Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
48 pages
1 file
Sesungguhnya Islam benar-benar menaruh perhatian yang sangat besar kepada manusia di dalam segala urusannya -agama dan dunianya-di saat lapang maupun sulitan, bangun maupun tidur, di kala bepergian maupun menetap, saat makan maupun minum, waktu bahagia maupun sedih. Singkat kata, tidak ada satu hal pun, baik kecil maupun besar, melainkan telah dijelaskan oleh Islam.
ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Mu'thi, Lc.) Adab dalam pandangan Islam bukanlah perkara remeh. Bahkan ia menjadi salah satu inti ajaran Islam. Demikian penting perkara ini, hingga para ulama salaf sampai menyusun kitab khusus yang membahas tentang adab ini. Di tengah padang sahara yang membakar, bergolak kehidupan masyarakat jahiliah yang tidak mengenal kebaikan kecuali apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Penyimpangan dari agama Nabi Ibrahim q (mengesakan Allah l dalam ibadah) tercermin pada banyaknya berhala yang disembah selain Allah l. Masing-masing kabilah memiliki berhala yang mereka yakini mampu mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya. Bahkan kesucian Ka'bah pun telah tercemari dengan berdirinya sekian ratus berhala yang diagung-agungkan di sekitarnya. Dari sisi tatanan kehidupan bermasyarakat, mereka telah mencapai titik terparah. Tidak ada pemimpin yang menyatukan mereka, sehingga masing-masing ingin berkuasa dan menindas yang lainnya. Berlaku bagi mereka undang-undang jahiliah: "Siapa yang kuat dia yang menang." Kejahatan moral dan penyimpangan kesusilaan merupakan pemandangan yang mewarnai kehidupan sehari-hari. Demikian gambaran kondisi bangsa Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad n. Maka Allah l dengan rahmat-Nya mengutus Muhammad n untuk mengeluarkan mereka dari gelapnya kekufuran dan kebodohan kepada cahaya iman dan ilmu. Allah l berfirman: "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-Jumu'ah: 2) Allah l mengutus Nabi-Nya n dengan syariat yang sempurna, yang telah menjamin kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak bagi orang yang berpegang teguh dengannya. Syariat yang beliau n bawa bersifat universal, di mana segala aspek kehidupan manusia telah diatur dalam Islam dengan begitu rapinya. Di antara yang terpenting yang dibawa oleh Islam adalah memperbaiki kondisi batin manusia dan membimbing mereka kepada keteguhan hati di atas agama, serta memunculkan kontrol keimanan yang mendorong kepada kebaikan dan mencegah dari kejahatan.
Masjid adalah rumah Allah yang berada di atas bumi. Memiliki kedudukan yang agung di mata kaum muslimin karena menjadi tempat bersatunya mereka ketika shalat berjamaah dan kegiatan beribadah lainnya. Umat Islam senantiasa akan mulia manakala kembali memakmurkan masjid seperti halnya generasi salaf dahulu.
2008
Masjid dipanggil sebagai baitullah, iaitu rumah Allah S.W.T. Apabila menyebut tentang rumah Allah S.W.T., iaitu selaku rumah Raja bagi segala raja di dunia dan akhirat, maka protokol di rumahNya sudah tentu perlu diambil berat oleh manusia yang mengunjunginya agar kesan rahmat, kasih sayang dan hidayah-Nya benar-benar dapat dimiliki oleh pengunjungnya. Justeru, dalam artikel ini, perbincangan akan menumpukan secara ringkas tatacara adab dalam masjid dengan melihat kepada peranan, matlamat dan kelebihan tatacara adab tersebut yang diambil daripada sumber alQuran dan hadis.
Diantar konsekwensi bagian syahadat yang kedua yaitu syahadat "rasul" adalah bahwa kita sebagai muslim harus menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai tauladan dalam kehidupan kita, termasuk dalam kehidupan sehari-hari setiap muslim harus berusaha semaksilah mungkin meniru etika dan perilaku yang telah dicontohkan oleh beliau.
International Journal of Education, Psychology and Counseling, 2018
Abstract: There are two controversies that have earned the attention of the community of researchers in the history of research ethics. Firstly, the breach of privacy of the participant in Laud Humphreys's participant observation through his sociological study. Secondly, the emotional anguish of the research volunteer due to Stanley Milgram's laboratory psychological study. Due to the growing concern of these issues, professional research organization companies such as the American Psychological Association (APA) propound general principles and ethical codes for researchers. However, in the Islamic tradition, ethics is better known by “adab” (manners) and it is derived from the authoritative Islamic source of knowledge that is the Qur’an. Therefore, this article seeks to examine the fundamental principle and ethical codes of Muslim researchers based on the Qur’an with the focus on Surah al-Hujurat. However, the “adab” of Islamic research, especially based on the Qur’an, is still not well developed. As a result, this article found that the principles of “tabayyun” emphasized in Surah al-Hujurat can be used as a fundamental principle in Islamic research and there are four “adab” in research that can be pointed out. First, evaluation of research vision based on revelation; second, justice; thirdly, avoiding presuppositions and harms; and fourth, honesty. As the implication, the research done on the basis of the faith of Allah SWT will bring happiness in this world and the hereafter. The application of these “adab” in Islamic research can achieve the goal to earn the truth from Allah SWT and benefits society.
Akhlak merupakan hal beretika yang sangat penting dalam Islam. Sehingga Nabi Muhammad pun diutus oleh Allah tidak lain karena untuk menyempurnakan akhlak tiap insan yang beriman kepada-Nya. Karena dengan akhlak dan adab yang baik, ia akan mampu menjadi pribadi yang baik yang memancarkan warna-wari keindahan agama Islam melalui prilaku dan sikapnya. Mengajarkan atau menanamkan etika pada anak sesuai dengan ajaran Nabi merupakan upaya yang baik. Karena sejak kecillah seorang anak harus dibiasakan dengan kebiasaan yang baik. Termasuk mengadakan pelajaran akhlak di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran). Penulisan makalah ini, dengan tujuan agar bisa mempermudah dan membantu para pengajar untuk memahami dengan baik, sehingga dapat dijelaskan kepada anak secara mudah. Pada penyusunan kitab ini, terdiri dari dalil-dalil dari al-Quran, dan Sunnah. Kemudian disertakan kisah-kisah berhikmah, karena dengan bercerita, anak-anak akan asik terbawa alur kisah, sehingga dengan mudah memasukkan nilai-nilai etika yang dimiliki oleh Islam. Makalah ini merupakan ringkasan bab-bab pilihan yang kiranya mudah difahami dan dipraktekan oleh anak-anak. Bersumber dari dua kitab; kitab yang pertama, yakni Dalilus Sailin karangan Anas Ismail Abu Daud, yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Bekal Seorang Dai. Dan kitab yang kedua, yakni 24 Jam amalan Nabi karangan Khalid Al-Husainan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains , 2020
Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri Hijau
Buku Adab Mahasiswa FPSB UII, 2021
Naqshbandi Indonesia, 2021