai Penghapusan segala bentuk yang tidak adil dan bias gender.44
diskriminasi terhadap perempuan, bahwa segala Selaras dengan 2 (dua) pendapat tersebut
warga negara bersamaan kedudukannya di Triyuni Soemartono menyatakan bahwasanya
dalam hukum dan pemerintahan, sehingga segala perlu ditingkatkan komitmen dan kepekaannya
bentuk diskriminasi terhadap perempuan harus terhadap realita, bahwa jumlah penduduk
dihapuskan karena tidak sesuai dengan pancasila perempuan beda sedikit dari jumlah kaum laki-laki
dan Undang-Undang Dasar tahun 1945.43 yaitu 50 % an dari jumlah penduduk Indonesia,
Sayangnya sejak pemerintah menetapkan yang perlu ditingkatkan potensi, kemampuan
Undang-Undang No. 10 tahun 2004 mengenai dan pendidikannya, supaya tidak menjadi beban
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; lingkungannya dengan tidak melupakan kodrati
MPR sebagai lembaga tertinggi negara tidak seorang perempuan, apalagi kalau sudah
dimasukkan dalam hierarki undang-undang dan berkeluarga, bahwa seorang ibu adalah pendidik
regulasi di Indonesia. Sehingga konsep terkait utama dan pertama, isteri seorang suami, ibu dari
hak-hak perempuan akhirnya terletak pada anak-anaknya, bisa membantu suami sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik pencari nafkah dan seorang anggota masyarakat.
Indonesia pasal 28D (3) yang menyatakan bahwa
Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
Serta Pasal 28H (2) yang berbunyi Setiap orang

42 Al Uyun, Dhia. 2014. Women’s Right in Indonesian


Constitution, International Journal of Humanities and
Social Science, Vol.4, No.8(1); June 2014
43 Soemartono, Triyuni. Peran Pemerintah Dalam 44 Winarno, Budi. Globalisasi: peluang atau ancaman bagi
Pemberdayaan Perempuan. Yayasan Budi Arti, 2014. Indonesia. Erlangga, 2008.

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 163


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

Tabel. 145 haruslah berperspektif gender, apabila tidak maka


Beberapa Undang -Undang Terkait Gender kebijakan tersebut harus diganti.
di Indonesia
Sedangkan, sekali lagi jika fokus pada salah
satu indikator PUG yakni Rasio Kesempatan
Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja di
Indonesia. Masih ada disparitas yang jauh antara
kesempatan kerja untuk perempuan dibandingkan
kesempatan kerja untuk laki -laki. Pada tahun
2011 rasio kesempatan kerja untuk laki-laki ada
Namun, dari 11 Undang – Undang yang pada persentase 78.32 sedangkan perempuan
ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hanya 45.34%. Di tahun 2014, angka tersebut
bersama dengan Presiden berkaitan dengan hak- tidak banyak berubah yakni 78.27% untuk laki-
hak perempuan dalam kerangka mengakomodasi laki sedangkan untuk perempuan adalah 47.08.
urgensi kesetaraan dan keadilan gender; hanya Perlu diperhatikan bahwa rasio kesempatan kerja
enam dari keseluruhannya yang memiliki manfaat merupakan gambaran kesetaraan dan keadilan
praktis terhadap perempuan. Di antara Peraturan terkait akses setiap individu (laki-laki dan
Perundang-undangan yang mengandung muatan perempuan) di Indonesia dalam berkontribusi
perlindungan hak asasi perempuan adalah: dalam dinamika pembangunan Indonesia secara
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang menyeluruh. Disparitas yang cukup jauh tersebut
HAM, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 diperkuat lagi dengan Tingkat Kesenjangan Upah
tentang Penghapusan KDRT, Undang-Undang Gender di Indonesia yang terus meningkat dari
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, tahun ke tahun.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Gambar 1
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Tingkat Kesenjangan Upah Gender Indonesia
Orang, dan Undang-undang Politik (UU No.
2011-2014
2 Tahun 2008 dan UU No. 42 Tahun 2008).
Kemudian Kepres No. 181 Tahun 1998 tentang
Pembentukan Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan
yang diubah dengan Perpres Nomor 65 Tahun
2005.46 Serta Undang-Undang Republik Indonesia
Nomer 8 Tahun 2012 terkait Pemilihan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah serta Dewan Perwakilan Daerah
yang memperkuat keterwakilan perempuan di
parlemen.

Sedangkan peraturan yang menjadi dasar Angka rata – rata dari perempuan yang aktif
untuk memperkuat peran perempuan dalam secara ekonomi menunjukan bahwa dalam
pembangunan Indonesia ada pada Inpres Nomor rentang hampir satu dekade perempuan yang
9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender menjadi bagian dari aktifitas ekonomi di Indonesia
(PUG). Inpres ini menjadi dasar adanya upaya yang juga menjadi bagian dari agregasi Gross
berperspektif gender bagi seluruh kebijakan dan Domestic Product (GDP) Indonesia tidak pernah
program pembangunan nasional, tanpa kecuali. mampu menembus prosentase 40%. Angka pada
Baik kebijakan di pusat maupun di daerah tahun 2002 menunjukan 37.17% sedangkan di
tahun 2011 bulan Februari adalah 39.48%. Masih
sangat timpang antara perempuan yang memiliki
45 Country Gender Profile: Indonesia, Final Report, Japan
International Cooperation Agency. 2011. Hal.11.
kesadaran ataupun memiliki kemampuan untuk
46 Kania, Dede. “ Hak Asasi Perempuan dalam Peraturan turut berkontribusi dalam arus pembangunan
Perundang-Undangan di Indonesia. Jurnal Konstitusi, Indonesia.
Volume 12 Nomor 4. 2015.

164 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

kerja yang proporsional dalam lingkup nasional,


Dalam konteks rendahnya akses perempuan sedangkan di tengah resesi ekonomi dunia sekarang
dalam pasar tenaga kerja serta ketimpangan dan ini unemployment rate Indonesia telah berada pada
ketidakadilan dalam perlakuan terhadap angka 6.2% di tahun 2015 (Indonesia masih jauh
perempuan di bidang ekonomi. Global Gender di bawah Malaysia di angka 3% dan Singapura
Gap 2014 melaporkan bahwa meskipun tingkat di angka 2%48).49 Jalan ke depan menuntut
unemployment rate untuk perempuan telah rekonfigurasi pendekatan legal yang lebih kuat
menurun dari 9% menjadi 6,8% pada tahun untuk Indonesia agar dapat mengonsolidasikan
2012, namun angka tersebut masih jauh lebih kekuatan yang menggerakan roda pembangunan
tinggi dari laki – laki (5,8%). Sedangkan Asian bangsa ini. Terutama harmonisasi atau sinergitas
Development Bank (ADB) terkait Indonesia antar gender yang hingga saat ini masih sangat
menyatakan bahwa “Limited access to training, terpaku dalam jeruji sistem sosial patriakal.
gender segregation in the labor market, as well Sebenarnya, upaya untuk memberdayakan
as family responsibilities and childcare, are the perempuan dalam pembangunan telah dilakukan
key factors that limit women’s engagement in the melalui berbagai pendekatan pembangunan yang
labor market”.47 Merujuk pendapat tersebut ditujukan untuk meningkatkan peran perempuan
dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan terhadap dalam pembangunan. Pembangunan adalah
wanita yang lemah membuat wanita memiliki suatu perubahan perilaku (kognisi, efeksi, dan
keterbatasan dalam memilih partisipasinya dalam keterampilan) positif yang akan membawa
arus pembangunan Indonesia. kemanfaatan bagi orang banyak yaitu, masyarakat
Tabel. 2 secara keseluruhan. Jangan sampai Indonesia abai
Data Pendapatan Perempuan di Beberapa Negara dalam memperhatikan sejarah, Pembangunan
atau Development dahulu telah menjadi sebuah
retorika yang sangat kuat pada era rezim orde baru
dengan jargon Trilogi Pembangunan: Stabilitas
Nasional yang dinamis, Pertumbuhan ekonomi
Tinggi dan Pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya. Dimana model Pembangunan tersebut
turut memiliki andil semakin tajamnya disparitas
terkait kesetaraan dan keadilan gender di
Indonesia melalui berbagai segregasi peran antara
laki-laki dan perempuan dengan adanya berbagai
Merujuk data numerik dari proyeksi organisasi seperti Pembinaan Kesejahteraan
penduduk menurut kelompok umur dan jenis Keluarga (PKK) dan Dharma Wanita.50 Ternyata
kelamin. Di tahun 2016 jumlah penduduk laki – ketika pada akhirnya mengalami kerontokan
laki adalah 129,988,7 dan akan meningkat pada sistem moneter dikarenakan tekanan-tekanan
angka 134. 657, 7 di tahun 2019, sedangkan pada baik eksternal maupun domestik hingga akhirnya
rentang waktu yang sama pada tahun 2015 jumlah mewujud dalam krisis multidimensi di tahun 1998,
penduduk Indonesia berjenis kelamin perempuan seketika pada waktu krisis tersebut, perempuan
adalah 128.716,3 dengan peningkatan pada menjadi pihak yang paling menjadi korban dari
angka 133.416, 9 di tahun 2019. Sedangkan jika runtuhnya perekonomian Indonesia.
menimbang bahwa data Badan Statistik Nasional
(BPS) Indonesia mengungkap bahwa jumlah
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
Rumah Tangga di Indonesia telah ada pada angka

64.771,60. Dua kondisi tersebut menunjukan


bahwasanya proporsi jumlah penduduk menurut 48 BPS, n.d. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/
jenis kelamin dengan jumlah Rumah Tangga yang id/983. Terakhir akses 06 November 2016, Pada Pukul 20.00
WIB.
begitu besar tentunya memiliki dimensi tuntutan 49 Indonesia Economic Outlook, n.d. http://www.focus-
ekonomi yang harus dipenuhi oleh kesempatan economics.com/countries/indonesia. Terakhir akses 20
Juni 2018, Pada Pukul 20.00 WIB.
50 Siahaan, Asima Yanti. 2002. “Decentralisation in Indonesia:
47 Hoque, Uzma S. “Summary of Indonesia’s GenderAnalysis.” Bringing Governance toWomen.” Paper Presented at
(2015). DevNet Conference, Massey University, NewZealand.

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 165


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

mendapatkan pujian setinggi langit oleh Bank Indonesian society’.55 Bertolak dari pengalaman
Dunia (World Bank) sebagai salah satu Asian tersebut, sangat penting untuk memperhatikan
Economic Miracle.51 Ternyata pada tahun 1997 realitas sejarah yang terjadi terkait keadilan dan
mulai mengalami masalah dikarenakan kesetaraan gender di Indonesia. Untuk itu
ketergantungan terhadap utang luar negeri, memahami pemberdayaan perempuan harus
kegagalan manajemen ekonomi makro, korupsi memperhatikan sensitivitas yang dalam agar
dan kesalahan dalam mengimplementasikan tidak dilakukan secara asal dan dangkal sehingga
kebijakan-kebijakan dari International Monetary malah semakin mempertajam ketimpangan di
Fund (IMF) yang akhirnya malah menghancurkan antara perempuan dan laki-laki sebagai anggota
perekonomian Indonesia hingga berujung pada masyarakat. Oleh karena itu, Undang – Undang
terjadinya krisis ekonomi-politik. Ternyata Kesetaraan dan Keadilan Gender menjadi sangat
krisis tersebut memiliki dampak yang luar biasa penting jika ingin mempercepat pencapaian
terhadap merosotnya kualitas hidup perempuan persamaan substantif serta kesempatan yang sama
di Indonesia. Disparitas gender yang sudah mulai antara perempuan dan laki-laki dalam menikmati
semakin dipersempit dengan adanya kebijakan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
wajib belajar 9 (sembilan) tahun, dan hampir budaya.
sudah dapat dieliminasi di tahun 1997; kembali Salah satu aspek yang harus diperhatikan
melebar pasca krisis yang terjadi.52 adalah kapasitas perempuan dalam bersaing
Laporan UNDP menyatakan bahwa angka untuk dapat bekerja di berbagai bidang secara
perempuan yang memiliki penghasilan di bawah maksimal. Studi dari Julie H. Gallaway dan
garis kemiskinan berlipat ganda dari 11% menjadi Alexander Bernasek terhadap angkatan kerja
22% di Indonesia pada tahun 1998, upah untuk Indonesia mengungkap data empiris yang
perempuan merosot menjadi sepertiga dari upah dianalisis melalui jumlah sampel penelitian 8.654
laki-laki. Oleh karena itu, perempuan terpaksa pekerja laki-laki dan perempuan. Kajian tersebut
untuk menerima jam kerja yang lebih lama untuk menunjukan bahwa lebih dari 70% pekerja yang
dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.53 diteliti bekerja di tiga kategori besar yakni: sektor
Dapat dikatakan perempuan di Indonesia pada agrikultur (41%), sektor penjualan (18%) dan
waktu itu menjadi pihak yang mendapat respon sektor produksi-konstruksi (12%). Sedangkan
penurunan kualitas hidup yang paling keras. Hal dari kategori tersebut ketika melihat distribusi
tersebut tidak terlepas dari dikotomi perempuan serta komposisi berdasarkan gender maka nampak
sebagai sosok ibu yang memiliki tugas utama data bahwa perempuan kebanyakan berkarya di
yakni “women’s primary role as mothers is to empat tempat yakni sektor agrikultur (1.404),
look after her family, a group, a class, a company penjualan (912), proses produksi (411), dan jasa
or the state, without demanding power or prestige (272). Dimana keempat sektor tersebut tidak
in return”.54 Dimana Suryakusuma menyebut terlalu membutuhkan literasi bahkan pendidikan
bahwa cara orde baru membenamkan ideologi yang tinggi. Sedangkan di sektor profesional
“stateibuism” adalah dengan mengartikulasikan yang membutuhkan literasi dan pendidikan tinggi
definisi perempuan sebagai ‘appendages and hanya 36 perempuan yang berkarya di profesi
companions to their husbands, as procreators tersebut.56
of the nation, as mothers and educators of Data tersebut memberikan gambaran bahwa
children, as housekeepers, and as members of pemberdayaan masih sangat memiliki potensi
untuk ditingkatkan demi tercapainya kesetaraan
51 Hadi, Syamsul, Dominikus Dolet, Jerry S. Manuel, and S.
B. Khrisna. Strategi pembangunan Mahathir dan Soeharto:
dan keadilan gender. Namun ketiadaan Undang-
politik industrialisasi dan modal Jepang di Malaysia dan Undang Kesetaraan dan Keadilan Gender
Indonesia. Pelangi Cendekia, 2005. membuat upaya meningkatkan kontribusi
52 Country Gender Profile: Indonesia, Final Report, Japan

International Cooperation Agency. 2011. Terakhir akses 06


November 2016, Pada Pukul 20.00 WIB. 55 SURYAKUSUMA, Julia. 1996. The State and Sexuality
53 UNDP, 2016. http://hdr.undp.org/en/composite/GDI. in The New Order Indonesia in Sears, Laurie
Terakhir akses 06 November 2016, Pada Pukul 20.00 WIB. J. ed. Fantasizing the Feminism in Indonesia Duke University
54 Nieuwenhuis, D. “Ibuism and Priyayization: Path Press: Durham& London.
to Power?” di dalam buku editan Elsbeth Locher- Scholten 56 Gallaway, Julie H., and Alexandra Bernasek. “Gender and
and Anke Niehof (eds) Indonesian Women inFocus Foris informal sector employment in Indonesia.” Journal of
Publications: Holland-USA. 1987. Economic Issues 36, no. 2 (2002): 313-321.

166 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

perempuan dalam pembangunan kurang kuat. tersebut Triyuni Soemartono dalam bukunya
Selama ini strategi pengarusutamaan gender “Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan
berlandaskan pada Inpres Nomor 9 Tahun 2000 Perempuan” telah memberikan elaborasi
meliputi: (1) Perencanaan, termasuk di dalamnya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perencanaan yang responsif gender/gender pengarusutamaan gender dalam pembangunan
budgeting; (2) Pelaksanaan; dan (3) Pemantauan adalah sebagai berikut: (1) masih rendahnya
dan Evaluasi. Sedangkan pada tataran yang kualitas hidup dan peran perempuan, yang antara
lebih rendah, dasar hukum pelaksanaan PUG lain, disebabkan oleh terjadinya kesenjangan
diatur dalam Keputuran Menteri Dalam Negeri gender dalam hal akses, manfaat, dan partisipasi
Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum dalam pembangunan, serta penguasaan terhadap
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam sumber daya, terutama di bidang politik, jabatan-
Pembangunan di daerah yang kemudian dilakukan jabatan publik, dan di bidang ekonomi, baik
pembahuruan dengan terbitnya Peraturan Menteri antar-provinsi maupun antarkabupaten/ kota;
Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011. serta rendahnya kesiapan perempuan dalam
Dikarenakan implementasi PUG mengantisipasi dampak perubahan iklim, krisis
membutuhkan dukungan anggaran yang energi, krisis ekonomi, bencana alam dan
responsif gender. Melalui Peraturan Kementerian konflik sosial, serta terjadinya penyakit. (2) masih
Keuangan Nomor 119 Tahun 2009 tentang rendahnya perlindungan terhadap perempuan dari
Petunjuk Penyusunan Penelaahan Rencana Kerja tindak kekerasan, yang ditandai dengan maraknya
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang
dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan, belum diiringi dengan peningkatan kuantitas dan
dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan kualitas layanan terhadap para korban tindak
Anggaran Tahun Anggaran 2010; tindak lanjut kekerasan, masih terdapat ketidaksesuaian
dari seluruh instrumen peraturan tersebut adalah antarproduk hukum yang dihasilkan, termasuk
sebanyak 7 (tujuh) Kementerian didorong untuk antara produk hukum yang dikeluarkan oleh
menerapkan Anggaran Responsif Gender (ARG) pemerintah pusat dengan daerah berkaitan
ke dalam program dan kegiatan masing-masing dengan perlindungan terhadap perempuan. (3)
Kementerian, yaitu: Kementerian Keuangan, masih lemahnya kelembagaan pengarusutamaan
Kementerian Pertanian, Kementerian Pendidikan gender di Indonesia. Angka GDI (Gender-related
Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Development Index) mengukur pencapaian dari
Pekerjaan Umum, Kementerian Pemberdayaan dimensi dan indikator yang sama dengan HDI
Perempuan dan Perlindungan Anak; dan Badan (Human Development Index), namun dengan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Serta memperhitungkan kesenjangan pencapaian antara
untuk mempercepat pelaksanaan PUG, juga perempuan dan laki-laki. GDI adalah HDI yang
telah diterbitkan Surat Edaran mengenai Strategi disesuaikan oleh adanya kesenjangan gender,
Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender sehingga selisih yang semakin kecil antara GDI
melalui Perencanaan dan Penganggaran yang dan HDI menyatakan semakin kecilnya
Responsif Gender.57 kesenjangan gender.
Pada kenyataaannya sudah berbagai macam Berdasarkan Indonesia Human Development
perundang-undangan dikeluarkan pemerintah Report 2014, angka HDI 0,684 dan angka GDI
sebagai payung hukum untuk menjamin 0.927. Ketimpangan antara angka HDI
berjalannya konsep kesetaraan dan keadilan dibandingkan dengan angka GDI menunjukkan,
gender; tidak hanya di tataran nasional namun bahwa keberhasilan pembangunan sumber daya
diharapkan mampu menderas hingga dilaksanakan manusia secara keseluruhan belum sepenuhnya
di daerah. Tetapi permasalahan/kendala yang diikuti dengan keberhasilan pembangunan
dihadapi masih menghadang perkembangan gender, atau masih terdapat kesenjangan gender.
pergerakan perempuan untuk pembangunan yang Ukuran lain dalam pembangunan pemberdayaan
responsive gender. Dalam konteks permasalahan perempuan adalah Gender Empowerment
Measurement (GEM), Angka GEM Indonesia
pada tahun 2005 adalah 0,40 kemudian pada
57 Susiana, Sali. “URGENSI UNDANG-UNDANG TENTANG
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.” Kajian 19.3 tahun 2013 menjadi 0,52. Angka tersebut adalah
(2016): 219-234.

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 167


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

terendah dari ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, pemahaman yang lebih baik ketika berbicara
Filipina, Singapura dan Thailand). GEM di tentang gender.
Indonesia berkembang jauh di bawah HDI Selain itu tindak lanjut dari diseminasi
Indonesia dari tahun ke tahun. Dengan begitu tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk
menunjukan bahwa kesetaraan dan keadilan merumuskan strategi pemberdayaan perempuan
gender dalam aspek ekonomi dan politik berjalan yang lebih tepat dalam mendukung pembangunan
sangat lambat. Indonesia, tentu saja dari diseminasi itu juga dapat
Oleh karena itu jika saja Draft RUU KKG ditemukan titik temu antara konsep kesetaraan
yang diajukan hasil Panja 9 Desember 2013 dan keadilan gender dengan berbagai nilai – nilai
dilanjutkan pembahasannya hingga paripurna; agama ataupun lokal yang dianut oleh masyarakat
maka kesetaraan dan keadilan gender akan Indonesia secara luas. Selain itu pemahaman akan
semakin kuat adanya di Indonesia. Sebagai contoh konsep kesetaraan dan keadilan gender masih
dalam RUU tersebut pada pasal 7 terdapat aturan sangat terbatas di semua kalangan, demikian
yang berbunyi sebagai berikut: pula pemahaman akan pentingnya anak sebagai
Tindakan KKG di bidang ketenagakerjaan generasi penerus bangsa masih harus ditingkatkan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c Keterbatasan pemahaman itu juga terjadi di antara
dilaksanakan melalui: para perencana dan pelaksana pembangunan,
yang selanjutnya turut memperlambat upaya-
a. Pemberian akses, kesempatan, dan perlakuan
upaya pengintegrasian konsep tersebut ke dalam
yang sama:
berbagai kebijakan, program, dan kegiatan
1. untuk memilih dan menentukan pembangunan. Instruksi presiden No. 9 tahun 2000
pekerjaan di semua bidang; dan mengenai keharusan semua sektor pembangunan
2. dalam penerimaan, penempatan, untuk melaksanakan Pengarusutamaan Gender
pendidikan dan pelatihan kerja, serta (PUG), merupakan tonggak penting dalam sejarah
promosi jabatan di semua jenjang; terhadap segala usaha untuk mencapai kesetaraan
gender yang merupakan bagian dari Hak Asasi
b. Pemberian upah, tunjangan, dan jaminan
Manusia dan Keadilan Sosial. Namun karena
sosial yang sama, serta penyediaan fasilitas program pembangunan pemberdayaan perempuan
lainnya; dan dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
c. Jaminan dan perlindungan atas kesehatan anak dapat dilaksanakan dengan baik, apabila ada
dan keselamatan kerja, termasuk kesehatan Undang-Undang yang menjadi payung hukum
reproduksi dan perlindungan dari tindak untuk pelaksanaannya di berbagai tataran secara
kekerasan seksual.”58 komprehensif serta kelembagaan yang kuat dalam
Pasal tersebut akan semakin mempertajam menangani upaya tersebut, baik di aras nasional
sensitivitas Indonesia ketika harus berkelindan maupun daerah.
dengan konsep gender, dengan adanya pasal yang Undang – Undang mengenai Kesetaraan dan
mengatur kesetaraan dan keadilan gender dalam Keadilan Gender (UU KKG) sama sekali tidak
bernegara dan berbangsa maka pemberdayaan bermaksud untuk memberikan keistimewaan
perempuan akan semakin diperkuat. Terutama kepada perempuan dan mendiskriminasikan pihak
ketika dalam pasal 4 RUU-KKG juga disebutkan laki-laki. Keberadaan Undang-Undang tersebut
bahwa Kesetaraan dan Keadilan Gender dapat justru memiliki utilitas untuk memperkuat
diperjuangkan melalui pembentukan dan peraturan perundang-undangan yang telah ada
pengembangan studi mengenai Gender di setiap yang mengatur hak dan kewajiban yang setara
perguruan tinggi. Dengan melakukan diseminasi bagi setiap warga negara (dari sudut pandang laki-
wacana terkait gender secara ekstensif dan laki dan perempuan) dan juga secara implisit
intensif secara intelektual maka dapat mendorong membantu peraturan perundang-undangan agar
tidak bias gender. Karena sifatnya memperkuat,
maka materi muatan yang ada dalam UU KKG
58 Naskah RUU KKG (Kesetaraan dan Keadilan Gender), hlm. nantinya sama sekali tidak mengganti materi
4. Dapat di lihat secara daring di halaman http://www.
koalisiperempuan.or.id/wp-content/uploads/2014/04/ muatan yang ada dalam peraturan perundang-
DRAF-RUU-KKG-Panja-9-desember-2013-ke-Baleg.pdf. undangan lama. Jadi, jika UU-KKG ini
Terakhir akses 20 Juni 2018.

168 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

diberlakukan, berbagai penguatan atau afirmasi


perempuan dalam undang-undang yang sudah Selaras dengan pendapat tersebut, pemenuhan
ada tidak perlu dicabut terlebih dahulu. UU ini HAM Perempuan adalah penghormatan,
justru akan memperkuat berbagai penguatan pemenuhan dan perlindungan yang membutuhkan
atau afirmasi perempuan yang sudah ada di intervensi positif dan langkah tindak pro-aktif
berbagai undang-undang tersebut sehingga antara berupa legislasi, peraturan per undang-undangan,
peraturan yang sudah ada dengan RUU KKG rancangan (design) kebijakan, alokasi sumber
menjadi harmonis. daya, dan program untuk mewujudkan hak-hak
Sebenarnya RUU KKG telah menjadi salah tersebut. Intervensi positif dan langkah-langkah
satu Rancangan Undang-Undang (RUU) yang pro aktif perwujudan penuh hak asasi manusia
masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional termasuk hak asasi perempuan menghendaki
(Prolegnas) Tahun 2014. Namun hingga akhir bahwa Negara (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif
masa bakti DPR RI periode 2009-2014, RUU ini dan seluruh masyarakat) mengemban tiga tingkat
tidak berhasil dirampungkan pembahasannya, tanggung jawab: penghormatan, pemenuhan dan
penyebab mengenai tidak usainya pembahasan perlindungan hak, termasuk penegakannya.
tersebut salah satunya adalah perbedaan persepsi Masing-masing tingkat saling terkait, tidak dapat
terkait konsep “gender” di benak berbagai pihak dipisah-pisahkan satu sama lain. Oleh karena itu
yang terlibat dalam pembahasan tersebut. Dalam Seandainya RUU KKG yang diajukan hasil Panja 9
rapat Paripurna terakhir DPR RI periode 2009- Desember 2013 dilanjutkan pembahasannya
2014 RUU ini dikembalikan kepada komisi hingga paripurna; maka kesetaraan dan keadilan
VIII.59 Sedangkan pembahasan RUU KKG telah gender akan semakin kuat adanya di Indonesia.
berlangsung dalam waktu relatif lama dan telah
melibatkan banyak stake holder terkait. Adapun KESIMPULAN
secara urgensi; Undang-Undang untuk
mengakomodasi kesetaraan dan keadilan gender Kajian ini telah melakukan berbagai tilikan
memiliki muatan strategis untuk bangsa ini. mendalam terkait implikasi keterlibatan
Karena ketika berbicara ketimpangan sosial Indonesia di dalam Deklarasi Buenos Aires yang
sebagai ekses dari globalisasi, banyak argumentasi digawangi oleh WTO dengan polemik kesetaraan
yang menganggap bahwa wanita sangat rentan dan keadilan gender di Indonesia. Pertanyaan
menjadi objek eksploitasi oleh kekuatan pasar. utama artikel ini yakni mengapa Undang-Undang
Seperti yang diungkap oleh Monique Deveaux Kesetaraan dan Keadilan Gender penting bagi
bahwa: Indonesia pasca keterlibatannya di Deklarasi
Globalisasi telah mempertajam kemiskinan Bersama Buenos Aires telah dijawab dengan
perempuan di banyak bagian dunia, dan pada pokok argumentasi; pertama, intensifikasi
tataran tertentu mengurangi kendali mereka globalisasi ekonomi yang juga melanda Indonesia
atas jenis dan kondisi kerja, dan atas akan semakin memberikan desakan bagi Indonesia
keadaan kehidupan keluarga dan tempat untuk mampu meresponsnya dengan sebuah
tinggal mereka. Ketika kekuatan kapital kebijakan yang secara aktif dapat mengakomodasi
transnasional telah tumbuh, kekuatan warga konsep kesetaraan dan keadilan gender sebagai
negara individu untuk membuat keputusan bagian dari Hak Asasi Manusia. Kedua, kondisi
tentang aspek-aspek penting dari kehidupan kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia jika
sehari-hari telah menyusut; pekerja mengacu pada kesepakatan di dalam Deklarasi
perempuan sering kali paling mudah Buenos Aires masih jauh dari kondisi yang ideal.
dieksploitasi, sering bekerja di bawah Ketiga, ketiadaan UU-KKG menjadikan Indonesia
kondisi informal dan ilegal (misalnya belum memiliki sebuah payung hukum yang
pekerja tekstil dan garmen di utara dan komprehensif dalam mengembangkan kebijakan
selatan).60 responsif gender terutama dalam kaitan women’s
empowerment yang menjadi substansi utama di
dalam deklarasi Buenos Aires.Oleh karenanya,
59 Susiana, Sali. “URGENSI UNDANG-UNDANG TENTANG
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.” Kajian 19.3 UU-KKG menjadi suatu jawaban yang paling
(2016): 219-234. konkret seandainya Indonesia memang secara
60 Shiva, Vandana. “Food rights, free trade, and fascism.” Di
dalam Globalizing Rights: The Oxford Amnesty Lectures
(1999), ed. Matthew Gibney (Oxford: Oxford University
Press), hal 107.
Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 169
Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

tulus ingin mencapai suatu kondisi kesetaraan


dan keadilan gender di dalam sistem sosial-
ekonominya. Adicita tersebut sangat penting
terutama dalam koridor terjaminnya kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan di dalam aktivitas
ekonomi sebagai bentuk perhatian Indonesia pada
aspek non-discriminatory yang menjadi salah satu
inti dari Hak Asasi Manusia

SARAN
Pasca Deklarasi Buenos Aires, dapat
diperhatikan bahwa trajektori agenda global tidak
hanya menyangkut aspek politik dan sosial,
namun telah menyentuh dimensi ekonomi yang
memang menjadi platform utama dari globalisasi.
Setelah SDGs memasukkan isu gender di dalam
agenda ke-lima, sekarang WTO juga
memainkan perannya untuk mengkonsolidasikan
kebijakan negara-negara dunia terkait women’s
empowerment. Pada titik ini, Undang-Undang
tentang KKG diperlukan untuk mempercepat
tercapainya persamaan substantif dan kesempatan
yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam
menikmati hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Selain itu, UU tentang KKG
diperlukan sebagai payung hukum guna mencapai
akses dan kondisi yang setara antara laki-laki dan
perempuan.

170 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

DAFTAR PUSTAKA Deveaux, Monique. Gender and justice in


multicultural liberal states. Oxford
Buku dan Artikel Jurnal University Press, 2007.
De Beauvoir, Simone. The second sex. Random
Abbott, K.W. Development policy in the new House, 2014.
millennium and the Doha ‘Development Feenstra, R.C., dan G.H. Hanson. (1999). The
Round’. Asian Development Bank, (2003). impact of outsourcing and high-technology
Arivia, Gadis. Kebijakan Publik Dalam capital on wages: Estimates for the U.S.,
Pendidikan. Sebuah Kritik Dengan 1979-1990, Quarterly Journal of Economics,
Perspektif Gender. Jurnal Perempuan No.23. 114(3).
2002. h.83-94 Gallaway, Julie H., and Alexandra Bernasek.
Badan Pusat Statistik, 2011. Laporan Studi “Gender and informal sector employment in
Kualitatif Partisipasi Perempuan Dalam Indonesia.” Journal of Economic Issues 36,
Politik. no. 2 (2002): 313-321.
Bakry, Umar Suryadi. “Metode Penelitian Held, David. & McGrew A. 1998, “The end of the
Hubungan Internasional.” (Yogyakarta: old order?” Review of International Studies,
Pustaka Pelajar, 2016). vol.24.
Bemmelan, Sita Van. Isu Gender di Bidang Hoque, Uzma S. “Summary of Indonesia’s Gender
Pendidikan. Semiloka Pengarusutamaan Analysis.” (2015).
Gender Bagi Para Perencana di Lingkungan Koentjaraningrat. Kebudayaan, mentalitet, dan
Pendidikan Nasional Kabupaten Badung dan pembangunan: bungarampai. Gramedia,
Kota Denpasar. 2002. h.9. 1974.
Bemmelen, Sita, and Mies Grijns. “Competing Kusumawardhana, Indra. “DARI
Gender Identities after Reformasi?” INTERNASIONALISME KE
ANTROPOLOGI INDONESIA 30.1 (2006). GLOBALISASI: WHAT NEXT?” Jurnal
BENEDEK, W. “Understanding human rights: Populis 2, no. 3 (2017).
manual on human rights education Kusumawardhana, Indra. “GLOBALISATION
Antwerpen: Intersentia.” NOTES 1 AND STRATEGY: NEGARA, TERITORI
(2006):147. DAN KEDAULATAN DI ERA
Benedek, Wolfgang, Koen De Feyter, and Fabrizio GLOBALISASI.” Ilmu dan Budaya 40, no.
Marrella, eds. Economic Globalisation and 54 (2018).
Human Rights: EIUC Studies on Human Naskah Akademis RUU KKG (Kesetaraan dan
Rights and Democratization. Cambridge Keadilan Gender), Tim Kerja PUU-Deputi
University Press, 2007. Perundang-undangan DPR RI, 24 Agustus
Chen, S., and M, Ravallion. (2007). Absolute 2011, hlm. 11
poverty measures for the developing world, Nieuwenhuis, Djajadiningrat.
1981- 2004, World Bank Policy Research “Ibuism and Priyayization: Path to Power?”di
Working Paper No. 4211. dalam buku editan Elsbeth Locher- Scholten
Correia, Maria C., and Ian Bannon. “Gender and and Anke Niehof (eds) Indonesian Women
its discontents: Moving to men-streaming in Focus Foris Publications: Holland-USA.
development.” The other half of gender: 1987.
Men’s issues in development (2006): 245- Oakley, Anne. “Sex, gender andsociety.” London:
260. Temple Smith (1972).

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 171


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

Okin, Susan Moller. “Justice and gender: An Malaysia dan Indonesia. Pelangi Cendekia,
unfinished debate.” Fordham L. Rev. 72 2005.
(2003): 1537. Retno, Wulandari. 2010.Budaya Hukum Patriarki
Okungbowa, F.O.E., dan Eburajolo, O.C. (2014). v. Feminis. Jurnal Hukum Dosen Tetap pada
Globalization and poverty rate in Nigeria: Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
An empirical analysis. International Journal Twyford, P. (2003). Does trade liberalisation
of Humanities and Social Science, 4(11): exacerbate or reduce poverty? Trade and
126-135. globalization in the lead up to the Cancun
Oyewale, I.O., dan Amusat, W.A. (2013). Impact Ministerial. Address to Council for
of globalization on poverty reduction International Development (CID) Trade
in Nigeria. Interdisciplinary Journal of Forum. Oxfam International. Landon.
Contemporary Research in Business, 4(11).
Sumber Online:
Ozcan, G., Kar, M. (2016). Does foreign trade
liberalization reduce poverty in Turkey? Apwld.org, n.d. http://apwld.org/press-release-
Journal of Economic and Social 164 -w o me n s -r i gh t s - g r o u p s -c a l l -o n -
Development, 3(1): 157-173. governments-to-reject-the-wto-declaration-
on-womens-economic-empowerment/
Prakash, A., Hart, J., ‘Introduction’ in Prakash, A.,
Hart, J. (eds.), Globalization and Governance Doha Work Programme – Decision Adopted by
(London: Routledge, 1999): 1–24 the General Council on 1 August 2004, WTO
Doc.WT/L/579 of 2 August 2004, available
Siahaan, Asima Yanti. 2002. “Decentralisation in
at http://www.wto.org/english/tratop_e/
Indonesia: Bringing Governance toWomen.”
dda_e/ddadraft_31jul04_e.pdf (diakses: 20
Paper Presented at DevNet Conference,
Juni 2018).
Massey University, NewZealand.
Kemendagri.go.id. http://www.dukcapil.
Shiva, Vandana. “Food rights, free trade, and
kemendagri.go.id/laporan. Terakhir akses 06
fascism.” Di dalam Globalizing Rights:
November 2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
The Oxford Amnesty Lectures (1999), ed.
Matthew Gibney (Oxford: Oxford University Koalisiperempuan.or.id, 2013. http://www.
Press), hal 87-108. ko al i s i per e mpu an .o r.i d/ w p -co nt e nt /
uploads/2014/04/DRAF-RUU-KKG-Panja-
Suryakusuma, Julia. 1996. The State and
9-desember-2013-ke-Baleg.pdf.Terakhir
Sexuality in The New Order Indonesia in
akses 06 Juni 2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
Sears, Laurie J. ed. Fantasizing the
Feminism in Indonesia Duke University UN, n.d. http://www.un-documents.net/a37r63.
Press: Durham& London. htm. Terakhir akses 06 November 2016,
Pada Pukul 20.00 WIB.
Susiana, Sali. “URGENSI UNDANG-UNDANG
TENTANG KESETARAAN DAN Country Gender Profile: Indonesia, Final Report,
KEADILAN GENDER.” Kajian 19.3 Japan International Cooperation Agency.
(2016): 219-234. 2011. Terakhir akses 06 November 2016,
Pada Pukul 20.00 WIB.
Sutandyo Wignjosoebroto, “Hukum Konsep dan
Metode”, (Malang: Setara Press, 2013), hlm. UN.org, 2016. https://sustainabledevelopment.
130 un.org/about. Terakhir akses 06 November
2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
Soemartono, Triyuni. Peran Pemerintah Dalam
Pemberdayaan Perempuan. Yayasan Budi UNDP, n.d. http://hdr.undp.org/en/composite/
Arti, 2014. GDI. Terakhir akses 06 November 2016,
Pada Pukul 20.00 WIB.
Hadi, Syamsul, Dominikus Dolet, Jerry S.
Manuel, and S. B. Khrisna. Strategi BPS, n.d. https://www.bps.go.id/website/pdf_
pembangunan Mahathir dan Soeharto: publikasi/watermark%20_Laporan%20
politik industrialisasi dan modal Jepang di Studi%20Kualitatif%20Partisipasi%20

172 Indonesia di Persimpangan... (Indra Kusumawardhana, Rusdi J. Abbas)


Jurnal

HAM Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

Perempuan%20dalam%20Politik.pdf.
diakses 06 November 2016, Pada Pukul
20.00 WIB.
BPS, n.d. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
view/id/983. Terakhir akses 06 November
2016, Pada Pukul 20.00 WIB.
Indonesia Economic Outlook, n.d. http://www.
focus-economics.com/countries/indonesia.
Terakhir akses 20 Juni 2018, Pada Pukul
20.00 WIB.
WTO.org, 2017. https://www.wto.org/english/
news_e/news17_e/mc11_12dec17_e.htm,
terakhir akses 20 Juni 2018

Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018: 153-174 173

You might also like