Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2021, Mundo Amazónico
Wereneôro A'ti pũripᵾre masiose nií pátu kase kumûa Ye'pamasa naâ tᵾoñase, masise, iñase. Pátu kase ukũ, masiõ weseti wesĩrikare wiôse tᵾoñama buera pekasa tohowero yoaka te bahutiro weroho nisiti. Tohonika basa wi'íseri ᵾhᵾâ wetiâra ñase nií nise tutuâ yᵾrᵾka te kasere bue, masiô wero ᵾ'asa nitise noho nikapa. Te pátu na Ye'pamasa mâ Ʉmᵾkoho Ñekᵾ pᵾ kᵾoseti nᵾkapi. A'ti ᵾ'mᵾkoho, a'tipati, masa tohonika a'ti di'tapᵾ de'ro nise da're bahureôti kᵾopi. Tere buâ ba'â tᵾoña duhî wegᵾ. Kᵾ toho weke niyuro a'to kateropᵾre te kumûare basese, kihti ukũse, basase tᵾoña wakũnᵾrᵾ wese nií. A'tiro nipa, a'tiro nisa, a'tiro nirô toho wasa nisê waka wetamose kumûre na tᵾoke merâ. Resumo Este artigo intitulado Pátu: o “pó da memória” dos conhecedores ye'pamasa (Tukano) abarca um conjunto amplo e complexo de ideias, concepções e perspectivas a respeito do pátu dos Ye'pamasa, tal como fazem e pensam os kumûa ye'pamasa. T...
2017
vi dan mengabadikan karya-karya KKN dalam bentuk sebuah buku, sehingga proses dan hasil pelaksanaan KKN akan menjadi refrensi pengabdian pada masa-masa yang akan datang.
2019
Tulisan ini memuat bacaan-bacaan shalat yang pendek sehingga diharapkan dapat memberi kemudahan bagi orang mengalami kesulitan menghapal. Tulisan ini disajikan dalam bahasa Bugis karena pada mulanya memang ditulis untuk ibu penulis, dimana beliau jauh lebih memahami maksud suatu tulisan jika disajikan dalam bahasa Bugis, atas permintaan beliau. Awalnya, tulisan ini hanya dibagikan di dalam keluarga sendiri. Namun, penulis pikir nilai kegunaan tulisan ini boleh jadi akan bertambah jika diserbar-luaskan. Mungkin ada satu dua orang yang membutuhkannya. Akhirnya, tulisan ini dibagikan secara gratis di internet setelah dilakukan pemeriksaan ulang mengenai cara penyampaian beserta dalil-dalil yang dijadikan landasan.
Karakter dari suatu etnis tercermin dari tradisi dan budaya yang terbentuk dalam suatu permukiman dan local wisdom yang masih terpelihara. Seperti halnya pada permukiman tradisional Etnis Mamasa di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. Timur, yang mempertahankan rumah adat mereka dari segala perubahan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik non fisik sosial budaya masyarakat Mamasa, mengidentifikasi karakteristik fisik pola tata ruang permukiman yang terbentuk, menganalisis pola tata ruang permukiman tradisional yang terbentuk akibat pengaruh fisik dan non fisiknya, menentukan arahan pelestarian permukiman tradisional Mamasa dan kearifan lokalnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif-evaluatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep makro terhadap pola ruang permukiman yang terbentuk dari tatanan fisik lingkungan hunian memperlihatkan adanya pembagian ruang permukiman berdasarkan guna lahan. Orientasi banua ke arah Utara dimana Yang Maha Kuasa pemberi berkah dan keberuntungan bersemayam. Atau arah melintangi sungai dari mana leluhur mereka datang pada awalnya sebagai sumber kehidupan. Letak yang menyebar antar banua dalam suatu perkampungan namun selalu kearah yang sama ke Utara maupun arah melintangi sungai adalah cermin kesatuan pandangan dan mufakat dalam hidup bermasyarakat. Dari hasil struktur atap (longa) yang besar dan tinggi pada banua layuk menciptakan ruang penghubung dengan ruang luar yang dibawahnya menjadi ungkapan keinginan pimpinan adat untuk melindungi dan mengayomi masyarakat yang ada dibawah kepemimpinannya. Sedangkan pada banua yang lain dengan ukuran yang lebih kecil menyiratkan keramahan dan sifat pengasih (mamase). Bentuk atap yang asimetris pada kumpulan banua dan alang dalam perkampungan selaku komposisi gatra yang dinamis mengikuti irama alam yang berbukit-bukitdan seiring irama kehidupan yang tiap hari dari bukit turun ke lembah, dari lembah naik keatas bukit. Kata kunci: ruang, budaya, ritual, banua, geometri
LTTUANG, 2020
Thu Masa Pasian thu um vive, upzia kibanglo (pawlpi) tampi om hi. Ei upna ciat maan kisa tek hi. Tua bek thamlo pasian dangdang (biakna dang) a umte nangawn in zongh amau upna mah maan sapen lai uhhi. Tua mah bangin hih laibu sung aa thute zongh a sang thei om ding, a sang theilo zongh om veve kha ding hi. Hih laibu in Laisiangtho Pasian Kammal siksanin upna tawh leitung ah nuntakzia ding bulphuh hi. Pasian up khitciang, Zeisu gumpa le honpa in san khitciang, Khasiangtho ngah khitciangin Laisiangtho tawh kituak aa gamtat ding thupi hi. Laisiangtho Pasian kammalte khinkhai siamna, thu hilhna le thusuak tuamtuamte khentel theihna tawh gul bangin pil aa vakhu bangin dik nading lunggulhna ahi hi. (Matthew 10:16) Christ thu theihna a kizelh ding pen Pasian deihna ahi hi. (Corin Nihna 2:14) Tuhun pen hun hoihlo ahih manin hoihtakin kingaihsun aa gamtat ding thupi mahmah hi. (Ephesa 5:15) Pilvang in khuaphawk aa ei le ei kiuk tawm theih ding kisam hi. (Mark 13:37, Peter Masa 1:13, 4:7, Rom 13:11, Corin Masa 9:27) Tua ahih manin Lasiangtho tungtawnin Picinna lam manawh aa Pasian thu theih semsemna tawh upna kip a khang semsem ding thupi hi. (Ephesa 4:13, 14)
2018
ABSTRAK AMANDA N. FITRIYANI, 1182040120, Eksistensi Tari Pajaga Bone Balla (Sulessana) di Kedatuan Luwu,program Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Seni dan Desain Univesitas Negeri Makassar, 2018. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan latar belakang penciptaan tari pa’jaga bone balla Sulessana di kedatuan Luwu, yaitu menjelaskan latar belakang awal mula tarian ini diciptakan dan tujuan tari ini diciptakan. (2) Mendeskripsikan upaya pelestarian tari pa’jaga bone balla Sulessana di Kedatuan Luwu, mengetahui cara masyarakat dalam menjaga keeksistensian tari Pajaga bone balla (Sulessana). Latar belakang tari pajaga bone balla sebagai sarana pendidikan dan latihan bagi calon-calon pemimpin yang diharapakan akan mewakili perasaan yang halus dan peka pada setiap gejala sekecil apapun yang terjadi dimasyarakat lalu kemudian beralih menjadi hiburan bagi Datu dan juga tamu-tamu kerajaan. Kedua yaitu upaya-upaya pelestarian yang dilakukan oleh salah satu sanggar asuhan kedatuan ...
A. SEJARAH TERBENTUKNYA PULAU SUMATERA Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran (fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel dengan struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal. Pada zaman Oligo-Miosen
JSRW (Jurnal Senirupa Warna)
Non-preconception, non-academic technique, and non-academic esthetic are the three concepts presented by Nashar, one of the Indonesian fine arts artists and thinkers, in 1970s. This article is a summary covering the process of understanding Nashar’s journey to find his Three-Non, the influence of a friend cum teachers, Oesman Effendi and Affandi in his attitude to his painting career, what he meant with his Three-Non, and lastly, to see how the Three-Non was operated by Nashar in his works.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.