Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
34 pages
1 file
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses evapotranspirasi 2. Mahasiswa mampu menjelaskan parameter evapotranspirasi 3. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan evapotranspirasi potensial (Penmann) dengan benar 4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan evapotranspirasi aktual (Penmann) dengan benar
Stasiun Meteorologi Pattimura terletak di Bandar Udara Pattimura Ambon Provinsi Maluku. Kota Ambon terletak pada posisi 3o-4o lintang selatan dan 128o-129o bujur timur. Kota Ambon terletak di Pulau Ambon bagian dari kepulauan Maluku yang merupakan pulau-pulau busur vulkanis, sehingga secara umum Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan berlereng. Kondisi topografi wilayah Kota Ambon, sebesar 73% dari wilayah daratan dapat diklasifikasikan berbukit sampai berlereng terjal, dengan kemiringan diatas 20%. Sedangkan 17% wilayah daratan lainnya dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 20%. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951), Kota Iklim di kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim disini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Ambon termasuk tipe Iklim B yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%. Suhu di Kota Ambon rata-rata berkisar 26,59ºC dengan kisaran suhu minimum adalah 24,02ºC dan suhu maksimum 29,70ºC; rata-rata kelembaban nisbi sekitar 85,05%; rata-rata lama penyinaran matahari adalah 52,69 % dan rata-rata tekanan udara adalah 1.009,97 MB (Bappekot Ambon 2014). Evapotranspirasi merupakan kombinasi antara proses evaporasi dari seluruh permukaan dengan proses transpirasi tanaman. Menurut Rodda et al. (1976), evaporasi didefinisikan sebagai proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk uap yang terjadi dengan bantuan energi. Evaporasi dapat terjadi pada permukaan tanah yang basah, salju, permukaan es dan dari tanaman yang terbasahi oleh hujan. Sedangkan, transpirasi merupakan proses penguapan air yang terkandung di dalam tanaman dan berpindah menuju atmosfir. Seperti halnya evaporasi, transpirasi juga membutuhkan suplai energi untuk mengubah air menjadi bentuk uap. Oleh sebab itu, suhu udara, kelembaban relatif (RH), penyinaran matahari dan kecepatan angin diperhatikan juga dalam penetapan transpirasi. Suplai energi dalam proses transpirasi ditentukan oleh gradien tekanan uap dan angin (Allen et al. 1998)
Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam produk pangan. Jika air tidak tersedia maka produksi pangan akan terhenti. Di Indonesia, pertanian beririgasi umumnya dilakukan di lahan sawah yang banyak memerlukan air. Oleh karena itu, dalam upaya memanfaatkan air secara berdayaguna dan berhasilguna perlu diketahui beberapa keperluan air bagi pertumbuhan tanaman padi seperti evaporasi, evapotranspirasi, dan transpirasi. Evaporasi adalah merupakan peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak di permukaan tanah dan permukaan air ke udara. Sedangkan transpirasi adalah merupakan peristiwa penguapan dari tanaman. Kedua peristiwa ini disebut “evapotranspirasi” yaitu air dalam tanah dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Banyaknya yang naik ke udara berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada pot + tanaman, pot + tanah + tanaman, maupun pot + tanah +tanaman + plastik dari hari ke hari mengalami penurunan berat yang teratur. Hal ini menunjukkan adanya peristiwa evaporasi, evapotranspirasi, dan transpirasi, dimana terjadi suatu proses penguapan air yang dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti suhu, kelembapan, angin, dan tekanan uap air dipermukaan media/daun. Evaporasi, evapotranspirasi dan transpirasi ini secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap penyerapan nutrien oleh akar tanaman. Kata kunci : Air, Evaporasi, Evapotranspirasi, Transpirasi, Penguapan
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: (1) evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan (2) evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan. Evaporasi secara alami adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara.Penguapan terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air. Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung : 1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan tanah.
Pendahuluan Pengukuran evapotransipirasi (ETP) secara langsung di lapangan diukur dengan menggunakan lysimeter. Data dari lysimeter ini merupakan nilai sebenarnya evapotranspirasi lapangan. Karena L ysimeter dipasang dengan peralatan dan instalasi khusus serta bersifat permanen maka penggunaannya kurang praktis dan memerlukan biaya. Untuk itu maka para ahli berusaha menduga ETP tersebut dengan persamaan empiris dengan menggunakan data-data iklim. Tujuan praktikum 1. Mahasiswa dapat menghitung ETP dari data pengamatan panci klas A. 2. Mahasiswa dapat menghitung ETP metode Thortwaite baik menggunakan nomogram maupun rumus empiris. Media Komputer dengan program aplikasi MS Excel Beberapa cara pendugaan ET P 1. Evaporimeter Panci Klas A Rumus: ETP = Eo x konstanta panci dimana Eo adalah evaporasi dari panci klas A pada stasiun (mm), Sedangkan konstanta panci untuk indonesia berkisar 0,7-0,8 atau rata-rata 0,75. Konstanta panci dapat diperoleh dengan percobaan di lapangan. Misalnya evaporasi pada panci klas A pada stasiun menunjukkan 4,0 mm/hari, maka ETP = 0,75 x 4,0 = 3,0 mm/hari.
DNA adalah molekul utama yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam organisme. DNA ini tersusun atas 3 komponen utama yaitu gula deoksiribosa, basa nitrogen, dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida. DNA terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup yang sangat berperan penting sebagai pembawa informasi hereditas yang menentukan stuktur protein dan proses metabolisme lain. Dewasa ini telah banyak dilakukan isolasi DNA yang bertujuan untuk mengembangkan. Dewasa ini telah banyak dilakukan isolasi DNA yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu Genetika. Isolasi DNA telah banyak dilakukan dan dikembangkan di dunia ilmiah karena teknologi – teknologi modern telah menjamah ilmu genetika. Isolasi DNA ini dapat dilakukan dengan cara dan bahan sederhana, hingga dengan teknologi modern. Mengenai hal ini, pada dasarnya isolasi DNA dapat dilakukan dari berbagai sumber, antara lain organ manusia, darah, daun, daging buah, kalus, akar batang, daging dan sisik ikan. Pengisolasian DNA pada sumber dilakukan terutama untuk pengenalan DNA secara lebih jelas karena dari isolasi ini DNA dapat terpisah dari kumpulannya, yaitu kromosom. Setelah dilakukan isolasi, biasanya DNA akan dielektroforesis. Langkah awal yang sangat menentukan dalam keberhasilan penelitian molekuler yang berbasis pada DNA adalah kualitas DNA yang diperoleh dari tahapan isolasi. Kemurnian dan kualitas DNA yang diperoleh dari tahap ini akan sangat menentukan dalam penelitian penelitian biologi molekuler. Tiga langkah utama dalam isolasi DNA adalah perusakan dinding sel atau lisis, pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian DNA (Surzycki, 2000). Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini dikarenakan adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan sample buah, maka kadar air pada masing-masing buah berbeda, dapat memberi hasil yang berbeda-beda pula. Semakin tinggi kadar air, maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit. Ada 5 tahap untuk melakukan isolasi DNA, yaitu: isolasi sel, pelisisan dinding dan membran sel, pengekstraksian dalam larutan, purifikasi, dan presipitasi. Tahap pertama yang dilakukan yaitu mengisolasi sel yang ingin digunakan, yaitu sel darah. Tahap selanjutnya yaitu melisiskan dinding dan membran sel dengan larutan pelisis sel. Setelah dilakukan inkubasi, sitoplasma sel yang telah bercampur dengan pelisis sel tersebut lalu disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Selanjutnya supernatan yang terbentuk dibuang dan kemudian dilakukan ekstraksi di dalam larutan. Hal tersebut bertujuan agar didapat ekstrak nukleus sel. Tahap berikutnya adalah purifikasi. Tahap ini bertujuan untuk membersihkan nukleus sel dari zat-zat lainnya, dan tahap terakhir, yaitu presipitasi bertujuan untuk mengendapkan protein, sehingga untai-untai DNA tidak lagi menggulung (coiling), yang menyebabkan DNA menjadi terlihat.
Perluasan data di luar data yang tersedia, tetapi tetap mengikuti pola kecenderungan data yang tersedia. memperkirakan nilai fungsi di luar titik data yang tersedia , tetapi tidak mengubah jumlah variabel.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.