Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
12 pages
1 file
UIN KHAS JEMBER, 2022
TUGAS UAS KELOMPOK 4 FILSAFAT PENDIDIKAN TADRIS BAHASA INGGRIS Education is high learning for the younger generation and future generations nation, because advanced education is a process that immediately becomes success. In the field of education, there are many schools of philosophy that are not in doubt again very useful in growing students' thinking, wrong the other is idealism. Idealism is a philosophical school that exalts the soul. Plato Produces the first to develop the philosophical principles of idealism this is the forerunner of this idealism. From a historical point of view, idealism was formalized in fourth century BC (427-347 BC) BC in Athens. During lifetime Plato, Athens is a city that is in a state of transition (transition). Plato's philosophy can be interpreted as a reaction to the current state of flux that has affected Athens' well-being in the long run.
Kusuma Dewi, 2019
Tugas Matakuliah Metodologi Terapan
Aliran realisme hukum adalah salah satu aliran dalam filsafat hukum yang menekankan pada kepentingan nyata dan konkrit dari hukum dalam kehidupan masyarakat. Aliran ini pertama kali muncul pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat, dan menjadi sangat populer di kalangan para ahli hukum dan filsuf di seluruh dunia. Di dalam konteks ini, aliran Realisme Hukum muncul sebagai suatu gerakan intelektual yang menolak pandangan tradisional tentang hukum sebagai sesuatu yang bersifat formalistik dan mekanistik, yang dapat dipahami hanya melalui deduksi logis dari asas-asas umum. Sebaliknya, Realisme Hukum berpendapat bahwa hukum seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang bersifat empiris, yang dapat diamati dan dipelajari melalui pengamatan atas perilaku para aktor hukum di dalam masyarakat. Aliran realisme hukum dalam filsafat hukum berasal dari kebutuhan untuk memahami lebih baik tentang peran dan fungsi hukum dalam masyarakat. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap pandangan positivisme hukum yang hanya memandang hukum sebagai seperangkat aturan yang bersifat formal dan mekanis. Realisme hukum menekankan pentingnya aspek sosial, budaya, dan historis dalam memahami hukum sebagai suatu fenomena yang hidup. Realisme hukum mulai muncul pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat, sebagai bagian dari gerakan revolusioner dalam pemikiran hukum. Beberapa tokoh penting aliran realisme hukum, seperti Jerome Frank, Oliver Wendell Holmes Jr., dan Roscoe Pound, berpendapat bahwa hukum adalah produk dari kepentingan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Aliran realis selalu menekankan pada hakikat manussiawi, dari tindakan tersebut Holmes mengatakan bahwa kewajiban hukum hanyalah merupakan suatu dugaan bahwa apabila seseorang berbuat atau tidak berbuat, maka dia akan menderita sesuai dengan keputusan suatu pendailan. Lebih jauh Karl Llewellyn menekankan pada fungsi lembaga-lembaga hukum. Pokok-pokok pendekatan kaum realis antara lain: hukum adalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dan hendaknya konsepsi hukum itu menyinggung hukum yang berubah-ubah dan hukum yang diciptakan oleh pengadilan. Oleh karena itu, mereka menolak pandangan positivisme hukum yang hanya memandang hukum sebagai produk dari kehendak politik dan legislatif. Aliran realisme hukum menekankan pentingnya memahami konteks sosial, politik, dan ekonomi dari sebuah kasus hukum. Mereka berpendapat bahwa hakim tidak dapat memutuskan sebuah kasus hanya berdasarkan hukum yang ada, tetapi harus mempertimbangkan juga faktor-faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi kasus tersebut. Dalam hal ini, realisme hukum mengembangkan konsep "faktor-faktor pengaruh", yang mengacu pada faktor-faktor sosial, budaya, dan politik yang mempengaruhi pengambilan keputusan hakim. Selain itu, realisme hukum menekankan pentingnya memahami sifat manusia dalam konteks hukum. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk bertindak secara subjektif dan berdasarkan kepentingan pribadi, yang dapat mempengaruhi keputusan hukum. Oleh karena itu, realisme hukum mengembangkan konsep "psikologi hukum", yang mengacu pada cara-cara manusia berinteraksi dengan hukum dan bagaimana hukum dapat mempengaruhi perilaku manusia. Di sisi lain, aliran realisme hukum juga menimbulkan kontroversi dalam pemikiran hukum. Beberapa kritikus menganggap bahwa realisme hukum terlalu menekankan faktor-faktor sosial dan psikologis dalam pengambilan keputusan hukum, sehingga mengabaikan aspek-aspek formal dan logis dalam hukum. Selain itu, beberapa kritikus juga menganggap bahwa realisme hukum terlalu mengutamakan kepentingan individu dan kelompok tertentu, sehingga dapat menimbulkan ketidakadilan dalam pengambilan keputusan hukum.
1.1 Latarbelakang Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan karena membantu dalam memberikan informasi tentang hakekat manusia sebagai dirinya sendiri baik secara horisontal maupun secara vertikal. Sehingga kajian tentang realitas sangat dibutuhkan dalam menentukan tujuan akhir pendidikan. Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif. Disisi lain, kajian filosofis memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan, sumber pengetahuan, nilai, dan Seperti bagaimanakah pengetahuan itu diperoleh, bagaimana manusia dapat memperoleh nilai tersebut. Dengan nilai tersebut apakah pendidikan layak untuk diterapkan dan lebih jauh akan membantu untuk menentukan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan disisi lain tidak bisa melepaskan tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai mulai spritual, agama, kepribadian dan kecerdasan. Praktek pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan manfaat antara lain: (1) Sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai; (2) Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek pendidikan karena dengan memahami teori dapat dipilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan; (3) Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan. Pendidikan kita tidak sekedar menempatkan manusia sebagai alat produksi. Manusia harus dipandang sebagai sumber daya yang utuh. Pendidikan tidak boleh terjebak pada teori-teori neoklasik, suatu teori yang menempatkan manusia sebagai alat-alat produksi, dimana penguasaan IPTEK bertujuan menupang kekuasaan dan kepentingan kapitalis. pendidikan tidak memiliki basis pengembangan budaya yang jelas. Lembaga pendidikan kita hanya dikembangkan berdasarkan model ekonomik untuk menghasilkan/ membudaya manusia pekerja (abdi dalem) yang sudah disetel menurut tata nilai ekonomi yang berlatar (kapitalis) sehingga tidak mengherankan jika keluaran pendidikan kita menjadi manusia pencari kerja dan tidak berdaya. Bukan manusia kreatif pencipta keterkaitan kesejahteraan dalam siklus rangkaian manfaat yang seharusnya menjadi hal yang paling esensial dalam pendidikan dan pembelajaran. Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pangalaman nyata. Teori pendidikan yang berisikan konsep-konsep dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan filosofi yang akan melahirkan pemahaman tentang filsafat pendidikan. Pendekatan filosofis terhadap pendidikan merupakan suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah pendidikan menggunakan metode
PENDAHULUAN Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance.Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya.Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret. Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan Via Moderna (jalan modern) dan Via Antiqua(jalan kuno). Akibatnya manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan Surga.Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Di sisi lain, nilai filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman. Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran.
UIN KHAS JEMBER, 2022
TUGAS UAS KELOMPOK 4 FILSAFAT PENDIDIKAN TADRIS BAHASA INGGRIS Education is high learning for the younger generation and future generations nation, because advanced education is a process that immediately becomes success. In the field of education, there are many schools of philosophy that are not in doubt again very useful in growing students' thinking, wrong the other is idealism. Idealism is a philosophical school that exalts the soul. Plato Produces the first to develop the philosophical principles of idealism this is the forerunner of this idealism. From a historical point of view, idealism was formalized in fourth century BC (427-347 BC) BC in Athens. During lifetime Plato, Athens is a city that is in a state of transition (transition). Plato's philosophy can be interpreted as a reaction to the current state of flux that has affected Athens' well-being in the long run.
A. Pengertian Realisme Realisme berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu real, atau yang nyata, dapat diartikan juga yang ada secara fakta, tidak dibayangkan atau diperkirakan. Adapun kata fakta dalam bahasa Indonesia berarti hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yg benar-benar ada atau terjadi. Realisme juga berasal dari kata Latin realis yang berarti nyata. Dalam bidang metafisika, realisme berarti konsep-konsep umum yang disusun oleh budi manusia yang sungguh juga terdapat dalam kenyataan, lepas dari pikiran manusia. Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Hal ini berbeda dari aliran materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat fisik semata. B. Tokoh Aliran Realisme Aristoteles (384-322 SM) Aristoteles adalah seorang murid Plato yang telah mengembangkan gagasan bahwa sementara gagasan-gagasan mungkin penting bagi diri mereka sendiri, pembelajaran yang utama tentang materi mengantarkan kita pada gagasan-gagasan yang jelas yang lebih baik. Menurut Aristoteles, gagasan-gagasan (atau bentuk-bentuk), seperti ide tentang Tuhan atau ide-ide tentang sebuah pohon bisa ada walaupun tanpa materi, tapi tidak ada materi yang ada tanpa bentuk. C. Jenis-Jenis Aliran Realisme Moderen Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. 1. Kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme, D. Ciri-Ciri Kelompok yang Mengikuti Aliran Realisme E. Konsep Filsafat Menurut Aliran Realisme F. Aliran Realisme Dalam Pendidikan G. Kelebihan dan Kelemahan Aliran Realisme Dalam Pendidikan Aliran filsafat realisme memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran realisme diantaranya adalah sebagai berikut : Kelebihannya :
Eva Puspitasari, M.Ud, 2024
Curriculum development in higher education plays a crucial role in shaping individuals capable of facing academic and practical challenges. This article philosophically examines two major streams in educational philosophy, namely idealism and realism, and their
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Artikel di Jurnal Ilmu Ushuluddin (Sinta 4), 2019
Uin Khas Jember_PBI 3, 2022