Teori Konstruktivisme

Kerjasama antara Indonesia dengan Filipina dalam menanghadapi masalah keamanan di perbatasan sempat memunculkan wacana tentang adanya pengiriman prajurit TNI tapi pada kenyataannya tidak dapat terwujud karena adanya beberapa kendala dan perbedaan dalam prinsip politik luar negeri kedua negara. Karena itu, penting untuk melakukan kajian terhadap kerjasama tersebut untuk melihat berbagai faktor yang mempengaruhi kerjasama pertahanan mereka, dan bagaimana pemerintah Indonesia merespon kendala tersebut. Kerangka teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruktivisme dan konsep kerjasama pertahanan. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap pembuat kebijakan dan pakar serta didukung sumber sekunder. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan dan kesamaan dalam norma yang dimiliki oleh kedua negara, norma tersebut kemudian menjadi landasan bagi kedua negara ketika melakukan sosialisasi dalam berbagai forum kerjasama internasional dan kemudian memunculkan identitas bersama.

Terlihat peningkatan kerjasama keamanan kedua negara dari intensitas, frekuensi dan jumlah institusi. Selanjutnya, Pemerintah Indonesia merespon berbagai kendala dalam wacana pengiriman karena adanya prinsip yang dipertahankan oleh Indonesia. Yaitu prinsip non aliansi dan prinsip non intervensi, meskipun begitu Indonesia tetap akan memberikan bantuan jika sudah  mendapatkan kesepakatan, perbedaan metode penanggulangan tidak menjadi masalah bagi kerjasama karena adanya badan pusat terorisme dari masing-masing negara, mengenai kurangnya masalah kepercayaan ditangani dengan berbagai forum kerjasama, pada perkembangannya terjadi operasi bersama pasukan melintasi batas negara.

Abstrak: Artikel non penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan aliran behaviorisme, kognitivisme, humanisme, dan konstruktivisme. Deskripsi aliran filsafat yang terdapat didalamnya berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang menyangkut dasar berfikir secara menyeluruh, mendalam dan sistematis sehingga menghasilkan generasi yang berperilaku lebih baik dalam menyiapkan kehidupan yang akan datang. Beberapa aliran yang akan dibahas adalah aliran behaviorisme, kognitivisme, humanisme, dan konstruktivisme. Kata Kunci: aliran behaviorisme, kognitivisme, humanisme, konstruktivisme PENDAHULUAN Penelitian non ilmiah ini akan membahas aliran-aliran filsafat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang menyangkut dasar berfikir secara menyeluruh, mendalam, dan sistematis. Aliran yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah aliran behaviorisme, kognitivisme, humanisme, dan konstruktivisme. Aliran filsafat behaviorisme menfokuskan pada pengalaman yang didapat oleh peserta didik. Aliran kognitivisme menyatakan belajar merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara anak dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif baik melalui pengalaman maupun praktek. Humanisme adalah filsafat yang berorientasi pada nilai-nilai manusiawi, dan nilai-nilai kultural dalam pendidikan. Sedangkan konstruktivisme memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif membangun keberagaman sesuai pemahaman yang anak dapatkan. Namun keempat aliran tersebut sama-sama memiliki tujuan untuk dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku, pengetahuan, serta keterampilan berfikir pada anak.

Konstruktivisme adalah teori komunikasi yang berusaha untuk menjelaskan perbedaan individu dalam kemampuannya untuk berkomunikasi terampil dalam situasi sosial (Jesse Delia (1982)) Di dalam proses kognitif yang berlangsung pada diri seseorang terdapat dua macam, yaitu yang pertama belum matangnya proses kognitif ketika dia hanya melihat orang lain dari sisi hitam atau putih saja. Yang kedua adalah individu yang telah memiliki kedewasaan, dia melihat dunia dari gambaran kehidupan yang ada, dan mampu menggambarkan orang dengan lebih kompleks, bahwa tidak hanya terpaku pada hitam ataupun putih saja. ▲ Tiga Bagian dari Kompleksitas Kognitif : 1. Diferensiasi, yaitu ada banyaknya gagasan mengenai kepribadian yang terpisah-pisah digunakan untuk mendeskripsikan seseorang. 2. Abstraksi, yaitu derajat yang melihat pada tingkah laku yang tampak dalam kaitannya dengan sifat internal, motivasi, dan disposisi. 3. Integrasi, yaitu berkenaan dengan pengakuan dan perdamaian pada kesan-kesan konflik. Menilai pada diferensiasi akan mudah, namun ketika sampai pada abstraki dan integrasi akan mengalami kesulitan. Delia melakukan pengujian terhadap RCQ dengan mengembangkan kompleksitas kognitif itu berdasar kronologi usia anak yang kemudian secara berurutan pada nilai yang lebih tinggi antara dewasa menuju usia tua. Pada akhirnya menyimpulkan bahwa perbedaan individu antara orang dewasa relatif stabil dari waktu ke waktu. Dia menuliskan bahwa test kepribadian tidak harus digambarkan oleh karakter lain atau faktor yang tidak berhubungan. Peneliti harus memahami bahwa nilai RCQ itu bebas dari IQ, empati, ataupun kemampuan menulis.

Etnik kimlikler üzerinde yaşanan çatışmalar, Soğuk Savaş sonrası dünyada ortaya çıkan en önemli sorunlardan biridir. Bu etnik sorunların kaynağında "ben" ve "öteki" algısı yatmaktadır. Bu algı tarihsel yaşanımlarla edinilmekte ve devletlerin dış politika anlayışına yerleşmektedir. Konstrüktivizmin öncüsü Alexander Wendt kimliklerin devlet politikalarını etkilediğini, bunların tarihsel deneyimlerle edinildiğini ve devletlerin diğer devletlerin kimliklerine bakarak nasıl davranacağını tahmin ettiğini söylemektedir. Bu çerçeveden bakıldığında Türkiye'nin Kuzey Irak Bölgesel Yönetimi ile olan ilişkileri hiçbir dönemde kolay olmamıştır. Türk iç politikasında Kürt sorunu ve Kürt sorununun tetiklediği terör sorunu önemli yer tutmaktadır.

Pendahuluan Dunia saat ini diwarnai dengan berbagai konflik, pemberontakan dan peperangan di berbagai belahan dunia. Keadaan ini membuat banyak wilayah di dunia terancam keamanannya sehingga banyak negara yang warganya terpaksa pindah dan mengungsi ke negara lain. Kegiatan mengungsi atau berpindah tempat dari suatu wilayah ke wilayah negara lainnya biasa disebut dengan istilah Migrasi. Gejolak konflik dan krisis keamanan di beberapa wilayah negara terutama di Timur Tengah membuat arus migrasi makin bertambah. Para pengungsi cenderung berasal dari wilayah konflik yang sudah tidak lagi menjamin keamanannya sehingga migrasi atau mengungsi menjadi satu-satunya jalan mereka untuk dapat tetap bertahan hidup. Wilayah yang sering menjadi tempat tujuan para pengungsi ialah negara-negara yang secara ekonomi dan politik bersifat stabil yang biasanya negara-negara maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat. Pada umumnya, sikap negara-negara terhadap migrasi atau pengungsi terbagi menjadi 2, yaitu menerima migrasi atau menolaknya. Ada beberapa negara yang secara keras menolak migran atau pengungsi untuk masuk ke negaranya, seperti Australia. Namun, ada pula negara yang menerima migran atau pengungsi untuk masuk ke negaranya tapi, dengan beberapa syarat dan ketentuan terbatas. Bahkan, ada juga negara yang secara bebasnya menerima sebanyak apapun migran atau pengungsi yang ingin masuk ke negaranya, seperti Jerman. Amerika Serikat pun juga menunjukkan sikap tersendiri menyikapi migran atau pengungsi. Masa pemerintahan Donald Trump pada sekitar tahun 2017, megeluarkan kebijakan bahwa akan menolak migrasi yang berasal dari 7 negara yang mayoritas beragama islam, antara lain Iran, Irak, Suriah, Sudan, Yaman, Somalia dan, Libya. Selain itu, presiden Donald Trump juga melakukan pembangunan tembok perbatasan Meksiko-Amerika Serikat demi mengurangi jalur masuk imigran ilegal ke dalam wilayah Amerika Serikat yang biasanya juga masuk melalui jalur Meksiko ke Amerika Serikat. Perbedaan sikap dari tiap negara dalam menanggapi migran atau pengungsi sangatlah dipengaruhi dari bagaimana pengambil kebijakan melihat dan menganalisis faktor-faktor internal maupun ekskternal hingga dapat melahirkan sebuah kebijakan luar negeri. Untuk itu, penulis akan menganalisis bagaimana kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap migrasi dengan melihat beberapa pertimbangan yang mempengaruhi decision-making dalam perumusan kebijakan luar negeri tersebut. Nama : Luthfania Andriani NIM : E061181018

Middle East and North Africa region have a regional organization known as "Arab League". Arab League was formed based on its ideology dependency that is Pan-Arabisme. Mutual identity, political wave, cultural society and mutual interest have become the foundation of its creation. The presence of Arab League in a region that has dependency on Pan-Arabisme. Indirectlyit gave a huge impact on domestic, national, regional, and global level. it can be concluded there is an analysis concerning Pan-Arabisme and its corelation with the creation of Arab League. Especially when we use a perspective based on International Relations Theory, which is constructivism and looking at atudy concerning Middle East Region

Keywords: Arab, Pan-Arabism, Arab League, Middle East and North Africa.


Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara terdapat suatu organisasi regional bernama “Arab League” (Liga Arab). Pembentukan dari Liga Arab memiliki keterkaitan dengan salah satu ideologi yaitu Pan-Arabisme. Melihat terdapat persamaan identitas, aliran politik, sosial budaya dan kepentingan bersama yang menjadi dasar berdirinya organisasi tersebut. Kehadiran dari Liga Arab di kawasan yang memiliki keterkaitan dengan Pan-Arabisme. Secara tidak langsung memberikan dampak dalam tingkat domestik, nasional, regional dan global. Maka dari itu, terdapat analisis penjelasan tentang Pan-Arabisme yang memiliki korelasi dengan berdirinya Liga Arab. Terutama menggunakan dengan salah satu pendekatan Teori Hubungan Internasional (HI) yaitu Konstruktivisme dalam melihat studi mengenai Kawasan Timur Tengah.

Kata Kunci: Arab, Pan Arabisme, Liga Arab, Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Abstract
Arab Springs is a series of protests and tests known as the Arab Rebellion. These protests are aimed at running an authoritarian regime within Arab countries. Policies in the country of Tunisia after the suicide bombing carried out by Mohamed Bouazizi, protests related to pro-democracy then spread throughout North Africa and the Middle East. The role of the media is the main dissemination factor carried out by agents to carry out social construction of structures in North Africa and the Middle East. This paper will analyze the impact of the Arab Spring phenomenon on the development of democracy in North Africa and the Middle East through Alexander Wendt's constructivist approach. In the end, the author will conclude how the agents and structures in the North African and Middle East regions can be interrelated and how the international structure can be constituted through the Arab Spring phenomenon.

Abstrak
Arab Springs merupakan suatu rangkaian protes dan munculnya unjuk rasa yang dikenal sebagai Pemberontakan Arab. Aksi protes ini bertujuan untuk menentang rezim otoriter didalam negara-negara Arab. Dimulai di negara Tunisia setelah bom bunuh diri yang dilakukan oleh Mohamed Bouazizi, protes terkait pro-demokrasi ini kemudian menyebar keseluruh kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah. Peran media menjadi faktor penyebaran utama yang dilakukan agen untuk melakukan konstruksi sosial terhadap struktur dalam kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah. Tulisan ini akan menganalisis bagaimana dampak dari fenomena Arab Spring terhadap perkembangan demokrasi di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah melalui pendekatan konstruktivis Alexander Wendt. Diakhir, penulis akan menyimpulkan bagaimana agen dan struktur dalam kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah dapat saling berkaitan dan bagaimana struktur internasional dapat dikonstitusikan melalui fenomena Arab Spring.

Kontruktivis adalah salah satu teori yang sekarang berpengaruh terhadap tatanan dunia internasional. Konstruktivisme didefinisikan sebagai sebuah perubahan dari teori-teori sebelumnya. Konstruktivis ini mempunyai arti sebagai ide-ide atau gagasan-gagasan baru terhadap perkembangan dunia.

Hubungan internasional dalam perkembangannya dapat dilihat bermula pada saat aktor yang menjadi fokus dari hubungan internasional adalah negara hingga sekarang bahkan aktor non negara serperti organisasi internasional, komunitas, bahkan individu pun juga menjadi aktor dalam melakukan hubungan lintas negara. Secara tidak sadar perkembangan dalam hubungan internasional telah berkembang begitu pesat dari gambaran umum tentang ruang yang terpisah dan terbagi menjadi negara-negara ke sebuah gambaran ruang global yang menjadi tempat timbulnya masalah-masalah antar pertemuan unit-unit politik. Salah satu hal yang menjadi pemicu perubahan atau transformasi dalam HI yaitu globalisasi, dimana globalisasi makin memperluas lagi makna ruang misalnya dari yang awalnya perang itu fenomena pertumpahan darah antar negara untuk memperebutkan suatu wilayah dan kekuasaan ke suatu makna perang yang tidak nyata dilihat oleh mata seperti cyber war. Perkembangan dari globalisasi termasuk perkembangan HI yang dijelaskan di atas tidak terlepas dari peran paham konstruktivisme. Bahkan, banyak diperdebatkan bahwa konstruktivisme berkaitan erat dengan globalisasi. Selain itu, konstruktuvisme ini juga berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam ekonomi dimana suatu komoditas dan nilai dari usaha ke transaksi sebagai unit analisis. Hal ini dikarenakan konstruktivisme merupakan bentuk/wujud yang muncul untuk menggambarkan berbagai tradisi pemikiran. Sebuah teori biasanya dilihat menarik karena kemajuannya yang cenderung pada posisi baku. Atau bisa saja menarik karena esensi teorinya dalam hal politik dan ekonomi, yang kalau kontruktivis menyebutnya sebagai kepentingan material. Materialisme adalah sebuah filsafat sosial yang mempertahankan bahwa proses produksi dan reproduksi sosial menentukan kesadaran manusia atau dengan penjelasan lebih spesifik bahwa manusia dalam memandang dunia itu tidak terlepas dari hal-hal dan kondisi-kondisi material yang ada. Marxisme dianggap sebagai salah variasi dari konstruktivisme yang berupaya mengatasi masalah yang mungkin tampak sebagai kondisi objektif dan Nama : Luthfania Andriani NIM : E061181018 Matakuliah : Politik Internasional

Resume ini ditulis untuk memenuhi kompetensi dari mata kuliah Teori Hubungan Internasional (THI) II. Resume ini menjabarkan kemunculan Konstruktivisme dalam studi Hubungan Internasional (HI) dalam konteks sejarah. Dengan menjabarkan kritik dari Konstruktivisme terhadap teori-teori mainstream dalam studi HI, pembaca dapat memahami bagaimana teori Konstruktivisme dapat menjadi begitu populer. Resume ini dilanjutkan dengan penjabaran mengenai epistemologi, fitur, dan jenis-jenis aliran dari Konstruktivisme dalam HI. Terakhir, pembaca dapat memahami bagaimana keterbatasan-keterbatasan dari teori ini dalam studi HI.

Margaret Thatcher as one of the world's first female leaders, makes a huge impact for the world's view towards gender, especially women. Thatcher in implicit way showing that a woman also can be a political leader. But as time goes by, her actions and policies considered as not in accordance with women's interest. Thatcher has her own way to run the government and regulating her politics, so Thatcher is often considered as non feminist. Her actions and policies that considered as non-feminist has been seen, before she run the government especially when she was little. Thatcher's femininity issues, can be analyzed with feminist constructivism which is a derivative theory of one of the great theories of International Relations.

Margaret Thatcher sebagai salah satu pemimpin perempuan pertama dunia memberikan pengaruh besar bagi pandangan dunia terhadap gender khususnya perempuan. Thatcher secara implisit menunjukkan bahwa seorang perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin politik. Tetapi seiring berjalannya waktu tindakan dan kebijakan Thatcher dianggap tidak selaras dengan kepentingan perempuan. Thatcher memiliki caranya sendiri dalam menjalakan pemerintahan dan perpolitikannya sehingga Thatcher sering dianggap sebagai non feminis. Tindakan dan kebijakan Thatcher yang dianggap non-feminis sudah terlihat dari sebelum beliau menjalankan pemerintahannya, khususnya ketika beliau masih kecil. Feminis atau tidak nya seorang Margaret Thatcher, dapat ditelaah dengan teori Konsturktivisme feminis yang merupakan teori turunan dari salah satu teori besar Hubungan Internasional.

The agreement of normalize relations between the United Arab Emirates (UAE) and Israel, which announced on August 13, 2020, has shocked the whole of Islamic world. How not, the United Arab Emirates-which is a country with a Muslim majority population-has opened wide relations to a country which is the current enemy of Islam, the Jewish nation of Israel.-Many of Muslim countries have condemned this action, and one of them is Turkey. Under Erdogan's leadership, Turkey firmly that what the United Arab Emirates did was a form of betrayal. This rejection can be understood because the agreement on normalization between the United Arab Emirates and Israel can weaken the solidarity of Arab countries against the struggle for Palestinian independence. This paper will explain how Turkey (as a Muslim representation) responds to the normalization of relations between the United Arab Emirates and Israel and the reasons why Turkey respond this way-which will be analyzed through a constructivist approach.

Filipina telah menjalin hubungan bilateral yang erat dengan Amerika Serikat yang salah satunya berupa kerjasama keamanan dimana pada tahun ini mulai mengalami ketidakpastian. Tulisan ini berusaha memberikan signifikansi dari perubahan arah politik luar negeri Filipina dipandang dari perspektif negara tersebut. Dengan berusaha menggambarkan fakta-fakta yang ada dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri Filipina terhadap diplomasinya dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok ke dalam penjelasan yang rasional, tanpa ada maksud bias terhadap salah satunya. Untuk menganalisis proses pembuatan kebijakan luar negeri ini menggunakan tingkat individu yang dalam hal ini adalah presiden Filipina sendiri selaku pemegang jabatan kepala negara negara dan pemerintahan, Rodrigo Duterte. Pandangan yang dipilih untuk menganalisis landasan dasar tersebut pada tulisan ini adalah konstruktivisme yang dipandang dari sisi Filipina selaku pembuat kebijakan mengonstruk realitas yang menjadi kepentingan nasionalnya.

Lantai beton adalah salah satu bagian terpenting dari pekerjaan konstruksi, dimana dalam dalam pengerjaan nya sangat dibutuhkan keahlian atau skill tersendiri untuk mendapatkan kualitas terbaik dari pekerjaan finishing lantai tersebut. Tidak dapat kita pungkiri, dalam suatu pekerjaan konstruksi, kualitas dari lantai beton memiliki penilaian tersendiri yang mana akan sangat mempengaruhi terhadap nilai dan kualitas dari bangunan itu sendiri. Tehnik tehnik pekerjaan finishing lantai beton. Beberapa teknik yang sering diterapkan dalam pengerjaan finishing lantai beton menjadi acuan baku bagi para pekerja konstruksi, diantaranya adalah tehnik roskam manual dan tehnik trowel lantai. Tehnik finishing roskam manual. Pekerjaan finishing lantai ini dikerjakan secara manual, dalam hal ini hanya mengandalkan alat berupa cetok(roskam). Sehingga cukup menguras waktu, tenaga serta biaya. Tehnik pekerjaan finishing lantai manual ini biasanya dikerjakan oleh pekerja konstruksi dengan jumlah lebih dari tiga orang pekerja konstruksi untuk luas bidang 50 meter persegi, dengan menggunakan alat berupa cetok atau roskam yang berfungsi sebagai alat untuk meratakan permukaan lantai beton. Tehnik finishing trowel Sedangkan yang dimaksud dengan finishing trowel adalah pekerjaan meratakan lantai dengan menggunakan alat bantu mesin trowel, mesin trowel ini di desain khusus untuk mempermudah pekerjaan finishing lantai beton serta membuat pekerjaan 10 kali lebih cepat dibandingkan menggunakan cara manual. Pada bagian bawah alan ini terdapat plat baja yang akan berputar ketika mesin ini dioprasikan, plat ini akan memberikan tekanan kepada permukaan lantai dan putarannya akan membuat permukaan menjadi rata, halus serta lebih kuat. Pekerjaan finishing lantai menggunakakan mesin trowel ini biasanya hanya dapat dikerjakan oleh Jasa trowel Lantai yang dikerjakan ahli yang sudah terlatih dalam mengoprasikan mesin ini, serta sudah menguasi trik yang efektif dalam pekerjaan lantai ini. Dengan demikian tidak mudah bagi para pekerja konstruksi ritel untuk menggunakan tehnik finishing trowel lantai ini, selain harga mesin yang terbilang sangat mahal operator mesin ini pun harus dikerjakan oleh orang yang sudah berpengalaman tentunya. Oleh karena itu bermunculan lah jasa finishing trowel lantai beton untuk membantu para pekerja konstruksi ritel dengan penawaran harga yang ber variasi.

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil " pemberian " dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari " pemberian " tidak akan bermakna. Salah satu teori belajar konstruktivistik adalah teori perkembang mental piaget. Teori ini berkembangan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Menurut piaget perspektif intelektual dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda: