Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2020
…
13 pages
1 file
Sepanjang manusia hidup, mereka kebingungan mencari satu kata yaitu 'bahagia.' Berbagai cara mereka tempuh untuk mendapatkan satu kata tersebut. Ada yang mengira berada pada kekuasaan, ada yang mengira berada pada kekayaan, ada yang mengira kebahagiaan itu di akhirat sana. Namun yang pasti, dimanakah kebahagiaan itu berada masih perlu ditelusuri lebih lanjut. Artikel singkat ini akan membahas tentang konsep bahagia. Kesimpulan penelitian ini terdapat enam 'syarat' agar seseorang bisa bahagia. Pertama, keadaan dan jiwanya menyatu. Kedua, kebahagiaan di ukur dari segi kejiwaan, bukan materi. Ketiga, kebahagiaan di ukur dari 'masalah', bukan prestasi. Keempat, jika tercapai apa yang diinginkan. Kelima, menempuh jalan yang lurus. Keenam, berfikir positif. Kata kunci: barometer bahagia.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan konsep kebahagiaan remaja yang tinggal dijalanan, dipantiasuhan dan dipondok pesantren.Metode yang digunakan adalah kualitatif, sehingga wawancara dan observasi adalah alat utama dalam pengumpulan data.Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep kebahagiaan pada remaja berpusat pada adanya rasa kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Perbedaan kebahagiaan remaja jalanan, panti asuhan dan pesantren sebagai berikut: pada remaja Jalanan,tidak mendapatkan kebebasan dirumah sehingga melarikan diri untuk mencari kebahagiaan diluar rumah. Padaremaja Panti asuhan: kebebasan yang sangat luas namun tidak terarah sehingga merasa kurang percaya diri dalam menghadapi masa depan dan sosialisasi juga terbatas. Pada remaja pesantren: kebebasan yang diatur secara ketat, namun dapat memenuhi kebutuhannya dalam pengasuhan orangtua dan pesantren. Halini menjadikannya lebih mandiri dan bersosialisasi secara luas meski pada komunitas yang terbatas. Abs...
Jurnal Penelitian Medan Agama
Kebahagiaan menurut Ibnu Sina menarik untuk di bahas karena diperoleh melalui banyaknya ilmu pengetahuan dan bisa diamalkan melalui akal mustafad. Banyak para tokoh mencoba menguraikan keberadaannya. Namun dalam kajian tersebut, ada anggapan para filosof Muslim dalam menguraikan masalah hanya menyalin ulang dari para filosof Yunani. Hal ini dijelaskan oleh salah satu tokoh filosof Muslim, yaitu Ibnu Sina. Ia menjelaskan pembahasan dalam filsafat Islam yang berasaskan wahyu berbeda dengan Barat yang berasaskan rasio dan empiris.Kajian ini studi literatur dengan menggunakan metode diskriptif-analisis. Dalam pembahasan ini penulis menghasilkan kesimpulan penting. Pertama, Konsep kebahagiaan Ibnu Sina berbeda dengan Barat. menurut Ibnu Sina jiwa mendapatkan kenikmatan dan kesengsaran di hari akhir. Ibnu Sina membaginya menjadi beberapa kategori. Pertama, jiwa sempurna karena ilmu dan amal. ilmu akan menjadi pondasi untuk mengukuhkan kehidupan manusia. aksi berpikir dan berkembang dalam...
ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman
Ibn al-Haytham (965-1039) is so far known merely as a mathematician and scientist. It is understand-able because most of his available works at this time are on mathematics and science. As a result, researches on his philosophical, psychological, and theological thought are still lacking. This paper discusses Ibn al-Haytham’s philosophy of happiness, using historical research method by collecting and analyzing his works linguistically, particularly his Thamarat al-H{ikmah. The results reveal that Ibn al-Haytham, as well as Muslim philosophers of his time, accepted the concept of happiness from Greek philosophers, such as Socrates, Plato and Aristotle. However, he incorporated religio-metaphysical dimensions to his concept of happiness. This finding shows that Ibn al-Haytham is not only a mathematician and scientist, but also a philosopher like al-F?r?b?, Ibn Miskawayh, and al-Ghaz?l?.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh realitas yang memprihatinkan dan memerlukan perhahian yaitu cara pandang masyarakat terhadap pencapaian kesejahteraan yang terlalu materialistik. Hal ini mendorong penulis untuk menganalisis kembali konsep kesejahteraan masyarakat yang termuat dalam al-Qur'an yang dijabarkan oleh para mufassirin melalui tulisan-tulisannya. khususnya pada kitab tafsir tahlili corak adabul ijtima'I karya M. Quraish Shihab, Ahmad Musthafa Al-Maraghi dan Buya Hamka. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah (library research) dalam teknis deskriptif kualitatif eksploratif dengan menekankan pada sumber tertulis terutama karya tafsir M. Quraish Shihab, Ahmad Musthafa Al-Maraghi dan Buya Hamka (Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Azhar). dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik penelusuran yakni menelusuri kata kesejahteraan masyarakat yang terdapat dalam buku-buku perpustakaan, jurnal-jurnal maupun web-site. Hasilnya penulis menemukan bahwa hakikat kesejahteraan itu dapat diperoleh apabila masyarakat terbebas dari jeratan kekufuran, kemiskinan, kebodohan dan rasa takut. dan hal ini didapatkan apabila masyarakat memperkukuh keimanan dan ridak mencampurkannya dengan segala bentuk kezhaliman lalu kemudian direalisasikan melalui amal saleh atau amal kebajikan.. Akhirnya penulis merekomendasikan kepada umat Islam untuk dapat menambah keimanan dengan cara lebih mengenal Allah sehingga dapat menarik perhatian-Nya untuk memberikan anugrah kesejahterann.
Refleksi: Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam, 2020
Happiness is an eternal concept that will always keep being up to date which means the concept of happiness will never be ended for discussion. Starting from ancient times, people today, and people in the future always want the same thing as happiness. The concept of happiness is not something new for both the world of Sufism and philosophy, therefore the concept of happiness experiences the dynamic development of the concept. Hamka is one of the scholars in Indonesia who discusses the concept of happiness, but Hamka has its own characteristics in explaining happiness. According to Hamka, happiness actually exists in every human being, happiness can be achieved from inside, not from outside, happiness that comes from outside of ourself is only as a complement to happiness inside, happiness can be achieved if humans always hone and develop tools which can be used to achieve happiness and these tools are religion, reason, and mind. These three things have a relationship with each othe...
Analisis: Jurnal Studi Keislaman
Every human being wants peace and happiness, but even though various ways have been tried, in reality not everyone is able to realize his desire. In the theme of happiness, the discipline of Sufism has definitions and concepts, as well as guidelines for humans to achieve happiness. One of the scholars in Indonesia who is famous in the field of Sufism is Hamka, this is evidenced by his work entitled "Modern Sufism". In this study, the author will discuss the concept of happiness from Hamka's perspective in his book "Modern Sufism". This literature research uses descriptive methods and content analysis. In the book of modern Sufism by Hamka contains an effort to return Sufism to its true meaning, namely purifying the soul, filling it with all commendable morals and removing all despicable morals. According to Hamka, true happiness is when a person knows and is close to his Lord. To know his Lord, one must tread a spiritual and rational path that will lead him to true happiness in this world and in the hereafter. Hamka also judges things proportionally, especially his opinion that happiness can also be found in the world, which is his response to the concept of the Sufis who denounce and regard the world as a disaster and a barrier to happiness.
2018
Kebahagiaan tidak hanya bisa dihitung berdasarkan metode dan ukuran kuantitatif dan kualitatif. Mengalami kebahagiaan mengikutsertakan olah pikir dan olah pengalaman. Adalah Chuang Tzu, filsuf Tiongkok Kuno yang menawarkan olah pikir dan olah pengalaman mistis bagi setiap orang untuk menjadi bahagia. Tulisan ini akan berangkat dari paradigma filosofis untuk pengenalan kognitif terhadap realitas sebagaimana adanya. Paradigma filosofis ini dilanjutkan dengan pengolahan pengalaman mistis untuk menjadi bahagia. Makalah ini akan ditutup dengan diskusi untuk menemukan relevansi filsafat Chuang Tzu tentang kebahagiaan bagi manusia modern. Kata kunci: kebahagiaan, filsafat Chuang Tzu, pengenalan kognisi, pengalaman mistis. Introduksi Kebahagiaan merupakan tema abadi, yang selalu relevan melintasi zaman dan lokasi. Dalam dekade belakangan ini, Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) telah merilis indeks untuk mengukur kebahagiaan masyarakat di sebuah kawasan, atau sebuah negara. Indeks kebahagiaan (dan kesejahteraan, wellbeing) ini mencakup 11 aspek kehidupan manusia, mulai dari pendapatan sampai tingkat kepuasan hidup (life satisfaction).
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi system keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh, apabila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai factor penyebab dapat menggigit keluarga tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga. Perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga sehat sesuai dengan budayany. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya. Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datangke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis. Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan keluarga ssehingga tercapai Indonesia sehat. Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan adanya satu orang perawat keluarga dalam satu kelurahan atau desa dalam membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya dilaksanakan dengan melibatkan peran serta aktif keluarga. B. DEFINISI KELUARGA Menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut Friedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung pg. 11
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Al-I’jaz : Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan Keislaman, 2020
Syahri Ramadhan, 2025
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi
Department of Fiqh and Usul, 2011