Basic Pilot Training
Basic Pilot Training
Garuda Indonesia Virtual is a virtual airline for Microsoft Flight Simulator 2004 / FS9
or Microsoft Flight Simulator X user and we are not an affiliate of the real airline
company, Garuda Indonesia.
For simulation only. Do not use in the real world.
Basic Pilot Training is training for newbie pilot and it consists of:
UNICOM
METAR reading
By completing this Basic Pilot Training, newbie pilot should be able to fly from one airport to
another airport with correct procedures and standard radio telephony. He/she will be
requested to do the theoretical exam for applying Captain rating.
Important Note
1. Before flying online, make sure you are able to take-off and landing from airports.
2. Learn how to navigate, such as flying from one waypoint to another. Avoid direct flying
because airplane has airways to follow as a route.
3. Learn how to do an Instrument Landing System (ILS) approach. This is very important
and can help you to perform automatic landing.
Language
This tutorial is using two languages: English and Bahasa Indonesia. If you want to help us
translating this tutorial, you can contact our staff, which the information is available in this
page:
Training sections using Bahasa Indonesia are prefixed with [ID] in front of the title.
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Some important point that you must remember is the .dot commands:
or
or
or
or
Code word
ICAO standard
pronunciation
LTR/
NBR
Code word
ICAO standard
pronunciation
Alfa
AL FAH
Mike
MIKE
Bravo
BRAH VOH
November
NO VEM BER
Charlie
CHAR LEE
Oscar
OSS CAH
Delta
DELL TAH
Papa
PAH PAH
Echo
ECK OH
Quebec
KEH BECK
Foxtrot
FOKS TROT
Romeo
ROW ME OH
Golf
GOLF
Sierra
Hotel
HOH TELL
Tango
TANG GO
India
IN DEE AH
Uniform
Juliett
Victor
VIK TAH
Kilo
KEY LOH
Whiskey
WISS KEY
Lima
LEE MAH
X-ray
ECKS RAY
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
LTR/
NBR
Code word
ICAO standard
pronunciation
LTR/
NBR
Code word
ICAO standard
pronunciation
Yankee
YANG KEY
Five
FIFE
Zulu
ZOO LOO
Six
SIX
Zero
ZE-RO
Seven
SEV-EN
One
WUN
Eight
AIT
Two
TOO
Nine or niner
NIN-ER
Three
TREE
100
Hundred
HUN-dred
Four
FOW-ER
1000
Thousand
TOU-SAND
For example, to mention DKI say Delta Kilo India, SBR = Sierra Bravo Romeo, etc.
Phonetic alphabet is used when mentioning ATIS information too. For example, ATIS
information of an active ATC is N, then pilots must say with information
November.
Training above were taken from IVAO Indonesia Division forum and was originally
written by Nanda Arfianda and Ady Rahman Saputra. You can see the original material
in here:
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
[ID] UNICOM
Ada kalanya kita terbang online tanpa ATC yang bertugas, baik di airport keberangkatan, on en
route, ataupun pada airport tujuan. Jadi kita wajib menggunakan UNICOM (122.800 MHz)
untuk komunikasi singkat, mengutarakan maksud/tujuan (intention) dan sebagai aware bagi
traffic lain.
Berikut adalah contoh bagaimana cara kita menyampaikan intention di UNICOM. (Mohon
tidak dipraktekkan dalam exam practical advanced training karena tidak baku.)
"<ICAO of airport> traffic, <at gate> p/s expect
<taxiway/facing>"
"<ICAO of airport> traffic, taxi to h/p r/w <see METAR for r/w
Taxiing
in use decision>"
Airborne
FL/Alt>"
"inb <waypoint> for <next waypoint after> <FL/alt>" or
En route
Descending
On final
in use>"
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Adalah kode penerbangan kita yang sebelumnya telah diisi di IvAp pada waktu akan
terkoneksi dan otomatis akan terisi di Flight Plan jika kita telah terkoneksi ke IVAO.
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
2. Flight Rules
Ada beberapa pilihan ketika kita klik icon [...] , untuk penerbangan ini kita memilih "I IFR" berarti kita menggunakan IFR (full Instrument Flying Rules).
3. Type of Flight
Ada beberapa pilihan ketika kita klik icon [...] , untuk penerbangan ini, kita memilih "S Scheduled", yaitu bahwa penerbangan kita ini adalah penerbangan yang berjadwal.
4. Type of Aircraft and Wake Turbulence Category
Type pesawat ini akan otomatis terisi dan kita memilihnya sebelum terkoneksi ke
IVAO. Kita memilih Boeing 737-400 untuk penerbangan kita kali ini (B734) dan kriteria
juga otomatis sudah terisi untuk pilihan pesawat ini yaitu "M" (Medium)
5. Aircraft Equipment and Transponder Type
Ada beberapa pilihan ketika kita klik icon [...], untuk penerbangan kita kali ini yang
menggunakan B734, kita memilih peralatan navigasi/komunikasi yang standar/pada
umumnya terdapat pada pesawat kita jenis B734 dan Boeing classic pada umumnya
(with FMC) yaitu:
RNAV (RNP/RNPC)
DME
UHF RTF
HF RTF
RVSM
Precision RNAV
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Sedangkan untuk Transponder, kita juga memilih yang standard dan pada umumnya
digunakan pada pesawat tipe jet, yaitu tipe "C" (Transponder - mode A - 4096 code's
and mode C).
6. Departure (Aerodome & Time), Route, Destination (Aerodome & EET) and
Alternate Aerodome
Kita akan terbang dari Soekarno-Hatta, maka wajib kita isi di sini adalah ICAO Code
dari airport tsb yaitu WIII
Waktu keberangkatan kita adalah UTC Time, serta wajib di isi sesuai dengan jam kita
saat ini. (WIB = UTC+7, WITA = UTC+8, WIT = UTC+9), contoh jam kita sekarang ini
adalah jam 0725 WIB, waktu keberangkatan dengan ditambahkan 5 menit untuk
preflight/boarding adalah 0730WIB, sesuai UTC time, maka kita isi 0030 (dikurangi 7
jam dari WIB/waktu kita)
Airport tujuan kita wajib kita isi yaitu Juanda, Surabaya dengan kode ICAO = WARR,
dengan perkiraan waktu tempuh kita dari Soekarno-Hatta ke Juanda (WIII to WARR)
adalah 1 Jam 20 menit, maka EET (estimasi waktu terbang) kita isi 0120. Sedangkan
alternate aerodrome atau alternatif Airport, jika airport tujuan kita ternyata "closed",
entah karena faktor Cuaca, kedatangan tamu negara atau emergency situation, maka
alternatif airport lain selain WARR yang cukup dekat sesuai kapasitas pesawat kita
adalah Ngurah Rai Denpasar dengan kode ICAO =WADD.
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Route yang akan kita lalui, berhubung kita menggunakan IFR, maka kita wajib mengisi
Waypoint & Airways yang akan kita lalui. Rekan2 staf IVAO-ID (ID-FOC) sudah
memasukkan route database untuk beberapa airport destinasi di Indonesia untuk
mempermudah kita mengisi FLIGHTPLAN, jadi, Anda tinggal meng"klik" REQ ROUTE
(seperti panah merah pada gambar) dan memilih route yang ada.
Jika REQ ROUTE tidak menghasilkan (ROUTE NOT ON DATABASE) untuk alternatif kita
bisa coba di
Destination di kotak yang disediakan beserta en route altitude Anda. Klik Find Route
lalu masukkan hasil dari Route Finder yang paling bawah.
Perlu di ingat, bahwa kita WAJIB menerbangi sesuai route di FLIGHTPLAN yang sudah
kita buat. Jadi, jangan kita mengisi route, tapi pada kenyataannya kita terbang DIRECT.
IFR hanya mengenal DCT (DIRECT) untuk menghubungkan antar waypoint jika tidak
ada airways-nya, bukan dari airport ke airport.
7. Cruising Speed and Altitude/Flight Level
Penerbangan ini, kita berencana akan menjelajah udara pada kecepatan Mach 0.75
(sesuai VMo dari pesawat kita) maka kita pilih "M" untuk Mach, dan "075" untuk angka
dari 0.75.
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Jenis pesawat lain kita juga bisa memilih "satuan" kecepatan untuk jelajah ini yang
lainnya sesuai spesifikasi pesawat masing yaitu :
a. N untuk Knots, jika kita menggunakan pesawat propeler
b. K untuk Kilometer, biasanya digunakan di negara yang masih menganut sistem
metric untuk dunia aviasi-nya seperti Rusia & China.
Untuk Cruising Altitude / Ketinggian jelajah, ada berbagai pilihan pada FLIGHTPLAN
yaitu :
F
Flight Level, jika kita terbang di atas Transition Layer, contoh 33.000ft = FL330
atau F330
VFR
Jika kita terbang dengan VFR rules (Visual). Tidak tentu angkanya.
10
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
bahan bakar 6000lbs / jam, maka untuk route yang akan kita terbangi sebagai contoh
di atas yaitu Jakarta - Surabaya dengan estimasi 1 jam 20 menit, maka akan
menghabiskan bahan bakar sekitar 8000lbs. Namun, tentunya kita harus mengisi fuel
pesawat kita lebih dari itu untuk berjaga jika kita disuruh holding di airport tujuan,
atau diverting ke Denpasar (WADD) (kurang lebih +40 menit dari Surabaya WARR)
maka kita harus mengkalkulasikan kembali fuel tersebut untuk keperluan tersebut
kurang lebih untuk penerbangan sekitar 3 jam, yaitu 18000lbs. Maka, di Endurance
pada FLIGHTPLAN kita, dengan fuel 18000lbs, kita isi 3 jam atau 0300.
9. Send the FPL
Setelah FLIGHTPLAN terisi semua, kita kirimkan dengan "klik" tombol SEND FPL.
Training above were taken from IVAO Indonesia Division forum and was originally
written by Danang Pariadji. You can see the original material in here:
11
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Sementara ATIS information dari WIII_TWR adalah DELTA dan ATIS information dari
WARR_APP adalah NOVEMBER.
WIII_TWR
12
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
WIII_TWR
GIA734
WIII_TWR
GIA734
WIII_TWR
Indonesia 734, clear IFR to Juanda Airport Flight, via G461, flight level 330,
follow Halim one juliet departure runway 25 Right, squawk 7201.
GIA734
Cleared IFR to Juanda Airport Flight, via G461, flight level 330, follow Halim
one juliet departure, squawk 7201, Indonesia 734.
WIII_TWR
Indonesia 734, readback corect, report when ready for push and start.
GIA734
Will report when ready for push and start, Indonesia 734
WIII_TWR
Indonesia 734, push and start approved, expect taxiway November Charlie
(NC) 3, report ready for taxi.
GIA734
Push and start approved expect taxiway November Charlie (NC) 3, wilco,
Indonesia 734.
<after pushback & startup completed>
Soekarno-Hatta tower, Indonesia 734 ready for taxi.
WIII_TWR
GIA734
Taxi to holding position November (N) 1 via taxiway November Charlie (NC) 3,
November Papa (NP) 1, will report on short runway 25R, Indonesia 734.
13
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
WIII_TWR
Indonesia 734, continue line up and wait runway 25R, squawk mode ON (or
Charlie), report ready for departure.
GIA734
WIII_TWR
Indonesia 734, wind 240 at 08 knots, QNH 1011, runway 25R clear for takeoff.
GIA734
Wind copied, QNH 1011, clear for take off runway 25R, Indonesia 734.
<when airborne or have positive climbing/gear up>
Indonesia 734, airborne.
WIII_TWR
Indonesia 734, proceed SID, contact Jakarta Approach on one one niner
decimal seven five (119,75), bye.
GIA734
Contact Jakarta Approach on one one niner decimal seven five (119,75),
Indonesia 734, bye bye.
WIII_APP
Indonesia 734, radar identified, cancel SID, clear direct KASAL, climb to final
flight level 330, report passing flight level 210.
GIA734
direct KASAL will report passing flight level 210, Indonesia 734.
<when passing FL210 for final FL330>
Jakarta approach, Indonesia 734 passing flight level 210.
WIII_APP
Indonesia 734, contact Jakarta Center at one two zero decimal niner zero
(120.90), bye bye.
GIA734
Jakarta Center at one two zero decimal niner zero (120.90) for Indonesia 734,
bye.
14
Jakarta Center, Indonesia 734 climb to flight level 330, inbound KASAL with
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
you.
WIIZ_CTR
Indonesia 734, Jakarta Center, radar contact proceed as filed, climb and
maintain flight level 330 report passing Alpha November Yankee (ANY).
GIA734
Climb and maintain flight level 330, call you passing Alpha November Yankee
(ANY), Indonesia 734
<when passing ANY>
Jakarta Center, Indonesia 734 passing Alpha November Yankie (ANY) flight
level 330.
WIIZ_CTR
Indonesia 734, contact Bali/Ujung West Center at one two eight decimal one
zero (128.10), bye bye.
GIA734
Contact Bali/Ujung West Center at one two eight decimal one zero (128.10),
Indonesia 734, bye.
Bali/Ujung West Center, Indonesia 734 passing Alpha November Yankie (ANY)
for Bravo Alpha (BA) flight level 330 with you.
WRRZ_CTR
Indonesia 734, Bali/Ujung West Center, radar contact, continue Bravo Alpha,
expect Blora 1 Alpha arrival ILS approach runway 10, report ready for
descend.
GIA734
Expect Blora 1 Alpha arrival ILS approach runway 10, call you ready for
descend, Indonesia 734.
<when you're inbound closing BA and ready for descending>
Bali/Ujung West Center, Indonesia 734 ready for descend.
WRRZ_CTR
Indonesia 734, descend and maintain flight level 150, report reaching.
GIA734
WRRZ_CTR
Indonesia 734, contact Surabaya Approach at one one niner decimal one zero
(119.10), bye bye.
15
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
GIA734
Surabaya Approach at one one niner decimal one zero (119.10) for Indonesia
734, bye, thank you.
WARR_APP
GIA734
Descend and maintain 7000feet QNH 1008, call you reaching, Indonesia 734.
<when reaching 7000feet>
Surabaya Approach, Indonesia 734 reaching 7000feet.
WARR_APP
Indonesia 734, turn left heading 090, continue descent 3000feet, vector ILS
r/w 10.
GIA734
WARR_APP
Indonesia 734, turn right heading 100, cont descent and maintain 2500feet.
GIA734
WARR_APP
Indonesia 734, turn right heading 130, clear for ILS runway 10 approach,
report established localizer.
GIA734
Turn right heading 130, clear for ILS runway 10, call you when established,
Indonesia 734.
<when Glide Slope & Glide path established>
Surabaya Approach, Indonesia 734 established ILS runway 10.
WARR_APP
Indonesia 734, continue approach, contact Juanda Tower at one one eight
decimal three zero (118.30), happy landing.
GIA734
Juanda Tower at one one eight decimal three zero (118.30), thank you.
16
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
WARR_TWR
GIA734
Indonesia 734, QNH 1008 wind 090 at 10 knots, runway 10, clear to land.
GIA734
WARR_TWR
Indonesia 734, squawk standby, cont taxi to gate of choice via taxiway
November (N) 3, November Papa (NP) 1, November (N) 4, report on block.
GIA734
Taxi to gate of choice via taxiway November (N) 3, November Papa (NP) 1,
November (N) 4, call you on block, Indonesia 734.
<when on gate>
Juanda Tower, Indonesia 734 onblock.
WARR_TWR
GIA734
Flightplan close, switch to UNICOM one two two decimal eight zero (122.80)
for Indonesia 734, thanks for your service, selamat siang.
RTF Basic di atas ini tidak sepenuhnya baku / standar, dituliskan hanya untuk membantu anda
mengenal procedure komunikasi terbang online, jadi mohon tidak digunakan sepenuhnya
pada waktu examination.
Training above were taken from IVAO Indonesia Division forum and was originally
written by Danang Pariadji. You can see the original material in here:
17
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Merah adalah arah dari angin. Yang artinya angin DATANG dari arah 075.
Biru adalah kecepatan dari angin tersebut, yaitu 11 knots.
Designator runway itu bukan cuma nomor2 saja, tetapi menentukan heading dari runway
tersebut, meskipun tidak bulat. Contoh di Jakarta, runway 07 (heading dari runway-nya 068),
runway 25 (heading runway 248).
Sekarang, untuk landing dan take-off, kita memerlukan HEADWIND. Artinya angin dari depan.
Kalau angin datang dari arah 075, maka sebaiknya runway mana yang digunakan? 25/07?
Jawabannya 07.
Cara singkat nya, arah runway kita kurangi atau ditambahkan 90 derajat (tegak lurus siku2).
Ambil contoh runway 07, maka heading runway 068. Bulatkan saja 070. Kemudian 070 kita
kurangi 90, hasilnya 340. 070 kita tambahkan 90 derajat, hasilnya 160. Jadi range heading dari
angin yang masih bisa kita terima jika memakai runway 07 antara heading 340-160.
Bagaimana jika angin dari arah 340 atau 160? Karena itu pas dari samping, runway bisa pakai
yang mana saja 07/25, you decide.
Training above were taken from IVAO Indonesia Division forum and was originally
written by Nanda Arfianda. You can see the original material in here:
18
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
19
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
1. Keterangan ICAO dan IATA dari Approach Chart beserta nama airportnya.
ICAO = WAAA; IATA = UPG; nama airport = Sultan Hasanuddin.
2. Course (Heading/Track) dari ILS tersebut adalah 127.
3. Frekuensi dari ATC Approach, Makassar Director (WAAA_APP) yaitu 120.60 / 119.40.
4. Keterangan glide slope dari ILS.
GS = Glide Slope
1500 (1456) = 1500 artinya glide slope dicapture pada ketinggian 1500 feet
ASL (Above Sea Level) atau 1456 feet AGL (Above Ground Level).
5. Decision altitude, ketinggian akhir saat approach di mana pilot menentukan continue
landing atau go-around.
6. Keterangan nama wilayah dan negara, yaitu Makassar, Indonesia.
7. Nama dari metode approach, yaitu approach ILS runway 13.
8. Frekuensi ATC Tower, Sultan Hasanuddin Tower, yaitu 118.10.
9. MSA/Minimum Sector Altitude, batas altitude terendah yang aman diambil dari suatu
VOR tertentu.
10. Keterangan ketinggian airport dan ketinggian runway.
20
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
11. Transition altitude 11000, artinya di atas 11000 barometer (QNH) setting
dikembalikan ke standar yaitu QNH 1013, dan ketika persiapan mendarat berada di
bawah 11000 maka setting barometer diambil dari ATIS/weather info airport tersebut.
12. Prosedur untuk melakukan missed approach.
13. Keterangan dari localizer ILS.
ILS bernama IUPG dengan frekuensi 111.30.
21
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
6. VOR MKS dengan keterangan nama VOR Hasanudin, Frekwensi 114.7, disertai morse
nya
7. D5.5=DME 5.5 dari IUPG ILS yang artinya jarak 5.5 nm dari IUPG ILS
8. D6.0=DME 6 dari MKS VOR yang artinya jarak 6 nm menuju MKS VOR
9. Gambar dari ILS IUPG
10. Inbound course IUPG yaitu 127
22
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Maintain 2500FT until crossing MKS VOR at 2500FT. After cross MKS VOR, descend to 1500FT
and heading 307. Usahakan descend 1500FT tepat pada D6.0 MKS VOR then turn left to
intercept localizer ILS rwy 13 inbound course 127 at 1500'. Setelah established localizer,
prepare untuk capture glide slope. Flaps for landing, landing gear down, autobrake as
required, spoiler arm, cabin announce. Disaat kita mencapai DME 5.5 / D5.5 / jarak 5.5nm dari
IUPG ILS, kita masuk Gilde Slope, dan starting descend.
2. Ini adalah referensi dari speed, vertical speed dan waktu tempuh sebelum
menyatakan missed approach. Baris paling atas adalah Reference Approach Speed
yang kita pakai. Misal kita pakai Boeing 737-300, dan tertulis di FMC speed untuk
approach 128 dengan flaps full. Maka kita pakai kolom ke empat, yang mana disitu
dituliskan speed 120 (cari yang paling dekat dengan speed approach kita). Setelah itu,
tetap pada kolom itu, kita bergeser ke baris bawahnya. Disitu kita lihat terdapat angka
624 yg artinya, sesaat setelah sampai pada DME 5.5 (Capture Glideslope) dia akan
descend dengan vertical speed 624 (atau bisa dibulatkan 600 feets/minutes). Dan
turun lagi ke baris terakhir pada kolom 4, itu adalah waktu tempuh sebelum kita
mencapai Missed Approach Point. Jika dalam waktu 2 menit 6 detik ATAU saat
mencapai MM (Middle Marker) runway belum tampak akibat cuaca dan mungkin
approach belum stabil, disitu adalah point terakhir kita untuk go-around.
23
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
24
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Circuit Pattern dilakukan dengan Visual Flight Rules (VFR). Dan untuk VFR, ATC tidak
memberikan vector (heading), karena penerbangan berdasarkan referensi penglihatan (visual
reference). Circuit ada 2 jenis, yaitu Left Hand Pattern dan Right Hand Pattern. Dikatakan
left hand pattern jika setelah mengudara, kita belok kiri join left downwind. Sedangkan untuk
right hand pattern, setelah mengudara belok ke arah kanan join right downwind. Berikut
adalah keterangan gambar diatas yaitu leg dari circuit:
1. Upwind
2. Left Crosswind
3. Left Downwind
4. Left Base Leg
5. Final
6. Right Crosswind
7. Right Downwind
8. Right Base Leg
Left atau right pattern itu didasari dari runway yang aktif. Contoh, di surabaya runway aktif
runway 10, artinya setelah kita airborne dari runway 10 dan kita belok ke kiri, artinya kita
menjalankan Left Hand Pattern. Begitu halnya dengan runway 28, jika kita airborne dari
runway 28 dan kita belok kanan, nama circuit pattern yang tadinya Left Hand Pattern,
sekarang adalah Right Hand Pattern. Itu didasari dari runway mana yang aktif, dan arah kita
belok ke kiri atau ke kanan.
Penamaan dari downwind itu dilengkapi dengan nama runway, yaitu Left Downwind Runway
10, Right Downwind Runway 10 atau Left Downwind Runway 28, Right Downwind runway 28.
25
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Untuk melakukan circuit pattern, sebagai contoh kita gunakan runway 10 Left Hand Traffic
Pattern:
Pengisian dari Flight Plan
Altitude: VFR
PKNAD: "Juanda Ground, PKNAD, information Delta, Beechcraft 170, parking stand 1, 2
person on board (POB), request VFR clearance circuit pattern"
Ground: "PKNAD, Ground, information Delta correct, clear VFR left hand pattern
runway 10, squawk 1233"
PKNAD: "Clear VFR left hand pattern runway 10, squawk 1233, PKNAD"
Tower: "PKNAD, clear to join left downwind runway 10, repot downwind, QNH1009"
Disini kita bersiap untuk menghitung waktu untuk masuk di left crosswind runway 10,
dan mulai manuver belok ke kiri 45 derajat dari runway heading
Crosswind Leg
Saat kita sudah steady di crosswind, start hitung waktu 30 detik, sebelum melakukan
manuver untuk belok lagi ke kiri 45 derajat to join left downwind rwy 10
Kita tidak melakukan report ke ATC (Tower), karena dari komunikasi sebelumnya,
Tower minta kita report saat Downwind, bukan di Crosswind
Setelah 30 detik, kita lakukan manuver ke kiri untuk masuk/join ke left downwind
runway 10
26
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
Downwind Leg
Setelah report selesai, kita lihat runway di sebelah kiri. Perhatikan ujung dari
runway. Saat sejajar (abeam) dengan ujung dari runway (runway threeshold),
start hitung waktu lagi 30 detik
Akhir dari 30 detik, kita join base leg sambil descend dan perhatikan lampu indikator
ketinggian pada kiri/kanan runway (PAPI light, Precision Approach Path Indicator).
Ketinggian sesuai apabila lampu PAPI, Putih-Putih-Merah-Merah. Jika Putih-PutihPutih-Merah, tambahkan descend ratenya, tapi jika Putih-Merah-Merah-Merah, berarti
kita terlalu rendah, kurangi descend ratenya, atau maintain altitude terlebih dahulu
Base Leg
Pada leg ini kita juga tidak diminta untuk report ke Tower. Dari komunikasi sebelumnya Tower,
meminta kita untuk report on final runway 10. Jadi tidak perlu melakukan report . Continue
descend, dan tetap gunakan PAPI light sebagai referensi ketinggian
Final
Setelah kita final runway 10 (lurus dengan arah runway), report ke Tower (ATC)
PKNAD: "Wind copied, QNH 1009, clear to land runway 10, PKNAD"
Sesaat setelah landing, kita vacate runway (meninggalkan runway, masuk ke taxiway)
dan dilanjutkan seperti biasa
Altitude
Untuk melakukan circuit, altitude pada umumnya adalah 1500' AGL (Above Ground Level)
bukan ASL/AMSL (Above Sea Level/Above Mean Sea Level). Artinya kita melakukan circuit di
Surabaya pada 1500', karena ketinggian airfield hampir sama dengan ketinggian permukaan
air laut. Tetapi jika dilakukan di Bandung yang ketinggian airfieldnya sekitar 2500', maka
27
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.
ketinggian circuit kita adalah 4000'. Karena patokan yang dipakai adalah Ground Level
(ketinggian tanah) yaitu 1500'. Cukup ditambahkan saja 2500' dengan 1500', hasilnya 4000'.
Instruksi tambahan dari ATC
Untuk mengatur separasi dari masing-masing aircraft, ATC akan memberikan beberapa
instruksi yang harus kita pahami.
Extend Upwind/Downwind
Tower: "PKNAD, extend downwind, until further advised"
PKNAD: "Copied, extend downwind, PKNAD"
Artinya kita tidak lagi berpatokan pada waktu hitung 30 detik setelah sejajar ujung runway tadi
dan belum boleh untuk join Base Leg, tapi mengikuti perintah selanjutnya.
Setelah ATC memberikan clearance, "PKNAD, clear to join base leg, report on final runway 10",
baru kita lanjutkan join base leg, kemudian final, dan report ke ATC
Sama halnya dengan Extend Upwind. Jika diberikan perintah untuk extend upwind, maka kita
maintain Upwind dan tidak boleh join crosswind sampai ada perintah dari ATC.
Orbit
Tower: "PKNAD, make orbit 360 to the left on downwind, report completed"
PKNAD: "roger, orbit 360 to the left on downwind, call you completed, PKNAD"
Disini kita melakukan manuver membentuk lingkaran ke arah kiri (orbit), berputar 360 derajat.
Caranya, cukup belok kiri dengan bank angle 25 derajat, teruskan sampai kita kembali lagi
pada posisi semula (masuk ke heading downwind lagi). Kemudian report ke ATC.
PKNAD: "Tower, PKNAD, completed left orbit, on downwind, 1500FT"
Tower: "PKNAD, roger"
Perintah ini digunakan ATC juga bertujuan untuk mengatur separasi antar traffic yang sedang
melakukan circuit flight. Dalam hal ini ada 3 traffic yang melakukan circuit pattern. Dengan
berputar 360 derajat, maka jarak antar traffic akan semakin lebar.
Training above were taken from IVAO Indonesia Division forum and was originally
written by Nanda Arfianda. You can see the original material in here:
28
This document made in conjunction with IVAO Indonesia Division document, 2011.