Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
13 pages
1 file
Sejak awal kebangkitan islam yaitu pada masa dinasti bani abasiyyah dengan diterjemahkanya berbagai buku dari bangsa Yunani kedalam bahasa arab. Baik itu mengenai filsafat dan yang lainnya. Inilah yang mempermudah ilmuan islam dalam mempelajari ilmu dari luar khususnya filsafat. Pada zaman sesudah terjadinya penterjemahan buku-buku Yunani bermunculanlah para filosof-filosof Islam mulai dari Al Kindi sampai pada Ibn Rusyd.
Artikel ini mengkaji dan menganalisis tuduhan terhadap Nashirudin ath-Thusi, baik yang muncul di kalangan ulama Islam maupun orientalis Barat, bahwa ia telah berperan dalam runtuhnya kekhalifahan Dinasti Abbasiyah pada tahun 1258 M. Namun demikian, setelah menelusuri berbagai sumber primer maupun sekunder, penulis berpendapat bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar. Bahkan sebaliknya, Nashirudin ath-Thusi justru berjasa besar bagi Islam dan Muslimin. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan historis. Nashirudin ath-Thusi (597-672 H/1200-1273 M), yang dikenal pula dengan sebutan Khawajah Nashir atau Khawajah ath-Thusi, adalah salah seorang ulama besar Syiah. Ia menulis banyak buku, yang tidak hanya meliputi ilmu-ilmu agama, tetapi juga filsafat, matematika, dan astronomi. Kepandaiannya itu kemudian mengantarkannya menjadi orang kepercayaan Hulagu Khan, penguasa Mongol yang saat itu menguasai wilayah Iran dan sekitarnya. Namun di kemudian hari, setelah peristiwa penaklukan Baghdad (10 Februari 1258 M/656 H), yang mengakhiri 500 tahun kekuasaan Dinasti Abbasiyah, muncul tuduhan bahwa ath-Thusi berperan dalam peristiwa tersebut. Pendapat ini diwakili oleh tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok Ibn Taimiyah (661-728 H) beserta murid dan pengikutnya, seperti Ibn Qayyim al-Jauziyah, Tajudin as-Subki, dan Ibn 'Imad al-Hanbali. Ibn Taimiyah mengatakan bahwa ath-Thusi telah menghasut Hulagu untuk menaklukkan Baghdad. Bahkan ia mengecam ath-Thusi sebagai orang yang tidak mengindahkan ajaran agama, menghina larangan syariat, meninggalkan salat, mengizinkan perzinaan, dan lain-lain. 1 Tak ketinggalan, Ibn Qayyim pun menyebut Nashirudin ath-Thusi sebagai Nashir asy-Syirk wa al-Kufr wa al-Ilhad (penolong kesyirikan, kekufuran, dan ateisme). Tak hanya itu, ia pun menuduhnya sebagai orang yang menolak sifat-sifat Allah, mempelajari ilmu sihir, menyembah berhala, dan lain sebaginya. 2 Kelompok kedua adalah kelompok orientalis Barat, seperti Edward Browne, Arbery, dan lain-lain. 3 Pendapat mereka itu karena terpengaruh oleh tuduhan Ibn Taimiyah dan pengikutnya. Kelompok ketiga adalah kelompok ulama Syiah, yaitu al-Khwansari dan Qadhi Nurullah asy-Syustari. Mereka mendukung pendapat keterlibatan ath-Thusi, dan mereka menilainya positif sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan rezim Abbasiyah. 4 Akan tetapi, para sejarahwan Syiah kontemporer, seperti Dr. Hairi dan Syaikh Rasul Ja'fariyan, menyangkal pendapat keterlibatan ath-Thusi pada peristiwa penaklukan Baghdad. Mereka menyatakan bahwa pendapat semua kelompok tersebut tidak disertai bukti-bukti dan argumen yang kuat. Dengan kata lain, pendapat mereka itu tidak berdasar. Pendapat Ibn Taimiyah tampaknya didasarkan pada ketidaksukaannya terhadap mazhab 1 Ibn Taimiyah, Minhaj as-Sunnah, jil. 3, hal. 445-451. 2 Ibn 'Imad al-Hanbali, Syadzarat adz-Dzahab, hal. 340 dan 359.
President Joko Widodo on Wednesday, May 25, 2016 has issued and signed Government Regulation in Lieu of Law (Perppu) No. 1 2016 on Second Amendment to Law Number 23 of 2002 on the Protection of Children, which was amended by Act 35 of 2014. However, with the birth of this regulation has born pro and contra about its effectiveness. This paper attempts to describe the reasons behind doubt of the observer, both the pros and the contra. Finally it can be noted three conclusions. First, there are a number of factors that are the cause and source of violence against children. Second, the legal effectiveness in eliminating violence against children, is highly dependent on idealistic law enforcement and legal awareness of society. Thirdly, together with repressive efforts, preventive measures are also necessary to do in the form of providing a short course on family life for productive spouse and candidate parents. In addition, it is also urgent to provide a family counseling.
Dalam sejarah banyak menceritakan bahwa Aceh salah satu daerah yang sangat strategis, sehingga tidak mengherankan lagi apabila banyak orang asing ataupun para pedagang yang melewati atau singgah di Aceh. Mereka datang dari berbagai bangsa, Hindia, Gujarat, dan lain-lainnya. Dengan demikian, tidak salah bahwa orang Aceh mayoritasnya keturunan campuran. Selain itu, dengan singgahnya orang asing atau lewatnya para pedagang tersebut, maka terjadilah kontak antara orang Aceh dengan mereka tersebut. Sehingga melahirkan peradaban dan kebudayaan serta terjadinya transmisi dalam hal keagamaan. 1 Di nusantara, proses Islamisasi berawal dari kota-kota pelabuhan yang sekaligus jadi ibukota kerajaan, seperti Samuera Pasai dan Malaka, yang kemudian menjadi pusat istana kerajaan yang menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama semacam Hamzah Fansuri, Samsuddin as-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniry, dan Abdur Rauf as-Singkili di kerajaan Aceh. Sementara di Jawa ada Wali Songo. 2 Ulama-ulama besar ini banyak berjasa menyebarkan ilmu pengetahuan Islam di Asia Tenggara kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti dayah sehingga berkembang semacam perguruan tinggi di Aceh. Ulama dayah mengajarkan Islam yang telah disesuaikan dengan bentuk kehidupan pendesaan penduduk Aceh, dan secara perlahan membimbing mereka mempraktekkan Islam dalam 1
Al-Tusi telah menulis beberapa buah kitab yang masyhur mengenai berbagai bidang dan menjadi rujukan kepada beberapa generasi ilmuan Islam dan bukan Islam. Antara kitab yang terkenal beliau adalah bertajuk Akhlāq-Ī Naṣīrī, iaitu sebuah kitab yang ditulis dalam bahasa Parsi. Dalam kitab ini dibahagikan kepada tiga bahagian iaitu mengenai pemikiran Akhlak, Ekonomi dan Politik beliau. Pada bab ini akan dibincangkan mengenai pemikiran akhlak beliau berdasarkan kepada buku beliau ini. Dalam bab akhlak atau etika ini, beliau telah membahagikannya kepada dua bahagian iaitu pemikiran akhlak dari sudut teorinya (On Principles) dan juga praktikalnya (On Ends). Dari sudut teorinya beliau membahaskan beberapa konstitusi atau situasi kejiwaan manusia dari sudut sumber, fakulti, asal satu-satu tindakan terlahir, bagaimana membentuk jiwa manusia dan bebagai lagi yang akan dibahaskan dibawah nanti. Dari sudut praktikal pula beliau memberikan cara bagaimana melahirkan satu perbuatan yang baik, membahagikan kelas-kelas kebaikan, pembahagian terhadap kemuliaan manusia berasaskan kebaikan mereka, konsep keburukan, dan yang terakhir bagaimana merawati jiwa. Kesemua isu ini akan diulas dan diringkaskan dibawah nanti. Pada isu-isu akhlak ini al-Tusi pertamanya membincangkan mengenai perkara-perkara utama yang perlu dibahaskan dalam membincangkan mengenai isu kejiwaan atau dalam bahasa mudahnya falsafah Akhlak. Beliau mengatakan bahawa perkara pertama yang patut dimulakan adalah ilmu mengenai bagaimana jiwa manusia memperoleh satu disposisi yang menghasilkan perbuatan yang dilahirkan dari kehendaknya. Maka untuk mengetahui mengenai perkara ini, perlulah pertamanya sekali seseorang itu mengetahui apakah yang dimaksudkan dengan jiwa
Tauhid merupakan asas atau pilar Agama Islam yang hanif (lurus) ini. Tauhid ibarat sebuah pondasi yang di atasnya berdiri sebuah bangunan. Kalau dasar sebuah bangunan itu lurus dan kuat, maka sesuatu yang ada di atasnya pun akan lurus dan kuat. Akan tetapi, sebaliknya kalau dasarnya bengkok dan rapuh maka jangan berharap sesuatu yang di atasnya akan kokoh. [Redaksi khotbahJumat.com]
Penyelidikan sifat fizikal dan mekanik sesuatu bahan dipengaruhi oleh kaedah kimpalan yang dilakukan. Ujikaji dilakukan untuk mencantumkan besi nil karat yang dikimpal dengan menggunakan kaedah kimpalan arka tungsten gas dan kimpalan arka logam.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
JURNAL ISLAM NUSANTARA, 2018