Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2017, Berita Kedokteran Masyarakat
…
6 pages
1 file
Verbal bullying can cause depression in high school adolescents in Yogyakarta cityPurposeThis study aimed to determine the differences in the incidence of depression in high school adolescents who received bullying and who did not received bullying in Yogyakarta city.MethodThis study used a cross-sectional design involving 210 high school adolescents in Yogyakarta city. The independent variable was bullying and dependent variable was depression. Data analysis included univariable, and bivariable analysis using Chi-square tests and multivariable analysis with logistic regression tests.ResultsThe types of bullying most experienced by adolescents was verbal bullying by 47.3%, physical bullying by 29.8%, social bullying by 20.2% and cyber bullying by 2.7%. The bivariable analysis showed a significant correlation between bullying and depression. Bivariable analysis showed a significant correlation between the victims of bullying with depression. Adolescents who received bullying had 1.5 ...
Jurnal Fokus Konseling, 2018
Behavior of aggression is one of the troubled behaviors that teenagers do today. This is shown by teenagers by intentionally harming others, both physically and verbally. This research is quantitative descriptive research. The populations in this study are students of Muhammadiyah Vocational High School in Yogyakarta city amounted to 306 and the number of samples as many as 160 students. The result of data analysis shows that (1) very high category is 5%; (2) high category is 26%; (3) medium category is 40%; (4) low category is 21%; and (5) very low category is 8%.
JIAP (Jurnal Ilmu Administrasi Publik), 2019
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya fenomena bullying dikalangan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak bullying terhadap perilaku remaja, dan bagaimana cara sekolah mengatasi dampak bullying dilingkungan sekolah. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian terdiri dari 35 siswa, 2 wali kelas, dan 2 guru BK SMKN 5 Mataram. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan ialah mereduksi data, penyajian data, dan penerikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk mengukur keabsahan data penelitian ini menggunakan truangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak bullying terhadap perilaku korban menyebabkan korban takut dan menarik diri dari lingkungan pergaulan, mendiamkan saja, dan menjadikan bullying sebagai pendorong untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, juga siswa yang menjadi korban melawan dengan membully balik siswa yang membullynya Dampak bullying bagi pelaku ialah timbulnya perasaan bersalah dan menyesal pada diri pelaku. Cara sekolah untuk mengatasi dampak bullying dilingkungan sekolah ialah dengan pemberian sugesti dan motivasi bagi pelaku dan korban bullying.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris perilaku bullying pada siswa SMA, dengan cara: (1) mengetahui apakah ada pengaruh secara bersama-sama faktor peran kelompok teman sebaya, iklim sekolah, dan perilaku bullying pada siswa SMA; (2) mengetahui apakah ada pengaruh kepribadian terhadap perilaku bullying pada siswa SMA; (3) mengetahui apakah ada pengaruh komunikasi interpersonal remaja dengan orangtua terhadap perilaku bullying pada siswa SMA. Subyek penelitian sebanyak 103 orang siswa kelas dua IPA dan IPS SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN 3 Kota Gorontalo, dan SMA Prasetya Kota Gorontalo. Data penelitian diperoleh dari skala peran kelompok teman sebaya, skala iklim sekolah, dan skala perilaku bullying. Hasil analisis data korelasi berganda menunjukkan bahwa antara peran kelompok teman sebaya, iklim sekolah secara bersama-sama dengan perilaku bullying terdapat pengaruh yang signifikan. Hasil pengujian dengan korelasi parsial menunjukkan bahwa variabel peran kelompok teman sebaya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku bullying pada siswa SMA di kota Gorontalo. Hasil pengujian dengan korelasi parsial menunjukkan bahwa variabel iklim sekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku bullying pada siswa SMA di kota Gorontalo. Kata kunci: Perilaku Bullying, Teman Sebaya, dan Iklim Sekolah Pengantar Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya praktek-praktek bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi anak untuk memasukinya. Perilaku bullying kurang begitu diperhatikan, karena dianggap tidak memiliki pengaruh yang besar pada siswa. Penelitian Sejiwa (2007) menyebutkan bahwa sebagian kecil guru (27,5%) menganggap bullying merupakan perilaku normal dan sebagian besar guru (73%) menganggap bullying sebagai perilaku yang membahayakn siswa. Hal tersebut tidak bisa dianggap normal karena siswa tidak dapat belajar apabila siswa berada dalam keadaan tertekan, terancam dan ada yang menindasnya setiap hari (Netto, 2007). Menurut Edwards (2006) perilaku bullying paling sering terjadi pada masa-masa sekolah menengah atas (SMA), dikarenakan pada masa ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada beberapa orang siswa SMA di kota Gorontalo, peneliti menemukan beberapa kasus bullying. Sebagian besar interviewee mengemukakan bahwa mereka pernah melihat dan menjadi pelaku bullying. Adapun bentuk-bentuk bullying yang pernah terjadi antara lain seperti menyuruh push up, membentak, memelototi, memalak, mengejek dan yang paling ekstrim adalah pemukulan. Disamping itu perilaku bullying yang terjadi pada beberapa sekolah SMA di kota Gorontalo merupakan tindakan yang dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelas. Hal ini menunjukkan bahwa senioritas masih menjadi sebuah fenomena yang terus terjadi di sekolah. Adanya ketimpangan atau ketidakseimbangan kekuatan baik fisik maupun mental menjadi penyebab terjadi perilaku bullying di sekolah. Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah, antara lain adalah faktor kelompok teman sebaya dan iklim sekolah. Kelompok teman sebaya memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku bullying di sekolah. Menurut Benitez dan Justicia (2006) kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos, rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru. Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai " partner " siswa dalam proses pencapaian program-program pendidikan. Namun demikian, fakta dilapangan berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada siswa SMA di Kota Gorontalo mengungkapkan bahwa ada sebagian siswa yang melakukan perilaku bullying di sekolah disebabkan oleh dorongan teman-temannya. Iklim sekolah juga memberikan pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku bullying. Menurut Setiawati (2008) kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying menjadikan para siswa sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka bullying merupakan perilaku yang dapat membahayakan siswa lain baik secara fisik maupun psikologis. Maka penelitian ini ingin menguji secara empirik apakah peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah dapat dijadikan prediktor untuk memprediksi perilaku bullying pada siswa SMA di Kota Gorontalo.
Psyche 165 journal, 2022
Emotional regulation has been highly affected by the appearance of aggressive behavior, especially in high school students. This research was conducted with a view to recognizing emotional regulatory relatioships with aggressive behavior occurring in high school students Yogyakarta. The number of samples taken in this study were 100 students obtained by means of cluster random sampling. The research method used is a quantitative method with a scale of aggressive behavior and a scale of emotional regulation as a means of collecting data. The data analysis used was the product moment analysis technique. There is a significant positive relationship between emotional regulation and aggressive behavior towards high school students in Yogyakarta with a change in F value of 59.314 with a significance level of 0.000 (p <0.01) which is very significant with an effective contribution of 37.7%. The conclusion of this study is that there is a significant negative relationship between emotions and aggressive behavior. This means that the higher the emotional regulation, the lower the aggressive behavior of high school students in Yogyakarta. Conversely, the lower the emotional regulation, the higher the aggressive behavior towards high school students in Yogyakarta. So it's fitting study to see how aggressive behavior can arise because of the emotional regulation of high school students.
2017
Latar Belakang: Remaja merupakan masa transisi dimana interaksi berpengaruh terhadap kehidupan sosial remaja. Perilaku yang sedang marak terjadi pada remaja yaitu perilaku bullying yang berpotensi mengganggu proses tumbuh kembang remaja, dampak dari perilaku bullying yaitu dapat menurunankan prestasi, anak sering membolos, melanggar kedisiplinan, tidak mengerjakan tugas sekolah, bahkan ada yang sampai depresi, salah satu faktor individu yang dapat berpengaruh adalah Perkembangan sosial merupakan kematangan dalam hubungan sosial dilihat dari tiga aspek, identitas seksual, identitas keluarga identitas kelompok. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perkembangan sosial dengan perilaku bullying remaja di SMPN 2 Bantul Yogyakarta Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental, Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling jumlah sampel se...
2020
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya cyberbullying di Kota Yogyakarta. Jaringan internet berupa media sosial, game online, dan media komunikasi digital lainnya dewasa ini telah menjadi fasilitas bagi terjadinya cyberbullying yang dilakukan oleh remaja di Kota Yogyakarta. Kasus cyberbullying yang dilakukan oleh remaja terus meningkat setiap tahunnya. Maka penting kiranya untuk mengetahui faktor penyebab remaja melakukan cyberbullying. Sehingga diharapkan dengan mengetahui faktor penyebab yang memengaruhi remaja melakukan cyberbullying, kita dapat mengetahui kebijakan kriminal (criminal policy) yang tepat guna memberantas cyberbullying secara lebih efektif. Penelitian yuridis empiris ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan remaja melakukan cyberbullying di Kota Yogyakarta antara lain: pesatnya perkembangan teknologi, ketidaktahuan remaja akan risiko hukum, perilaku remaja yang suka m...
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fenomena Verbal Bullying yang terjadi di SD Muhammadiyah Gendol VI serta dampaknya bagi kecerdasan interpersonal siswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma penelitian ini yaitu naturalistik dan filsafat post-positivisme. Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah Gendol VI Seyegan Sleman Yogyakarta dengan subjek penelitian yaitu 5 siswa kelas II SD Muhammadiyah Gendol VI. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumen. Wawancara dilakukan untuk memeroleh data, data tersebut diperoleh dengan wawancara siswa dan guru kelas. Pengambilan wawancara melibatkan 5 siswa kelas II dan seorang Guru kelas II SD Muhammadiyah Gendol VI. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Peneliti melakukan perbandingan dan pengecekan kebenaran data dengan alat dan waktu yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara fenomena Verbal Bullying
Jurnal Perkotaan, 2019
Bullying is a negative behavior in the form of physical, verbal, or psychological violence committed intentionally by a person or group of people who intend to hurt, injure, and harm others. From the socio-cultural point of view, bullying is seen as a form of frustration due to the pressures of life and as result of imitation of the adults' environment. Urban environments particularly have a tougher characteristic than rural environments and children can imitate the violent spectacles presented through visual media and person's interaction with their environtment. The percecution creates impact felt by teenagers as bullying victims who feel helpless, intimidated, and humiliated through aggressive behavior. Related to the phenomenon, adolescents in an urban area need to have resilience to be able to rise from adversity and arrange a better future. Resilience is the capacity possessed by adolescents to overcome situations like violence or misery experienced in their lives. This research uses quantitative method and included descriptive research. This study researches Connor-Davidson Resillience Scale, consisting of 25 statements that have been disseminated to 45 respondents using purposive sampling method. Data analysis using statistic description. The research results are used as feedback for the government, educational institutions, parents, and teenagers themselves where resilience can reduce the psychological impact caused by bullying and help "victims of bullying" in overcoming situations of violence.
2020
This research is based on the problem of the psychological condition of the child victims of bullying. Aim to find out the psychological state of the child victims of bullying. This research uses qualitative research. Data collection techniques are conducting observations, interviews, and documentation studies. Data analysis techniques using triangulation. The results and conclusions of this study are: 1) forms of bullying experienced by victims are forms of verbal bullying such as hitting, pinching and other forms of psychological bullying such as giving nicknames to victims of bullying; 2) factors that cause bullying are economic factors, social factors that are considered to be not good at communicating, family who are underestimated by others; 3) the psychological state of the bullying victim is having a high level of anxiety, shame, anger that cannot be expressed, and sadness.
Salma Hastia, 2024
Kehidupan bermasyarakat manusia terdiri dari beberapa tahapan dan level. Ketika dilahirkan, seseorang mulai hidup dan mengalami perkembangan sebagai individu di dalam lingkungan keluarga. Dia terhubung dan berinteraksi dengan keluarganya, terutama orang tua, setiap harinya. Pada tahap ini, nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua ditanamkan kepada bayi. Di zaman sekarang, fenomena bullying sudah menjadi hal yang umum di kalangan penduduk Indonesia. Perundungan adalah perilaku memanfaatkan kekuasaan untuk menyakiti individu atau kelompok secara lisan, fisik, dan mental, sehingga korban merasakan tekanan, trauma, dan kehilangan kemampuan untuk bertindak (Sejiwa, 2008). Orang yang melakukan tindakan intimidasi sering kali dikenal sebagai bully. Seorang pengganggu tidak memandang jenis kelamin atau usia. Sudah menjadi hal lumrah bahwa bullying sering terjadi di lingkungan sekolah yang dilakukan oleh anak muda.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
JPPP - Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 2020
RISTEKDIK : Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2019
Indonesian Journal of Criminal Law and Criminology (IJCLC)
Bima Nursing Journal
Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 2019
Jurnal Psikologi Undip, 2015
Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 2019
Gejala Depresi Pada Remaja Korban Bullying Narrative Review, 2023
2015
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 2017
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2019