0% found this document useful (0 votes)
24 views10 pages

Pengaruh Faktor Psikososial Terhadap Terjadinya Post Partum BLUES PADA IBU NIFAS (Studi Di Ruang Nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto)

This document summarizes a study on the influence of psychosocial factors on the occurrence of postpartum blues in mothers at RSUD R.A Bosoeni Mojokerto Hospital. The study found that over 50% of respondents experienced postpartum blues. Using logistic regression, the results showed that age, parity, education level, husband support, pregnancy status, and knowledge had a significant effect on the incidence of postpartum blues. The study concluded that holistic treatment is important to decrease the incidence of postpartum blues, and early screening should be routine to assess for depressive symptoms in postpartum mothers.

Uploaded by

Derek Hoover
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
24 views10 pages

Pengaruh Faktor Psikososial Terhadap Terjadinya Post Partum BLUES PADA IBU NIFAS (Studi Di Ruang Nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto)

This document summarizes a study on the influence of psychosocial factors on the occurrence of postpartum blues in mothers at RSUD R.A Bosoeni Mojokerto Hospital. The study found that over 50% of respondents experienced postpartum blues. Using logistic regression, the results showed that age, parity, education level, husband support, pregnancy status, and knowledge had a significant effect on the incidence of postpartum blues. The study concluded that holistic treatment is important to decrease the incidence of postpartum blues, and early screening should be routine to assess for depressive symptoms in postpartum mothers.

Uploaded by

Derek Hoover
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

ISBN: 978-979-98438-8-3

477
PENGARUH FAKTOR PSIKOSOSIAL TERHADAP TERJADINYA POST PARTUM
BLUES PADA IBU NIFAS (Studi di Ruang Nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto)

Dian Irawati
*
, Farida Yuliani


Dosen Prodi Kebidanan Poltekkes Majapahit Mojokerto

*
E-mail: [email protected]


ABSTRACT

Postpartum blues or postpartum mental disorders are many found and not treated
properly. The purpose of this study is to determine the effect of psychosocial factors (age,
parity, education, knowledge, husband support, socio- economic, marital status, pregnancy
status) on the postpartum blues. So the healthcare provider can treat postpartum blues
considered by maternal psychosocial factors. Assessment of psychosocial factors indicate
that the treat of postpartum blues not only depend on mothers and health care provider but
of all the families. The multisectoral traetment will prevent postpartum depression and
decreasing the incidence of psychosis in the mother and child .This study designed by
cross-sectional design. Samples taken by random sampling. Samples of this study as many
as 37 respondents who given birth at RA Basoeni Hospital, Mojokerto. By using
observation and structured interviews, research was held on June 7 to 18 October 2013.
Variables of this study are age, parity, education, knowledge, husband support, socio-
economic, marital status, pregnancy status, and postpartum blues. The results showed the
majority of respondents aged < 20 years and > 35 years, with a high education, had
married, has a high socioeconomic, multiparous, unwanted pregnancy status, no husband
support, lack of knowledge, and more than 50 % of respondents get postpartum blues.
Using by the logistic regression, the results showed that the effect on the incidence of
postpartum blues are age, parity, educational level, husband support, pregnancy status,
and knowledge (p value < 0.05) . The holistic treatment is important to decrease incidence
of postpartum blues. Early detection or screening should be a routine assessment in
postpartum mothers. Healthcare provider should be considerate to the presence of
depressive symptoms in postpartum mothers .

Keyword : Psychosocial, postpartum blues


PENDAHULUAN
Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan fisik maupun
perubahan psikologis, seorang ibu akan merasakan gejala gejala psikiatrik setelah melahirkan,
beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu. Sebagian ibu bisa menyesuaikan diri dan sebagian tidak
bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri mengalami
gangguan gangguan psikologis dengan berbagai macam sindrom atau gejala, oleh peneliti hal ini
disebut postpartum blues (Marshall, 2004).
Angka kejadian Post Partum Blues cukup tinggi yakni 26,00% - 85,00%. Dari beberapa
penelitian dijelaskan sebanyak 50,00% ibu setelah melahirkan mengalami depresi setelah
melahirkan dan hampir 80,00% ibu baru mengalami perasaan sedih setelah melahirkan atau sering
disebut Post Partum Blues ( Kasdu, 2003). Pieter & Lubis (dalam Kusumadewi, 2010) menyatakan
50 70 % dari seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami sindrom ini. Sedangkan di
Indonesia menurut Hidayat yaitu 50 70 % dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum
dengan jumlah bervariasi dari 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu melahirkan (Daw dan Steiner
dalam Bobak dkk., 2005).
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
478
Postpartum Blues (PPB) atau sering juga disebut Maternity Blues atau Baby Blues dimengerti
sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14
hari terhitung setelah persalinan (Arfian, 2012). Adapun tanda dan gejalanya seperti: reaksi
depresi/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan,
cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini
mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa
jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat (Murtiningsih, 2012).
Faktor faktor yang mempengaruhi postpartum blues adalah yang faktor psikologis yang
meliputi dukungan keluarga khusunya suami. faktor demografi yang meliputi usia dan paritas,
factor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, meyusui, memandikan,
mengganti popok, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan
(Nirwana, 2011).Faktor-faktor yang mempengaruhi post partum blues biasanya tidak berdiri
sendiri sehingga gejala dan tanda post partum blues sebenarnya adalah suatu mekanisme
multifaktorial.
Kondisi sosio ekonomi seringkali membuat psikologi ibu terganggu. pada keluarga yang
mampu mengatasi pengeluaran untuk biaya perawatan ibu selama persalinan, serta tambahan
dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan, akan tetapi
keluarga yang menerima kelahiran seorang bayi dengan suatu beban finansial dapat mengalami
peningkatan stres, stres ini bisa mengganggu perilaku orang tua sehingga membuat masa transisi
untuk memasuki pada peran menjadi orang tua akan menjadi ledih sulit (Bobak et all, 2005).
Menurut Murtiniingsih (2012) post partum blues merupakan masalah yang wajar terjadi
setelah melahirkan. Tapi ada wanita yang mengalami baby blues dengan kondisi tingkatan yang
berbeda, lebih lama dan perubahan sikap serta perilaku yang lebih parah dan sering disebut dengan
post partum blues. Oleh karena itu dari beberapa faktor yang ada wanita yang mengalami post
partum blues, sangat membutuhkan perhatian khususnya dari keluarga, serta kesiapan untuk
menjadi orang tua baik secara fisik maupun materil.
Setyowati dan Uke Riska (2006) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya
Post Partum Blues diantaranya pengalaman kehamilan dan persalinan yang meliputi komplikasi dan
persalinan dengan tindakan, dukungan sosial diantaranya dukungan kelurga, keadaan bayi yang
tidak sesuai harapan. Dari 31 ibu yang melahirkan dan memenuhi kriteria, terdapat 17 ibu (54,48%)
mengalami post partum blues yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, pengalaman
kehamilan dan persalinan sebesar 38,71%, dukungan social 19,53%, keadaan bayi saat lahir
16,13%. Data yang diperoleh peneliti pada tanggal 1 sampai 28 Februari 2013 didapatkan hasil dari
39 ibu bersalin post SC, didapatkan 55% ibu mengalami postpartum blues. Baby blues seharusnya
segera ditangani. Jika tidak, baby blues akan berujung pada gangguan mental yang memotivasi sang
ibu untuk menyakiti dirinya sendiri.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi observasional yang bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, paritas,
pendidikan, sosial ekonomi, status perkawinan, status kehamilan, dukungan suami, pengetahuan.
Sedangkan variabel dependen adalah kejadian postpartum blues.
Populasi penelitian adalah ibu post partum yang bersalin selama periode 1 bulan dengan
jumlah rata-rata perbulan sebanyak 67 orang. Besar sampel sebanyak 37 orang (Lemeshow, 2003)
dan diseleksi menggunakan simple random sampling.



ISBN: 978-979-98438-8-3

479


Tabel 1. Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional Skala Kriteria
Variabel
Independen:

Pendapatan Sejumlah uang yang dihasilkan dari
kegiatan rutin yang dilakukan yang
diukur dengan quesioner.



Nominal

< Rp 1.300.000
Rp 1.300.000
Kehamilan
Atau
Kelahiran
Yang tidak
Diinginkan
Keberadaan bayi yang dikandung atau
dilahirkan oleh ibu tidak diharapkan
yang diukur dengan checklist.
nominal Masuk kategori
tidak
menginginkan
kehamilan/kelahira
n bayinya
Masuk kategori
sangat
menginginkan
kelahiran/kelahiran
bayinya
Dukungan
Suami
Dukungan dari suami baik berupa
tenaga, pikiran dan materi yang diukur
dengan checklist.
Nominal Mendukung
Tidak mendukung

Pendidikan Jenjang
pendidikan formal yang diukur dengan
quesioner.
Nominal SD - SMP
SMA - PT
Umur Lamanya hidup sejak lahir yang
dinyatakan dalam satuan
Tahun yang diukur dengan quesioner.
Nominal < 20 tahun dan >35
tahun
20 35 tahun

Paritas Jumlah anak yang telah dilahirkan
oleh ibu yang diukur dengan quesioner.
ordinal 1. 1 (primipara)
2 . 2 (multipara)
Status
perkawinan
Status subyek berdasarkan ikatan
perkawinan (menikah) atau tidak dalam
ikatan perkawinan yang diukur dengan
quesioner.
Nominal 1.Belum menikah
2.Menikah

Pengetahuan
tentang
perawatan
post partum
Segala sesuatu yang diketahui ibu
tentang perawatan post partum yang
diukur dengan quesioner.
Nominal Kurang < 56 %
Baik 56%

Variabel
Dependen:
Post Partum
Blues


Kesedihan atau keadaan emosional
yang dialami oleh ibu post partum yang
dinilai dengan EPDS pada hari ke 3
post SC yang diukur dengan quesioner.


Nominal


post partum blues
bila nilainya 9 - 14
Tidak Post patum
blues bila nilainya
kurang dari 0 - 8

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
480
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur dan observasional.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah EPDS (Edinburg Postpartum Depression
Scale) untuk nenilai kejadian postpartum blues dan kuesioner serta checklist untuk mengidentifikasi
faktor psikososial dan data pribadi yakni umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, dukungan suami,
sosial ekonomi, status perkawinan, status kehamilan.
Data yang diperoleh akan dianalisis secara analitik dengan menghitung proporsi dan disajikan
dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dari hasil analisis kemudian diolah dan hasilnya disajikan
dalam bentuk pengumpulan data. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara variabel digunakan
uji regresi logistik ganda dengan nilai kemaknaan p 0,05 apabila uji statistik didapatkan p 0,05
maka Ho ditolak dan HI diterima, yang berarti ada pengaruh faktor psikososial terhadap terjadinya
post partum blues pada ibu nifas di RSUD RA Basoeni Mojokerto.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis pengaruh sosiodemografi terhadap terjadinya postpartum blues.
Distribusi frekuensi pengaruh sosiodemografi terhadap terjadinya postpartum blues pada
responden dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini dengan menggunakan uji regresi logistik
Tabel 2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur, pendidikan, sosial ekonomi, dan paritas terhadap
terjadinya postpartum blues di Rumah Sakit RA. Basoeni Mojokerto, tanggal 7 18 Oktober 2013.
Variabel Postpartum Blues
Tidak Ya Total nilai
n % n % n % p
Umur
< 20 atau > 35 tahun
20 35 tahun

7
8

46,7
53,3

18
4

81,8
18,2

25
12

67,6
32,4

0,025
Pendidikan
SD-SMP
SMA-PT

3
12

20
80

12
10

54,5
45,5

15
22

40,5
59,5

0,027
Sosial ekonomi
Rendah
Tinggi

3
12

20
80

9
13

40,9
59,1

12
25

32,4
67,6

0,182
Paritas
Primipara
Multipara

4
11

26,7
73,3

14
8

63,6
36,4

18
19

48,6
51,4

0,027
Status Perkawinan
Tidak Menikah
Menikah

0
15

0
100

2
20

9,1
90,9

2
35

5,4
94,6

0,230

Berdasarkan karakteristik sosio demografi responden variabel yang mempunyai hubungan
dengan terjadinya postpartum blues adalah variabel umur, paritas, dan pendidikan. Kejadian
postpartum blues lebih banyak dialami oleh oleh yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun (81,8%) yang merupakan usia berisiko mengalami komplikasi persalinan. Pada variabel
paritas, kejadian postpartum blues lebih banyak dialami oleh ibu primipara (63,6%). Kejadian
postpartum blues juga lebih banyak dialami oleh ibu yang berpendidikan SD-SMP dibandingkan
dengan ibu yang berpendidikan SMA Perguruan Tinggi, yaitu sebanyak 12 responden (54,5%).

Pengaruh faktor psikologis terhadap terjadinya postpartum blues
Distribusi frekuensi pengaruh faktor psikologis terhadap terjadinya postpartum blues pada
responden dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini



ISBN: 978-979-98438-8-3

481


Tabel 3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan faktor psikologis terhadap terjadinya postpartum blues di
Rumah Sakit RA. Basoeni Mojokerto, tanggal 7 18 Oktober 2013.

Variabel
Postpartum Blues
Tidak Ya Total nilai
n % n % n % p
Status kehamilan
Diinginkan
Tidak diinginkan

15
0

100
0

16
6

72,7
27,3

31
6

83,8
16,2

0,027
Dukungan suami
Tidak Mendukung
Mendukung

4
11

26,7
73,3

15
7

68,2
31,8

19
18

51,4
48,6

0,013

Berdasarkan data psikologis responden, variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap terjadinya postpartum blues adalah variabel status kehamilan dan dukungan suami. Tabel
4.2 menunjukkan bahwa semua ibu yang tidak menginginkan kehamilannya mengalami postpartum
blues, yaitu sebanyak 6 responden. Sedangkan dari 22 responden yang mengalami postpartum blues
sebanyak 15 responden (68,2%) diantaranya tidak mendapatkan dukungan dari suami.

Pengaruh pengetahuan terhadap terjadinya postpartum blues
Distribusi frekuensi pengaruh pengetahuan terhadap terjadinya postpartum blues pada
responden dapat di lihat pada tabel 4 di bawah ini
Tabel 4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pengetahuan terhadap terjadinya postpartum blues di
Rumah Sakit RA. Basoeni Mojokerto, tanggal 7 18 Oktober 2013.
Variabel
Postpartum Blues
Tidak Ya Total nilai
n % n % n % p
Pengetahuan
Kurang
Baik

4
11

26,7
73,3

16
6

72,7
27,3

20
17

54,1
45,9

0,006

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap terjadinya
postpartum blues dengan nilai p = 0,006. Kejadian postpartum blues terbanyak dialami oleh
responden yang berpengetahuan kurang yaitu 16 responden (72,7%).

Pengaruh umur terhadap postpartum blues
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa umur yang mengalami postpartum blues
adalah usia < 20 tahun dan > 35 tahun, usia tersebut merupakan usia berisiko bagi perempuan untuk
melahirkan seorang bayi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara usia dengan kejadian
postpartum blues. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Bobak (2004), bahwa faktor pencetus
terjadinya postpartum blues adalah pada usia remaja atau kurang dari 20 tahun. Handenson dan
Jones (2004) menyebutkan keadaan krisis situasi, pengalaman yang menyangkut kesiapan menjadi
orang tua, beban peran dalam lingkungan sosial dapat menimbulkan masalah pada wanita
melahirkan, termasuk mereka yang berumur kurang dari 20 tahun. Tetapi hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian Hikmah 2006 yang menyebutkan bahwa umur ketika pertama kali hamil
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya postpartum blues.
Pengaruh pendidikan terhadap terjadinya postpartum blues
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
482
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pendidikan terbanyak yang mengalami postpartum blues
adalah SD - SMP, yaitu 12 responden (54,5%). Hal ini sesuai dengan teori yang mangatakan bahwa
pendidikan rendah lebih sering mengalami postpartum blues dibandingkan dengan pendidikan
tinggi. Pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh ibu
yang mempunyai bayi sampai memperoleh ijazah yang sah, tetapi tidak terdapat pengaruh yang
bermakna antara pendidikan dengan kejadian postpartum blues. Kondisi ini memang tidak sesuai
dengan teori tetapi pembentukan psikologi ibu tidak hanya diperoleh melalui jenjang pendidikan
saja, karena banyak faktor yang lebih dominan untuk dapat mempengaruhi terjadinya postpartum
blues.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Reid V Oliver, 2007) mengatakan bahwa yang
mengalami postpartum blues yaitu yang berpendidikan dibawah SMA. Menurut Wiknjosastro
(1999) menyebutkan pendidikan formal menghasilkan perilaku yang diadopsi oleh individu, namun
pada sebagian orang tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pola sikap, hal tersebut lebih besar
berasal dari lingkungan yang diterima oleh setiap individu.
Latipun (2001) mengatakan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara berpikir
dan cara pandang terhadap diri dan lingkungannya, karena itu akan berbeda sikap responden yang
mempunyai pendidikan tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah dalam menyingkapi
proses selama persalinan sehingga pada pendidikan rendah sering terjadi postpartum blues.

Pengaruh paritas terhadap terjadinya postpartum blues
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden yang
mengalami postpartum blues adalah primipara yaitu 14 responden (63,6%). Terdapat hubungan
antara paritas dengan kejadian postpartum dengan nilai p = 0,027.
Hal ini sesuai dengan teori Sherwen 1999 yang menyebutkan bahwa proses persalinan,
lamanya persalinan hingga komplikasi yang dialami setelah persalinan dapat mempengaruhi
psikologis seorang ibu, dimana semakin besar trauma fisik yang dialami maka semakin besar
trauma psikis yang muncul. Dan hal ini semakin berat dirasakan pada wanita yang pertama kali
melahirkan anak mereka. Dalm Handerson dan Jones 2006 menyatakan bahwa perubahan selama
kehamilan khususnya peningkatan hormon dapat menimbulkan tingkat kecemasan yang semakin
berat serta rasa khawatir menerima peran baru menjadi krisis situasi yang terjadi sehingga hal ini
dapat menimbulkan terjadinya postpartum blues.
Menurut Bobak dan kawan kawan hal ini sesuai dengan kriteria ibu yang mengalami
gangguan emosional adalah ibu primipara yang belum berpengalaman dalam pengasuhan anak. Hal
ini berisiko terjadinya postpartum blues. Penelitian Pramudya didapatkan bahwa yang mengalami
postpartum blues pada primipara adalah 25%.

Pengaruh status perkawinan terhadap terjadinya postpartum blues
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh status perkawinan dengan kejadian
postpatum blues dengan nilai p = 0,230. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nurkholifani (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status perkawinan dengan
kejadian post partum blues.
Gejala postpartum blues juga muncul sebagai reaksi yang dipicu oleh situasi stres karena
adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, atau peristiwa-peristiwa lain yang dinilai
sebagai potensial stres bagi seorang ibu setelah melahirkan (Bobak dkk.,1994). Situasi stres tersebut
diantaranya berkaitan dengan konsekuensi perluasan keluarga, yaitu munculnya harapan-harapan
pribadi dalam membina rumah tangga atau harapan-harapan dari orangtua dan keluarga suami
setelah kelahiran bayi. Mulai membina keluarga dan membina rumah tangga sendiri sebagai tugas
perkembangan yang harus dijalani (Havighurst dalam Hurlock, 1980) semakin diperkuat karena
kehadiran buah hati. Selain itu, hubungan dengan orang lain akan mengalami perubahan yang tidak
ISBN: 978-979-98438-8-3

483
terelakkan (Farrer, 2001). Seorang ibu mungkin merasakan adanya perbedaan pendapat dengan
mertua tentang perawatan bayi setelah melahirkan. Konsekuensi lain dari perluasan keluarga dan
juga penting adalah keadaan sosial ketika bayi dilahirkan, terutama jika bayi mengakibatkan beban
finansial atau emosional bagi keluarga (Young & Ehrhardt dalam Strong & Devault, 1989).

Pengaruh sosial ekonomi terhadap terjadinya postpartum blues
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan
dengan kejadian postpartum blues dengan nilai p = 0.182. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian (Reid V, Oliver, 2007) bahwa pendapatan yang rendah berkontribusi terhadap terjadinya
postartum blues.
Kondisi sosio ekonomi seringkali membuat psikologi ibu terganggu. Pada keluarga yang
mampu mengatasi pengeluaran untuk biaya perawatan ibu selama persalinan, serta tambahan
dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan sehingga tidak
mengganggu proses transisi menjadi orang tua. Akan tetapi keluarga yang menerima kelahiran
seorang bayi dengan suatu beban finansial dapat mengalami peningkatan stres, stres ini bisa
mengganggu perilaku orang tua sehingga membuat masa transisi untuk memasuki pada peran
menjadi orang tua akan menjadi ledih sulit. (Bobak, Laudermilk, Jensen, et all, 2004).

Pengaruh status kehamilan
Hasil penelitian menunjukkan status kehamilan mempengaruhi terjadinya postpartum blues
dengan nilai p = 0,027. Hasil penelitian ini sesuai dengan Bobak (2004) yang menyatakan salah
satu faktor yang dapat menyebabkan postpartum blues adalah kehamilan yang tidak diinginkan.

Pengaruh dukungan suami terhadap terjadinya postpartum blues
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh dukungan suami dengan terjadinya
postpartum blues dengan nilai p = 0,013.
Dukungan suami merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang di dalamnya terdapat
hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan
menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat
memberikan cinta, perhatian maupun sense of attachment baik pada keluarga sosial maupun
pasangan(Ingela,2009). Dukungan suami sangat penting dan tidak bisa diremehkan dan yang tak
kalah penting membangun suasana positif, dimana istri merasakan hari-hari pertama yang
melelahkan. Oleh sebab itu dukungan atau sikap positif dari pasangan dan keluarga akan memberi
kekuatan tersendiri bagi ibu postpartum
Suami memegang peranan penting dalam terjadinya postpartum blues dan diharapkan suami
menyadari bahwa istri sangat membutuhkannya pada saat saat tertentu dan suami diharapkan ada
saat istri membutuhkannya. Dukungan itu tidak hanya berupa dukungan psikologis tapi dukungan
fisiologis, penilaian, informasi dan finansial sangat dibutuhkan oleh istri, jadi dukungan yang
diberikan itu dikemas secara utuh sehingga istri merasa nyaman dan dapat persalinan dengan baik.
Dukungan suami merupakan strategi coping penting pada saat mengalami stres dan berfungsi
sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya. Untuk itu dukungan
suami sangat dibutuhkan oleh perempuan setelah mengalami persalinan.

Pengaruh Pengetahuan terhadap terjadinya Postpartum Blues
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa yang mengalami postpartum blues terbanyak
adalah pada responden yang berpengetahuan kurang yaitu 16 responden (72,7%), sedangkan pada
kelompok yang tidak mengalami postpartum blues paling banyak adalah yang berpengetahuan baik
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
484
yaitu 11 responden (73,3%). Terdapat pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dengan
kejadian postpartum blues yaitu p value = 0,006.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu
objek sehingga pengetahuan merupakan faktor penting untuk terbentuknya perilaku seseorang
(Notoadmodjo, 2003). Pengetahuan bisa didapat baik secara langsung maupun secar tidak langsung
dan pengetahuan yang didapat akan berpengaruh terhadap pengembangan perilaku seseorang. Bila
seseorang pengetahuannya rendah seperti pengetahuan tentang postpartum blues maka dapat
mempengaruhi terjadinya postpartum blues.
Hasil penelitian yang dilakukan Hikmah 2006 bahwa informasi asuhan nifas memiliki
hubungan yang bermakna untuk mencegah terjadinya postpartum blues. Dan hal ini sesuai dengan
teori Helman 1990 bahwa pentingnya informasi yang didapat oleh ibu postpartum menurunkan
tingkat kecemasan dan krisis situasi.

KESIMPULAN
Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebagian besar responden berumur < 20 tahun dan > 35 tahun, dengan pendidikan SMA-
PT (tinggi), berstatus kawin, mempunyai sosial ekonomi tinggi, paritas multipara, status
kehamilan yang diinginkan, tidak mendapat dukungan suami, pengetahuan kurang, jenis
persalinan SC.
2. Kejadian postpartum blues di RSUD RA Basoeni Mojokerto selama bulan Oktober 2013
adalah sebesar 59,5%.
3. Ada pengaruh kelompok umur, paritas, pendidikan, dukungan suami, status kehamilan,
dan pengetahuan terhadap terjadinya postpartum blues.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Direktur RSUD RA Basoeni Mojokerto
2. Direktur Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
3. Kepala Ruangan Bersalin RSUD RA Basoeni Mojokerto
4. Responden
5. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arfian Soffin, 2012. Baby blues : Solo: Metagraf
Bobak, Laudermilk, Jensen, et all, 2005 Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Creasoft. 2008. Dukungan Sosial. Creasoft.wordpres.com .
Cunningham, FG. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Elvira S, 2006. Depresi Pasca Persalinan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas: Edisi 2. Alih Bahasa oleh Andry Hartono. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Fiona Marshall, 2004. Mengatasi Depresi pasca melahirkan. Jakarta : Arcan
Freudhenthal, Crost,M.,& Kaminski, M. 1999. Severe Post Delevery Blues : associated factor. Arch
Women Ment Health.
Friedman. 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
ISBN: 978-979-98438-8-3

485
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
Edisi Kelima. Alih bahasa oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar, Masalah dan Solusinya. Jakarta : EGC
Kusumadewi,I., Irawati.R.,Elvira SD., Wibisono, S. 2010. Validation Study The Edinburg Postnatal
Depression Scale. Jiwa, Indonesian Psychiatric Quartely. XXX:2 Hal 99-110.
Laskito Bramantyo, 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara
Latipun. (2001). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Lemeshow, Stanley. 2003. Penentuan Besar Sampel Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
UGM Press.
Murtiningsih Afin, 2012. Mengenal Baby Blues dan Pencegahannnya. Jakarta: Niaga Swadaya
Nirwana Ade B, 2011. Psikologi Ibu Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam , 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Riset Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nurkholifani S, 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di RSU
Kabupaten Tangerang. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Prawirohardho S. 2001. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PB SP
Reid V, Oliver MM. Postpartum Depression in Adolescent Mothers : An Integrative Review of the
Literature. Journal of Pediatric Health Care 2007 ; 21 : 289-298

Sarwono Sarlito, 1995. Teori Teori psikologi Sosial. Jakarta : Grafindo
Sarafino, E.P. (2006). Healt Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA :
Setyowati dan Uke riska. 2006. Studi Faktor Kejadian Post Patum Blues Pada Ibu Pasca Salin di
Ruang bersalin II RSU DR. Soetomo Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga

Strong, B., Devault, C. 1989. The Marriage and Family Experience: Fourth Edition. St. Paul
(USA): West Publishing Company.


Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
486

You might also like