Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
4 pages
1 file
FITKES UNJANI, 2024
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu merawat remaja skizofrenia pasca rawat inap. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.
Idea Nursing Journal, 2019
ABSTRAK Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa berat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan secara global. Pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan. Frekuensi kekambuhan dinilai dari banyaknya jumlah kekambuhan yang dialami pasien dalam kurun waktu tertentu, dengan gejala-gejala yang biasanya dialami dan ditujukan pasien pada episode skizofrenia akut. Dukungan caregiver menjadi salah satu peran khusus bagi pengasuh pasien skizofrenia saat menjalani perawatan dan pengobatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan Cross-Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah caregiver pasien skizofrenia sebanyak 4.615 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 79 orang dan menggunakan kriteria inklusi. Hasil penelitian didapat bahwa dukungan caregiver responden mayoritas kurang 51.9% dan frekuensi kekambuhan mayoritas >2 kali sebanyak 35.4%. Dari hasil uji statistic Chi-Square didapatkan bahwa terdapat hubungan dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Medan (p=0.007 ; p<0.05). Jika dukungan caregiver kurang maka frekuensi kekambuhan mengalami peningkatan, oleh karena itu diharapkan kepada caregiver lebih memberikan informasi dan motivasi kepada pasien yang menderita skizofrenia dalam menjalankan pengobatan dapat ditingkatkan. ABSTRACT Schizophrenia is a disease of severe mental disorder that annually experiences an increase globally. Schizophrenia patients often experience relapse. Frequency of recurrence is assessed by the number of recurrence of the patient in a given period of time, with symptoms commonly experienced and addressed by patients in acute schizophrenia episodes. Caregiver Support became one of the special roles for caregivers schizophrenia while undergoing treatment and treatment. Research objectives to know caregiver support relationship with frequency of recurrence schizophrenia patients outpatient in the clinic of psychiatric hospital Prof. Dr. M. Ildrem Medan. The design of this research is descriptive corelative by using the Cross-Sectional approach. The population in this study is caregiver in schizophrenia patients with 4,615 sampling techniques using a sample purposive of 79 people and using inclusion criteria. The results of the study gained that support caregiver majority respondents were less than 51.9% and the frequency of recurrence majority > 2 times as much as 35.4%. From the test results statistic Chi-Square is found that there is a caregiver support relationship with frequency of recurrence schizophrenia patients outpatient in the hospital psychiatric clinic Prof. Dr. M. Ildrem Medan (p = 0.007; p < 0.05). If caregiver support less then frequency of recurrence is increased, therefore it is expected to caregiver more information and motivation to patients who suffer schizophrenia in carrying out treatment can be improved.
Abstrak. Banyak pasien skizofrenia yang tetap kambuh setelah mereka kembali ke keluarga (setelah dirawat), akan tetapi beberapa di antara mereka survive dan dapat hidup secara produktif. Recovery merupakan cara survivor skizofrenia menjalani hidup dengan harapan akan terlepas dari penyakit gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan mengungkap secara mendalam tentang pengalaman hidup survivor dalam proses recovery. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data didapatkan melalui wawancara mendalam terhadap 7 orang yaitu survivor yang pernah mengalami skizofrenia dan telah sembuh sekurang-kurangnya 2 tahun, mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan kooperatif saat dilakukan wawancara. Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan metode Colaizzi. Dari hasil penelitian diperoleh 7 tema yaitu motivasi kesembuhan berasal dari diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengendalikan pikiran dan emosi, kemampuan mengontrol halusinasi, kemampuan mencari solusi permasalahan sehari-hari, kemampuan menghadapi stigma masyarakat, mencari pertolongan Allah untuk keyakinan kesembuhan, dan harapan terhadap pemerintah. Disimpulkan bahwa recovery bagi survivor skizofrenia merupakan sebuah perjalanan panjang karena mereka berjuang melawan penyakitnya, memahami perjalanan hidup yang mengubahnya sampai sekarang menjadi individu yang sudah sembuh. Kata kunci: Fenomenologi, pengalaman hidup, recovery schizophrenia 1. Pendahuluan Kontekstual penelitian ini berdasarkan hasil wawancara kepada Tn. A mengalami gangguan jiwa selama 20 tahun yang saat ini sudah sembuh. Tn. A menceritakan bahwa selama sakit seluruh hartanya habis untuk pengobatan baik ke rumah sakit jiwa, klinik maupun pengobatan alternatif, namun semua itu tidak membuahkan hasil padahal Tn. A memiliki tanggungan anak yang masih sekolah. Tn. A mendapatkan hibah dari sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) pikulan untuk berjualan bandros sehingga dapat mandiri membiayai keluarga dan anaknya. Individu yang mengalami gangguan jiwa memiliki kesempatan untuk sembuh. Contohnya adalah Hanna Alfikih asal Jakarta, Mary Ellen Copeland seorang pendiri Copeland Center for Wellness and Recovery, John Forbes Nash peraih nobel di bidang ekonomi, beberapa tokoh recovery dan psikiater yang memiliki latar belakang pernah mengalami gangguan jiwa yaitu Daniel B Fisher seorang asal Amerika, Patricia Deegan, selain itu, Rufus May & Frederick J Freese asal Amerika, mereka adalah para psikolog yang pernah penderita gangguan jiwa yang mampu pulih dan memberikan pemahaman baru. Perjalanan individu dalam proses pemulihan tidaklah mudah, ditentukan oleh faktor hubungan pribadi, lingkungan fisik, serta sumber daya eksternal dan internal
Schiz bermaksud terbelah, tercerai atau terpisah (split). Phrenia bermaksud fungsi psychic mind (minda). Dalam erti kata lain skizofrenia ialah spilt of the mind. (Azizi Yahaya, Cathy Suhaila Abdullah, Roslee Ahmad, Sharifuddin Ismail. 2006). Skizofrenia ialah corak pemikiran, emosi, persepsi dan tingkah laku yang kronik dan merosakkan kebolehan untuk berkomunikasi dengan orang lain serta mengganggu kebanyakan aspek kehidupan seharian. Penyakit skizofrenia dikategorikan sebagai gangguan mental yang menyebabkan perubahan dalam tingkah laku, pemikiran, ingatan, pertuturan, pemikiran dan juga pergerakan. Menurut Pakar Perunding Psikiatri Universiti Perubatan Antarabangsa (IMU) Dr Shane Varman, perubahan ini menyebabkan perubahan ketara dalam keupayaan individu untuk berfungsi dengan baik dalam hubungan sosial dan pekerjaan. Penyakit ini biasanya bermula pada lewat remaja dan awal dewasa iaitu semasa fasa yang paling kritikal dalam kitaran hidup seseorang individu.
BTH, 2017
ABSTRAK-Skizofrenia masih merupakan masalah kesehatan penting karena tingginya angka kesehatan jiwa di dunia dan indonesia. Hal ini menimbulkan kecemasan pada keluarga, Oleh karena itu, diperlukan penanganan terhadap kecemasan yang dialami oleh keluarga. Tujuan penulisan ini adalah untuk menarik sebuah kesimpulan berdasarkan temuan evidence-base yang membahas tentang efektifitas intervensi psikoedukasi pada kecemasan keluarga dalam merawat klien skizofrenia. Metode dalam artikel ini menggunakan literature review dari hasil penelitian tahun 2010-2014 yang telah dipublikasi dalam media elektronik seperti ProQuest, Pubmed, Ebscohost dan CINAHL. Jumlah artikel penelitian Randomized Controlled Trials (RCTs) yang diperoleh sebanyak 15 artikel, hanya 9 artikel yang memenuhi kriteria. Kata kunci yang digunakan adalah psychoeducation, schyzophrenia, dan family anxiety. Artikel direview oleh dua orang untuk mengkaji kualitas penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa intervensi psikoedukasi ini membantu menurunkan tingkat stress dan kecemasan pada keluarga dalam merawat klien skizofrenia serta meningkatkan kualitas tidur dan kualitas hidup. Review ini menyimpulkan bahwa intervensi psikoedukasi lebih direkomendasikan untuk digunakan pada penurunan kecemasan keluarga dalam merawat kllien skizofrenia. Intervensi psikoedukasi ini dapat diaplikasikan sebagai salah satu intervensi pada keluarga dan merupakan praktek keperawatan profesional yang paling sederhana, murah, dan mudah diaplikasikan oleh perawat secara mandiri.
ABSTRAK Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa.Skizofrenia ditandai dengan pikiran yang tidak koheren atau pikiran yang tidak logis, perilaku dan pembicaraan yang aneh, delusi dan halusinasi.Pasien dengan halusinasi memiliki kesulitan dalammenjalankan pekerjaanbahkan dalam merawat diri sendiri. Akibatnya pasien dengan halusinasi cenderung tergantung pada orang lain, sehinggaakan berdampak pada keluarga dan masyarakat. Dampak terberat yang dirasakan oleh keluarga dalam merawat pasien dengan halusinasi adalah dampak pada psikologis, terutama stress. Apabila keluarga mengalami stress maka keluarga tidak dapat menjalankan tugas sebagai care giver. Untuk itu, keluarga memerlukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan dalam merawat salah satunya adalah terapi suportif ekspresif (TSE). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan halusinasai melalui terapi suportif ekspresif. Desain penelitian menggunakan pra eksperimen denganrancangan One Group Pre Test-Post Test. Sampel sebanyak 8 keluarga yang diambil menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan keluarga adalah kuesioner dan lembar observasi yang dimodifikasi dari FAD (Family Assessment Device).Kemampuan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia diukur berdasarkan pengetahuan, sikapdan perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia.Analisis bivariat menggunakan T test. Rerata skor pengetahuan responden sbeleum diberi TSE adalah 53.62 dan setelah diberi TSE meningkat menjadi 65.13.Rerata skor sikap responden sebelum diberi TSE adalah 67.55 dan setelah diberi TSE meningkat menjadi 79.87.Rerata skor perilaku responden sebelum diberi TSE 33.33 dan setelah diberi TSE meningkat mnejadi 81.65.Hasil analisis T-tes diperoleh niilai Pvalue pengetahuan sebesar 0.002 <α (0.05). Nilai Pvaluesikap 0.000 < α (0.05) dan nilai Pvalueperilaku 0.000 < α (0.05). Kesimpulan penelitian adalah terdapat peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi melalui terapi suportif ekspresif. Kata kunci : terapi suportif ekspresif, kemampuan keluarga, halusinasi
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Kesehatan, 1970
Journal Of Tropical Pharmacy And Chemistry, 2014
Sufisme Lokal: Menjelajahi Keberagaman Tasawuf di Nusantara, 2021