Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
13 pages
1 file
Keberagaman budaya lokal menuntut kebijakan kebudayaan yang berorientasi pada yang lokal
This article attempts to offer the paradigm of localism as an umbrella for spatial planning. It emphasizes that today; in the practical world of planning works in Indonesia there is a strong need to take local values (to include social, cultural, and local politics) as basis for spatial planning. Six planning parameters are proposed to bring the paradigm into the real world, they are: (i) the radius of uniqueness (ii) spatial existence, (iii) spatial defense, (iv) local community strengthens (v) local solution, and (vi) moral obligation of planner.
Prosiding Seminar Nasional SPACE UNHI, 2017
Di Kabupaten Demak, Islam muncul sebagai ajaran yang mengembangkan nilai-nilai transcendental ketuhanan yang sangat mempengaruhi terbentuknya budaya masyarakatnya, dari sini ruang sebagai wadah dari akivitas masyarakatpun terbentuk berdasarkan nilai dari ajaran tersebut. Dimamika budaya local akibar perkembangan aktiviitas keislaman ini memberi dampak pada perkembangan ruang wilayah kabupaten Demak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan atau dinamika budaya lokal/Islam dan perkembangan ruangnya. Penelitian ini mengambil lokus di Kabupaten Demak dengan fokus pada persebaran pusat-pusat aktivitas Islami dan hubungan yang terbentuk. Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dengan ini peneliti menganalisis fenomena yang muncul dari sudut pandang obyek penelitian. Penelitian ini menunjukan perkembangan budaya Islam local berdasarkan urutan sejarah, dimana perkembangan budaya islam diikuti oleh perkembangan ruangnya. Dari perkembangan tersebut dapat disimpulkan beberapa prinsip yang mendasari perkembangan tata ruang Islami Demak, antara lain : (1) Islam Rahmat bagi seluruh alam, (2) Agama Islam menjadikan budaya sebagai sarana penyebaran ajaran, (3) optimalisasi aktivitas Islam sebagai dasar pengembangan ruang, (4) setiap muslim bersaudara dan berperilaku baik terhadap semua pemeluk agama lain.
This article discusses the dynamics of purification and syncretization of the tradition of burning incense and balimau in the Minangkabau community. The aim is to explain how the dialogic-wise pattern of da'wah is against local traditions or wisdom. The method used is critical discourse analysis of the dominance of purification and syncretization discourses in da'wah. The temporary conclusion is that the pattern of preaching which should be dialogic-wise is still interpreted as a stage of purification of practices that are claimed to be syncretic. The implication is that dialogicwise preaching becomes one of the da'wah patterns that can be mainstreamed in understanding the plurality of cultures and traditions.
Jurnal Geografi Universitas Negeri Medan, 2018
Abstrak Islam masuk ke Indonesia mampu beradaptasi dengan kebudayaan lokal. Proses penyampaian islam dengan cirinya yang apresiatif dengan budaya lokal serta memihak dengan warga setempat menyebabkan Islam diterima sebagai agama baru. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan budaya Oloh Salam, kebudayaan lokal suku Dayak, sejarah persebaran islam di Kalimantan Tengah dan deskripsi budaya Oloh Salam. Oloh salam adalah orang-orang Dayak yang memilih memeluk agama Islam namun masih terdapat sisa-sisa kepercayaan primitif tercampur dengan unsur-unsur agama Islam. Beberapa aspek budaya oloh salam yang khas meliputi upacara kehidupan disebut juga gawi belum dan upacara kematian atau gawi matei serta aspek seni. Kekhasan ini merupakan keunikan tersendiri bila ditinjau berdasarkan letak geografisnya yaitu di Pulau Kalimantan. Metode penelitian menggunakan studi pustaka, data dan informasi kemudian diolah mengunakan pendekatan geospasial dengan overlay peta. Hasil overlay menjelaskan pola keruangan budaya Oloh Salam membentuk pola memanjang sungai dan pantai. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran islam dimulai dari pesisir kemudian berlayar melalui sungai untuk memperluas ajaran islam khususnya di Kalimantan Tengah. Abstract Islam entry into Indonesia is able to adapt to local culture. The process of conveying Islam with cultural approach makes Islam readily accepted by local communities. Islam that is appreciative with local culture and taking sides with local people causes Islam to be accepted as a new religion. This Study aims to determine the spatial pattern Oloh Salam culture, local culture of Dayak, history of the Islamic spread in Central Kalimantan, and definition of Oloh Salam culture. Dayak's culture in Central Kalimantan who has follow Islamic religion is called Oloh Salam. The conversion process of Dayak etnic from their religion become Islam is the impact of the opening of river routes from upstream to downstream. Some typical cultural aspects include the ceremony of life is also called gawi and death ceremony or gawi matei. The research method used in the literature study, data and information obtained then processed using geospatial approach by overlaying the map. The results showed that the spatial pattern of the Oloh Salam culture formed a longitudinal pattern of rivers and beaches. This proves that, the spread of Islam began in the coastal areas then sailed through the river channel to expand the spread of Islam to spread to remote areas especially in Central Kalimantan.
Pendamping Lokal Desa, 2019
Pendamping Lokal Desa pada dasarnya memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses transisi menjadi seperti apa yang telah dicita-citakan oleh undang-undang desa. Namun demikian perlu dilakukan treatment tertentu untuk dapat memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan. Mulai dari perangkat konseptual, yang berisi panduan, strategi, hingga kurikulum bahkan sampai kepada petunjuk teknis pelaksanaan. Hasil ulasan makalah ini menyimpulkan beberapa hal dan dipaparkan di bawah ini: • Desa inklusif hanya dapat terwujud pada perjumpaan antara partisipasi aktif masyarakat yang berkualitas dengan keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas pemerintah desa dalam menjalankan tata kelola pemerintahan desa. Partisipasi masyarakat perlu untuk ditinjau ulang, apakah benar telah memenuhi prasayarat partisipasi dalam pengertian sesungguhnya, dan bukan hanya partisipasi yang terejawantahkan dalam bentuk kuantitas kehadiran. Partisipasi harus masyarakat dalam bentuk gagasan maupun tindakan seharusnya murni lahir dari tiap-tiap individu yang ada di desa. Dan dilandasi sepenuhnya oleh kesadaran individu untuk melibatkan dirinya dalam segala proses sosial di desa. Bukan karena interfensi dari kelompok sosial yang lebih dominan. Pendamping lokal desa adalah salah satu aktor potensial yang dapat mendorong akselerasi terwujudnya poin nomor dua di atas. Akan tetapi, pendamping lokal desa perlu dibekali dengan pengetahuan serta kemampuan (knowlwdge and skill) yang mumpuni agar dapat memfasilitasi proses tersebut. Secara umumnya, rumusan konseptual strategi penguatan pendamping lokal desa seharusnya menggali referensi yang berkaitan erat dengan kerja-kerja pengorganisiran masyarakat (community organize), mulai dari landassan berfikir, nilai (norma), hingga merode-metode yang kerap digunakan di dalamnya. Pada tingkatan pemerintah desa pun pendamping lokal desa harus mampu melihat sisa-sisa sistem lama yang masih kokoh terpasang pada top of mind para penyelenggara pemerintahan desa. Semisal kecenderungan otoritarian, atau eksklusifisme, ataupun budaya patronase yang masih sangat kuat. Untuk kemudian secara perlahan di kurangi hingga akhirnya hilang dan tergantikan dengan sistembaru yang lebih inklusif, lebih demokratis dan lebih adil.
PLANO MADANI VOLUME 6 NOMOR 2, 2017
Kemajemukan merupakan aspek yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Bali dikenal sebagai daerah yang memiliki keanekaragaman budaya pada penduduknya terutama dalam hal beragama. Hal tersebut secara tidak langsung dapat menyebabkan terjadinya keminoritasan khususnya umat muslim yang tinggal di Bali. Desa Pegayaman merupakan salah satu contoh desa muslim di Bali yang mampu bertahan diantara kentalnya kehidupan umat Hindu di Bali. Keunikan permukiman ini terletak pada kenyataan bahwa semua penduduknya beragama Islam dan masyarakat Pegayaman bukan pendatang tetapi orang asli Bali. Di dalam permukiman, ini seluruh tatanan kehidupan sosial dan keagamaan dilandasi dengan semangat dan ajaran Islam. Sehingga dapat dikatakan bahwa karakteristik jagat Bali sebagaimana yang selama ini dikenal telah hilang di Pegayaman. Penelitian ini menunjukkan adanya empat konsep permukiman Desa Muslim Pegayaman yang meliputi: (1) proses terbentuknya Desa Muslim Pegayaman sebagai hadiah yang memiliki kewenangan tersendiri, (2) pola keruangan berbasis sistem kekerabatan, (3) ruang pertanian sebagai keberdayaan masyarakat, dan (4) masjid sebagai inti tata ruang dan tata sosial budaya. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, maka diperoleh satu teorisasi yaitu permukiman Desa Pegayaman Bali berbasis nilai-nilai Islam. Kata Kunci: permukiman, desa muslim, perencanaan
Jailolo is one of the production centers to the achievement of the durian production of 34-877 per tonne each year and also has a biodiversity of fruits and vegetables are high enough .Diversity durian is a potential that can be favored.A large diversity of durian can be analyzed by morphological and manes differences in the varieties.The purpose of this study was to determine the diversity of varieties of durian contained in Jailolo based on morphological characteristic .This is a descriptive study that describes the variable conditions .This research was conducted at 4 points in the two districts, Sahu West and Sahu East.The data collected is then calculated using the formula similarity coefficient STO partner associations (Operational Taxonomic Units). The results of this study indicate that the diversity of the local durian Jailolo there are 7 local varieties contained in such Jailolo durian pineapple, banana durian, durian tabesang , tete durian , durian Malal, durian nikhodimus and durian boga.The highest similarity index values 82.69 and 38.89 and the lowest similarity average value of the index 54.97. The differences are influenced by environmental factors that lead to morphological changes
Kearifan lokal (local wisdom) merupakan pengetahuan tradisional (indigenous knowledge) yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan pada umumnya diwariskan dalam lingkungan keluarga secara lisan , baik dengan tuturan maupun melalui ritual, upacara, dan sarana lain . Keterangan ini jangan diartikan bahwa pemilik pengetahuan tradisional termasuk kearifan lokalnya adalah orang yang matanya buta atau tidak memiliki ketrampilan membaca dan menulis seperti yang umum diduga orang. Sarana yang dianggap penting untuk menyampaikannya memang secara lisan dan materi penyampaian memang juga bersifat warisan tradisional yang sudah disepakati sebagai milik bersama sebuah komunitas. Pemiliknya bukan orang per orang secara pribadi. Ranahnya adalah publik, umum yang menjadi anggota sebuah komunitas bersangkutan yang saling mengakui dan diakui oleh anggota komunitas. Mereka memiliki kesamaan dalam berbagai hal, seperti ciri-ciri fisik, sifat, tujuan, cita-cita, dan kepercayaan. Karena bersifat umum, bukan pribadi , tetapi melibatkan pribadi-pribadi yang terkait di dalamnya, pengetahuan tradisional dapat dianggap sebagai khasanah kekayaan bersama, nyaris seringkali tanpa menyentuh masalah Intelectual Property Right atau Hak kekayaan tradisional. Karena terbukti mampu menyelesaikan berbagai hal yang melingkupi kehidupan masyarakat dan memungkinkan mereka mengatasi alam, bencana, konflik antaranggota komunitas secara damai, masalah kesehatan, penyakit, dan cara hidup lainnya sehingga pengetahuan tradisional sangat diandalkan dan sering dianggap sebagai sesuatu yang baku, yang mengikat para anggota masyarakat dalam kehidupan yang harmonis, 1 Makalah Seminar dan Rapat Tahunan (Semirata) Bidang Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya . Badan Kerjasama PTN Wilayah Barat (BKS Barat), Pontianak, 10-11 September 2013. 2 Penulis adalah dosen di FIB UI, peneliti, konsultan, dan Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL). kekeluargaan dan saling mempercayai satu sama lainnya. Ungkapan lisan lebih punya daya magis yang kuat dan dipercaya sebagai sebuah amanat yang harus dilaksanakan.
Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 2018
Tahlilan or selamatan have been rooted and become a custom in the Javanese society. Beginning of the selamatan or tahlilan is derived from the ceremony of ancestors worship of the Nusantara who are Hindus and Buddhists. Indeed tahlilan-yasinan is a form of local wisdom from the worship ceremony. The ceremony as a form of respect for people who have released a world that is set at a time like the name of tahlilan-yasinan. In the perspective of Muhammadiyah, the innocent tahlilan-yasinan with the premise that human beings have reached the points that will only get the reward for their own practice. In addition, Muhammadiyah people as well as many who do tahlilan-yasinan ritual are received tahlian-yasinan as a form of cultural expression. Therefore, this paper conveys how Muhammadiyah deal with it in two perspectives and this paper is using qualitative method. Both views are based on the interpretation of the journey of the human spirit. The human spirit, writing apart from the body, will return to God. Whether the soul can accept the submissions or not, the fact that know the provisions of a spirit other than Allah swt. All human charity can not save itself from the punishment of hell and can not put it into heaven other than by the grace of Allah swt.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Wartarinjani.net , 2021
Jurnal AgribiSains, 2023
Perpusnas Press , 2021
Kearifan Lokal Banjar Pasar Terapung Kuin, 2018
Perpusnas Press , 2021
Artikel, 2019
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nusa Mandiri