Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2022, ASAL USUL BAHASA_LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS
…
11 pages
1 file
Bahasa menjadi media atau sarana utama dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran atau perasaan. Manusia merupakan makhluk
Tanfidia Rosanti , 2022
Linguistik adalah ilmu tentang Bahasa, dan objek kajiannya adalah Bahasa. Bahasa adalah salah satu bentuk komunikasi manusia. Manusia merupakan mahkluk sosial yang harus berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Karena itu, manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengenal kebudayaan dan menciptakan berbagai wujud ide, aktivitas, hingga artefak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahasa, menjadi salah satu unsur paling penting yang mempengaruhi kehidupan maupun kebudayaan manusia. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena ia menjadi alat komunikasi yang utama. Sebagai alat komunikasi, bahasa meliputi kata, kumpulan kata, klausa dan kalimat yang diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Sementara pengertian bahasa adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan suara atau ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebih besar, seperti morfem, kata, dan kalimat. Kata Kunci: Linguistik, Bahasa
Maa, 2022
Asal usul bahasa telah menjadi perbincangan para pakar bahasa sejak lama. Para pakar bahasa kebanyakan bukan membahas pokok kaijan tentang asal-usul bahasa melainkan membahas cabang-cabang bahasa, sehingga kajian asal-usul bahasa menjadi kabur. Penelitian ini berusaha untuk menggali asal-usul bahasa dalam perspektif al-Qur"an dan sains modern. Penelitian ini adalah penelitian literatur dengan menggali sebanyak mungkin informasi dari al-Qur"an dan pendapat para pakar linguistik dalam mengkaji asal-usul bahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa al-Qur"an telah menjelaskan asal-usul bahasa manusia berasal dari Allah sang pencipta dengan mengajarkan kepada Adam a.s dan menciptakan perangkat bahasa yang ada pada manusia. Dalam bahasa Noam Chomsky, perangkat tersebut adalah Language Acquisition Device (LAD). Perangkat bahasa yang telah diciptakan oleh Allah tersebut tinggal dipergunakan oleh manusia melalui proses belajar. Tanpa melalui proses belajar perangkat bahasa tersebut tidak dapat berfungsi secara maksimal.
Perada, 2021
Upu Daeng Lima Bersaudara and their descendants were noted to have an extraordinary influence in the Riau Lingga Kingdom. They are the children of Daeng Rilakka who is a descendant of La Maddusila, a King of Luwu in the land of Bugis. Their genealogy is mentioned in some of Malay sources. There are at least two Malay sources telling about their origins that are the Tuhfat Al-Nafis and the Silsilah Melayu Bugis manuscripts written in the 19th century by Raja Ali Haji. In this article, there are two important issues. The first is to analyze the genealogy of Upu Daeng Lima Bersaudara from both sources and the second is to analyze the writing of the genealogy from a historiographical perspective. The historical research method was used in this research starting from heuristic, source verification, interpretation and historiography. In general, Tuhfat Al-Nafis and Silsilah Melayu Bugis have been written by using the historical writing method, but the method itself has not been applied consistently for all narration, especially those related to genealogy. However, the difference in the number of names in the genealogy of the two books indicated that Raja Ali Haji in Tuhfat al-Nafis began to verify to the sources used. Upu Daeng lima Bersaudara berikut keturunannya tercatat memiliki pengaruh luar biasa di Kerajaan Riau Lingga. Mereka adalah anak Daeng Rilakka yang merupakan keturunan dari La Maddusila, seorang Raja Luwu di tanah Bugis. Silsilah atau ranji keturunan mereka disebut dalam sejumlah sumber, termasuk sumber-sumber Melayu. Setidaknya terdapat dua sumber Melayu yang bercerita tentang asal usul mereka, yaitu naskah Tuhfat Al-Nafis dan Silsilah Melayu Bugis yang ditulis pada abad ke-19 oleh Raja Ali Haji. Pada artikel ini terdapat dua isu penting, pertama adalah menganalisa silsilah Upu Daeng Lima Bersaudara dari kedua sumber, serta kedua menganalisa penulisan silsilah tersebut dari sudut pandang historiografi. Rangkaian penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang dimulai dari heuristik, verifikasi sumber, iintreprestasi dan historiografi. Secara umum, Tuhfat Al-Nafis dan Silsilah Melayu Bugis sudah mulai ditulis dengan menggunakan metode penulisan sejarah, hanya saja hal tersebut belum diterapkan secara konsisten untuk seluruh narasi, terutama terkait silsilah. Sekalipun demikian, perbedaan jumlah nama dalam silsilah pada kedua kitab itu mengindikasikan Raja Ali Haji dalam Tuhfat al-Nafis mulai menerapkan verifikasi terhadap sumber yang digunakan.
PENGENALAN Melayu yang dilihat pada hari ini seperti yang tertakrif dalam Perlembagaan Malaysia adalah mereka yang berbangsa Melayu, beragama Islam serta mengamalkan cara hidup dan budaya Melayu. Itu adalah konsep Melayu yang tertulis pada masa ini. Sehubungan dengan itu, apabila berbicara mengenai Melayu di Malaysia khususnya, sudah pasti Melayu itu merujuk kepada sebuah kaum majoriti yang rata-ratanya adalah penganut agama Islam. Pernahkah terlintas di fikiran bahawa Melayu itu sebenarnya bukanlah satu kaum seperti yang tergambar dalam Perlembagaan, sebaliknya Melayu adalah sebuah bangsa yang meliputi seluruh Tanah Melayu, Kepulauan Melayu, dan Alam Melayu. Sudah pasti hal ini kedengaran agak aneh terutamanya dalam kalangan masyarakat yang bukan pengkaji bahasa atau linguistik. Hal ini demikian kerana bangsa Melayu sering disempitkan dengan maksud bahawa Melayu itu adalah kaum Melayu serta timbulnya dakwaan sesetengah pihak bahawa Melayu itu adalah pendatang dan bukan berasal dari Tanah Melayu. Bertitik tolak daripada perkara ini, sesebuah bangsa yang wujud di dunia ini mempunyai bahasa mereka sendiri. Hal ini berikutan kerana setiap bahasa yang ada di dunia ini mempunyai penuturnya. Begitu juga dengan bangsa Melayu, mereka mempunyai bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi, bahkan bahasa Melayu pada suatu ketika dahulu bukan sahaja berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi bahasa Melayu dahulu mempunyai peranan yang sangat luas. Antara peranan bahasa Melayu ialah sebagai bahasa lingua franca. Hal ini cukup jelas untuk membuktikan bahawa bahasa Melayu pernah menjadi bahasa antarabangsa dan bahasa perantaraan yang sangat penting dalam hubungan perdagangan dua hala antara pedagang luar dengan pedagang di Melaka misalnya. Tambahan pula, bahasa Melayu juga pernah menjadi bahasa perhubungan dan bahasa diplomasi antara orang Siam dan pedagang yang datang ke 1
Perubahan Bunyi Asimilasi, 2022
Perubahan bunyi memiliki berbagai macam tipe. Tipe perubahan bunyi lebih mengerucut kepada perubahan bunyi secara individual, yaitu hanya mempersoalkan bunyi proto tanpa mengaitkan dengan fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya. Perubahan ini menjadi latar belakang untuk meneliti perubahan fonem /n/ menjadi fonem /m/ dalam perubahan bunyi asimilasi parsial. Objek penelitian ini adalah leksikon yang mengalami perubahan fonem /n/ menjadi /m/ tetapi memiliki persamaan makna. Permasalahan yang ingin dibahas yaitu bagaimana perubahan proses perubahan fonem /n/ menjadi fonem /m/ dalam asimilasi parsial. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perubahan proses perubahan fonem /n/ menjadi fonem /m/ dalam asimilasi parsial. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi pustaka berupa buku Linguistik Bandingan Historis: Gorys Keraf. Hasil penelitian ini mengatakan terdapat dua leksikon perubahan fonem /n/ menjadi fonem /m/ dalam kacamata asimilasi parsial yaitu fonem /n/ dalam minbar menjadi fonem /m/ dalam mimbar dan fonem /n/ dalam inperfect menjadi fonem /m/ dalam imperfect.
Artikel ini merupakan satu usaha kerdil untuk merekonstruksi semula landasan penjelasan tentang asal-usul orang Melayu yang lebih serasi dengan realiti sebenar. Sumber-sumber penulisan artikel ini terdiri daripada sumber-sumber yang telah digunakan dalam tulisan-tulisan yang sudah terkenal mengenai topik ini tetapi dibuat penilaian semula terhadapnya. Walau bagaimanapun, asas penjelasan dalam artikel ini adalah sumber-sumber primer sejak era Masihi dan juga tulisantulisan klasik peribumi. Dihujahkan bahawa asal-usul orang Melayu tidak boleh diteluri berasaskan sumber-sumber yang digunakan dalam tulisan-tulisan yang sedia ada kerana kesemuanya bukti yang sah. Itu sebabnya tulisan-tulisan yang ada pada hari ini hanyalah spekulasi yang tidak masuk akal. Artikel ini mengusulkan bahawa pencarian asal-usul orang Melayu tidak boleh diteluri berasaskan bahasa purba (Austronesia dan Austroasia), bahan arkaeologi, bahan antropologi, rupa-fizikal, fosil dan genetik. Sebaliknya, dihujahkan bahawa pencarian asal-usul orang Melayu perlu diasaskan sumber sejarah. Ini kerana orang Melayu yang ada pada hari ini adalah suatu 'bangsa jadian' yang terbentuk sejak abad ke-18 hasil daripada pengembangan identiti yang asalnya hanya terbatas dalam kalangan kerabat pengasas Kesultanan Melayu Melaka. Imagine communities itu terbentuk setelah berakhirnya zuriat Kesultanan tersebut. Pengembangan tersebut berkembang daripada dorongan dinamisme Islamisasi.
Pandangan klasik menyatakan bahwa asal usul bangsa dan bahasa Indonesia berasal dari luar Indonesia, yaitu dari Semenanjung Indocina (Yunan/Assam). Pendapat ini lebih didasarkan pada adanya kesamaan atau kemiripan kosakata dasar. Secara historis, kemiripan tersebut disebabkan oleh akulturasi atau asimilasi budaya para pendatang dengan penduduk asli Nusantara (keturunan Homo Erectus Soloensis dan Homo Erectus Wajakensis). Pandangan lain yang dianggap kurang populer didasarkan pada hasil penelitian Arkeolinguistik dan Paleolinguistik, yaitu ditemukannya fosil Homo Erectus Soloensis dan Homo Erectus Wajakensis. Dengan mendasarkan pada hasil temuan tersebut dapat ditarik simpulan bahwa asal bangsa dan bahasa Indonesia adalah dari Solo atau Wajak (Pulau Jawa). Keturunan manusia purba tersebut setelah memiliki ‘peradaban’ melakukan perjalanan ke utara sampai ke Jepang dan ke timur sampai Papua Nugini dan Australia. Pandangan ini diperkuat oleh kesamaan budaya dan kesamaan atau kemiripan sejumlah kosakata dasar.
Talitha Afifah , 2022
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dari pemiliknya yaitu manusia. Arkeolog menemukan keberadaan makhluk mirip manusia melalui penggalian arkeologi (hominoid). Makhluk tersebut sudah ada jutaan tahun yang lalu. Para ahli yakin hominoid dapat berinteraksi, tetapi karena mereka berada pada tahap prabahasa, mereka tidak dapat disebut bahasa. Selanjutnya, bahasa yang sebenarnya muncul nanti. Jacob mengemukakan
Universitas Negeri Jakarta, 2017
Secara linguistik historis bahasa Gebe (Gb) termasuk anggota Subkelompok Halmahera Selatan (HS). Dalam simpai pencabangan Kamholz (2014a), Subkelompok Halmahera Selatan pecah menjadi tiga, yaitu (1) Halmahera Selatan-Selatan (HSS) (Gane dan Taba), (2) Kelompok Halmahera Timur-Tengah-Selatan (HTTS) (Maba, Buli, Patani, dan Sawai), dan (3) Gebe. Mengenai hal tersebut dapat dipersoalkan apakah bahasa Gebe lebih dekat ke subkelompok pertama atau kedua, serta apa bukti yang menerangjelaskannya? Kedua hal tersebut akan dibahas dalam tulisan ini dengan menggunakan pendekatan linguistik historis khususnya metode inovasi bersama. Tingginya inovasi bersama secara fonologi dan leksikal menunjukkan bahasa Gebe lebih erat hubungannya dengan Subkelompok Halmahera Timur-Tengah-Selatan. Secara fonologi ditemukan inovasi bersama tidak teratur, yaitu : (1) Gebe bersama bahasa-bahasa HTTS merealisasikan /y/: yali-yali 'cincin', sedangkan dalam HSS /ø/: ali-ali; (2) Gebe bersama bahasa-bahasa HTTS tidak merealisasikan suku awal do-, HTTS: bɛt dan Gebe: bat, untuk makna 'sawah', sedangkan dalam HSS sebaliknya: dɔba, yaitu HTTS: bɛt dan Gebe: bat; dan (3) Gebe bersama HTTS merealisasikan /p/ pada posisi antarvokal: (k)ip(i,ɛ)s 'banjir' sedangkan dalam bahasa-bahasa HSS muncul sebagai /h dan w/: ki(h,w)is. Secara leksikal, Gebe bersama bahasa-bahasa HTTS merealisasikan bentuk yang sama untuk makna 'kering', 'jagung', 'gasing', 'kampung', dan 'kucing' , secara berturutturut: maŋ, kastela, guman, pnu(ʔ), b(ɔ,o)ki sedangkan dalam bahasa-bahasa HSS: gamɔs, kaduma/gɔcila, bulai/piɔŋ, malɔ, dan tusa. Lebih jauh, ternyata bahasa Gebe lebih erat dengan bahasa Maba, yang ditandai oleh tingginya inovasi bersama butir leksikal dan didukung oleh tiga inovasi bersama fonologi secara teratur dan tiga inovasi bersama fonologi secara tidak teratur.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Analisis Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia , 2022
Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
PUAN FITRI HUMAIROH SIAGIAN, 2019
Intan Susilowati, 2025
Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 2016