Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
3 pages
1 file
Berita injil adalah kebodohan bagi manusia. Tidak ada seorang manusia tanpa di pengaruhi Roh Allah akan mengerti tentang injil yang merupakan hikmat Allah untuk manusia. Mengapa dikatakan injil adalah hikmat Allah untuk manusia. Karena berita injil memang di sediakan untuk manusia agar di selamatkan.
1 Ad-Durrul Mantsur 8/290-291. 2 Jami'ul Bayan, ath-Thabary 22/296 dan Ma'alimu Tanzil, al-Baghawy 5/156.
Kalimat "berguru kepada Allah" terasa asing di telinga kebanyakan orang. namun saya terdorong untuk menggunakannya sebagai topik bahasan yang ingin saya paparkan. Saya melihat dari sisi yang lain dari setiap pengajaran suatu ilmu yang disampaikan oleh para guru maupun para pakar. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari membaca buku yang tersusun dari huruf-huruf maupun membaca dari setiap kejadian-kejadian unik dari fenomena alam semesta ini. Apabila kita perhatikan surat Al 'Alaq ayat 1-5, Allah menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata "membaca" :
Menunggu Tuhan bertindak. Apa yang anda rasakan ketika menonton siaran TV atau membaca koran yang memberitakan tentang pemerkosaan, penodongan, pemerasan, bahkan penganiayaan dan pembunuhan serta berbagai tindak kriminalitas lainnya, yang sering menjadikan orang-orang yang lemah dan tak bersalah sebagai korban? Bagaimana perasaan anda tatkala menyaksikan tayangan atau membaca berita perihal tindak korupsi, manipulasi, dan perbuatan semena-mena yang dilakukan oleh oknum-oknum pejabat dan politisi sehingga negara dirugikan dan rakyat banyak diterlantarkan? Kecewa, marah, mengumpat bahkan menghujat adalah reaksi yang mungkin muncul secara spontan dari kebanyakan di antara kita. Lalu, setelah capai menggeleng kepala dan kehabisan nafas karena terus-menerus menyumpahi, kita termenung dan bertanyatanya dalam hati: Mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi, dan sampai kapan? Kira-kira seperti itulah perasaan yang menggayut di dada nabi Habakuk.
Dalam kehausan akan bacaan sebagai sekarang ini, salinan Saudara La Ode Malim ini sedilkit banyaknya akan dapat ·melayani keperluan pembaca-pembaca Muslim yang menggemari lapangan ini, dan dengan tidak disangka-sangka terbuka pulalah ·lapangan penyelidikan baru; yang secara lebih nyata membuktikan betapa luas dan dalamnya Islam telah meninggalkan jejaknya dalam kehidupan heragama dan bernegara di berbagai tempat di kepulauan Indonesia sebagai di Kesultanan Buton itu
DALAM setiap masa Tuhan memiliki rencana dan semua rencana-Nya pasti mengarah pada dibangunnya Kerajaan Kekal dimana Tuhan Yesus menjadi Rajanya. Dalam melaksanakan rencana-Nya tersebut Tuhan memakai orang-orang yang dapat dipercayai-Nya. Dipercayai Tuhan artinya melalui orang-orang tertentu Tuhan menyatakan kehendak dan rencana-Nya untuk dilakukan. Tentu orangorang yang dipercayai Tuhan adalah orang-orang yang memenuhi kualifikasi sebagai alat dalam tangan Tuhan untuk melaksanakan kehendak dan rencana-Nya. Dipercayai Tuhan pasti berkenaan dengan suatu proyek pekerjaan Tuhan. Mereka bukan orang sembarangan seperti kebanyakan orang. Siapakah orang yang berkualifikasi demikian ini? Mereka adalah pribadi-pribadi yang memiliki kesediaan untuk meninggalkan kepentingan sendiri dan mempertaruhkan hidup untuk kepentingan Tuhan secara penuh. Dalam Alkitab kita menemukan tokohtokoh yang berani bertindak demikian seperti Abraham, Daud, Daniel, Maria, Yusuf, Petrus, Paulus dan lain sebagainya. Pribadi paling mengagumkan yang menggenapi rencana Bapa adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Ia Allah Anak yang meninggalkan kemuliaan dan mengosongkan diri menjadi sama dengan manusia untuk mempersembahkan hidupnya guna melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Flp. 2:5-7). Inilah pribadi yang dapat dipercayai oleh Bapa. Sikap hidup seperti ini juga harus diteladani oleh semua orang percaya. Itulah sebabnya Paulus menulis agar orang percaya menjadi prajurit yang baik, yang tidak memusingkan dirinya dengan soalsoal penghidupannya (2 Tim. 2:2-3). Dan itu dimulai dari berani mematikan segala sesuatu yang duniawi seperti memuaskan keinginan dosa dalam dagingnya, memiliki fasilitas materi sebagai kebanggaan dan kebahagiaan dan keinginan untuk menjadi orang yang dihargai dan dihormati oleh orang lain. Mematikan segala sesuatu yang duniawi ini melayakkan seseorang berjalan dengan Tuhan dan membuat seseorang peka terhadap kehendak Allah. Semakin seseorang hidupnya bersih, maka ia akan semakin layak digunakan oleh Tuhan untuk pekerjaan-pekerjaan yang mulia (2 Tim. 2:20-21). Semua orang percaya seharusnya menjadi laskar Kristus atau pekerja Tuhan. Inilah kehidupan yang paling agung, indah dan berhasil, yaitu menjadi orang kepercayaan Tuhan. Melalui kehidupan orang-orang yang dipercayai Tuhan ini ada jiwa-jiwa yang diubah menjadi anak-anak Allah.
Tulisan Pengantar nan pendek ini membahas pujian dan paduan suara dalam iman Kristen.
Ada tiga hal dalam hidup yang tidak bisa kembali : waktu, kenangan (nostalgia) dan Kesempatan. Kemudia ada tiga Hal yang tidak boleh hilang dari hidup kita yakni: pengharapan, Ketulusan dan gairah. Banyak manusia dan tidak luput juga orang Kristen dalam menghadapi hidup ini dengan cara apatis, tidak memiliki spirit, gairah dan semangat, bahkan pola pikirnyapun sudah jauh berbeda dari kebenaran Firman Tuhan. Konsep yang tertanan dalam pikirannya menganggap bahwa tidak ada lagi yang baik dalam hidup ini. Realita hidup berkata memang tidak ada yang pasti/banyak ketidakpastian. Ditengah ketidakpastian tersebut, banyak manusia butuh kepastian. Untuk memperolehnya manusiapun mengambil langkah yang salah. Bukan datang kepada Allah justru mengandal kekuatan dunia, melalui jasa orang-orang pintar yang notabene memakai kekuatan gaib yang dilarang oleh Allah.
Sukacita yang kita sejati hanya karena TUHAN. Ia yang telah memelihara kita di masa lalu, menjaga kita hari ini, dan hanya kepada-Nya saja kita menaruh harapan dan masa depan kita sambil kita mengusahakan hal yang terbaik yang dapat kita kerjakan dengan setia dan penuh ketaatan.
Jonatan Tambunan, Bonatua Lumban Siantar, Joi Pasaribu, 2022
Adults are individuals who have reached the age of 22 years and over, which means that maturity has reached a mature state, not a static condition. Maturity or maturity does not come by itself. Maturity grows within us through learning activities. We gain experience, understanding, knowledge, and even abilities from these multidimensional relationships and interactions. Thus, we change, from time to time, from one stage to the next for the better. As the Apostle Paul put it, "When I was a child, I spoke like a child, I felt like a child, I thought like a child. Now that I am an adult, I leave that childish nature behind" (1 Cor. 13:11). That's actually what we expect, namely to experience changes or mature (mature), not just reach the state of adultus. We also expect this situation to be experienced by many people, especially in the community of members of the congregation which incidentally is the body of Christ. To become a mature Christian, you must grow more and more like Christ, according to the truth you receive. Always grow, not for people to see, to be counted, to be trusted to come to the pulpit, or to be chosen as a leader. Grow because of your love for God, by the desire to become more and more like Jesus Christ.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Indonesian Journal of Theology (e-journal), 2019
Altruis: Journal of Community Services, 2020
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika, 2020
PROSIDING STT Sumatera Utara, 2021
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika, 2020
Euntes : Jurnal Ilmiah Pastoral, Kateketik, dan Pendidikan Agama Katolik