Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Makna sambungan yang dipahami dalam bidang pemesinan, tidak jauh berbeda dengan apa yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menghubungkan antara satu benda dengan lainnya. Sebagaimana yang diketahui, manusia tidak dapat memproduksi sesuatu dalam sekali kerja. Hal ini tidak lain karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya. Makanya benda yang dibuat manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen, yang dibuat melalui proses pengerjaan dan perlakuan yang berbeda. Sehinggauntuk dapat merangkainya menjadi sebuah benda utuh, dibutuhkanlah elemen penyambung. Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami pembebanan saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya yang lebih kecil dari elemen yang disambung mengakibatkan beban terkonsentrasi padanya. Efek konsentrasi beban inilah yang harus diantisipasi saat merancang sambungan, karena sudah tentu akan bersifat merusak.
Kompetensi Memehami tentang Audit Lingkungan Mahasiswa memahami konsep penerapan Audit Lingkungan Pembahasan MATERIAL TEKNIK Contoh proses pendinginan: PusatBahan Ajar dan eLearning I Gusti Ayu Arwati
Manufaktur memiliki arti sebagai aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai tambah untuk dijual. Dalam pencapaian tujuan dari manufaktur tersebut, diperlukan perancangan sebuah sistem manufaktur untuk menampung informasi yang akan digunakan untuk menentukan aliran input, proses, dan output. Selain itu dalam pruduksi suatu produk diperlukan proses dalam pengolahan tersebut. Dalam industri maufaktur tersebut diperlukan proses-proses dalam produksi. Maka dari itu proses manufaktur berkembang seiring berkembangnya industri maufaktur.
Menurut jenis cetakan yang digunakan proses pengecoran dapat diklasifikan menjadi dua katagori :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan penerapan teknik pengecoran di dunia teknik.
Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan mencampurkan serbuk secara bersamaan dan dikompaksi dalam cetakan, dan selanjutnya disinter di dalam furnace (tungku pemanas). Langkah-langkah yang harus dilalui dalam metalurgi serbuk, antara lain: 1. Preparasi material 2. Pencampuran (mixing) 3. Penekanan (kompaksi) 4. Pemanasan (sintering) Proses pemanasan yang dilakukan harus berada di bawah titik leleh serbuk material yang digunakan Setiap proses dalam pembuatan metalurgi serbuk sangat mempengaruhi kualitas akhir produk yang dihasilkan Material komposit yang dihasilkan dari proses metalurgi serbuk adalah komposit isotropik, yaitu komposit yang mempunyai penguat (filler) dalam klasifikasi partikulet. Keuntungan proses metalurgi serbuk, antara lain: o Mampu melakukan kontrol kualitas dan kuantitas material o Mempunyai presisi yang tinggi o Selama pemrosesan menggunakan suhu yang rendah o Kecepatan produk tinggi o Sangat ekonomis karena tidak ada material yang terbuang selama pemrosesan Keterbatasan metalurgi serbuk, antara lain: o Biaya pembuatan yang mahal dan terkadang serbuk sulit penyimpanannya o Dimensi yang sulit tidak memungkinkan, karena selama penekanan serbuk logam tidak mampu mengalir ke ruang cetakan o Sulit untuk mendapatkan kepadatan yang merata PERHITUNGAN FRAKSI BERAT, FRAKSI VOLUME, KERAPATAN Fraksi Berat ωc = ωm + ωf = Keterangan: ωc = berat komposit ωf = berat filler ωm = berat matriks Wf = fraksi berat filler Wm = fraksi berat matriks
Buku pegangan mata kuliah ini diambil dari berbagai sumber. Jika ada yang memiliki copyright, itu adalah hak dari masing-masing pemilik, karena itu naskah ini tidak untuk diperjualbelikan, dan hanya dipakai hanya untuk tujuan pembelajaran di lingkungan sendiri, Jurusan Kriya Institut Seni Indonesia Surakarta PENDAHULUAN Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, sejak zaman prasejarah manusia telah berusaha untuk mendapatkan dan memanfaatkan berbagai logam untuk keperluan hidupnya. Sekarang ini pun berbagai barang logam dibuat, dibentuk, dan dicetak, sehingga akan menjadi wujud terakhir seperti yang dikehendaki; baik untuk barang-barang rumah tangga, untuk bidang teknik, ataupun untuk tujuan seni. Logam yang sejak awalnya sudah memiliki sifat-sifat penggunaan teknis tertentu dan dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup adalah; besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), timah (Sn), timbal (Pb), nikel (Ni), aluminium (Al), dan magnesium (Mg). Kemudian juga ada logam-logam lain untuk penggunaan khusus dan paduan seperti; perak (Ag), emas (Au), platina (Pt), iridium (Ir), wolfram (W), tantalum (Ta), molibdenum (Mo), titanium (Ti), kobalt (Co), antimon (Sb), khrom (Cr), vanadium (V), dan berilium (Be).
Merencanakan urut-urutan proses pembuatan cetakan, penambah dan sistem saluran.
Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar
Kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukumhukum kimia, fisika, biologi dan microbiologi tentang pembuatan, penyimpanan dan penggunaan bahan kosmetika. Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Dewasa ini,
Teknik pelipatan plat logam adalah menyambung 2 bagian plat logam dengan lipatan. Produk yang dihasilkan yaitu sambungan-sambungan pada ember, corong, berbagai bentuk lampu, kaleng kemas, gayung literan, tempat tisu, sekop sampah, sandaran buku, perhiasan seperti gelang renteng, kalung renteng dan sebagainya. Untuk dapat membuat produk logam dengan teknik sambungan lipat, Anda harus sudah menguasai keteknikan memotong, mematri dan melubang dengan mesin bor. Sebelum membaca blog ini, sebaiknya Anda harus sudah menguasai teknik : F 0 D 8
Pengusahaan dan pemanfaatan bahan galian mineral logam telah berlangsung sejak lama. Sampai saat Indonesia ini masih merupakan negara yang cukup menarik bagi penanaman modal di bidang usaha pertambangan bahan galian logam, seperti terbukti dengan banyaknya kontrak karya yang diterbitkan selama beberapa tahun terahir ini. Metalogenik dan kerangka tektonik Busur Sunda-Banda cukup mendukung sebagai tempat kedudukan bermacam-macam endapan logam primer. Dari sekian banyak eksplorasi yang dilaksanakan ternyata beberapa endapan primer bahan galian logam utama seperti emas dan tembaga telah ditemukan dan beberapa cukup menarik. Direktorat Sumberdaya Mineral akan terus berusaha mendorong kegiatan eksplorasi dalam batas wewenangnya, walaupun dalam pelaksanaannya kedepan dengan adanya UU No. 22 th. 1999 akan ditangani oleh Pemerintah Daerah. Beberapa cara yang telah ditempuh diantaranya: -Menyiapkan beberapa daerah WPP (Wilayah Penugasan Pertambangan) yang disediakan bagi Kerjasama Eksplorasi antar Institusi Dalam dan Luar negeri (G to G). -Menyiapkan beberapa daerah prospek untuk kerjasama baik dengan swasta Asing maupun Nasional. -Menyebar luaskan informasi tempat keberadaan potensi sumberdaya mineral kepada para pengguna disektor pertambangan. Hasil eksplorasi endapan mineral logam yang dilakukan oleh Subdit. Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral sejak PELITA V, khususnya di sepanjang Jalur magmatik Busur Sunda-Banda,telah menemukan beberapa indikasi mineralisasi logam yang cukup menarik untuk ditindak lanjuti. Mineralisasi pada umumnya terjadi pada batuan induk volkanik berumur Tersier, beberapa pada batuan metasedimen Pra-Tersier atau pada batuan intrusifnya sendiri dan mineral rombakan pada batuan sedimen kwarter. Sedangkan batuan yang menjadi heat source-nya adalah batuan intrusif berumur Pra-Tersier dan Tersier. Beberapa diataranya cukup baik untuk dipelajari misalnya, mineralisasi timah, logam langka dan logam dasar pada batuan granit di Sososrtolong dan Way Pubian, mineralisasi emas tipe urat epitermal dalam daerah WPP di G. Ciawitali (Kerjasama DSM-BRGM), mineralisasi tipe volkanogenik di Cibuniasih (Kerjasama DSM-MMAJ/JICA), mineralisasi logam dasar tipe porfiri di Sanenrejo dan mineralisasi logam dasar di Wai Wajo. 4 -1 Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan DSM -2000 4 -2
LOGAM KARYA TULIS MUHAMMAD GULAM NUGRAHA 116133004 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI MEKATONIKA TANGERANG MEI 2014
TPL -Prod/H.02 BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKMENJUR DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2003 Bahan Logam dan Bukan Logam Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran I -1 I. PENDAHULUAN A. Deskripsi Bahan teknik dapat digolongkan dalam kelompok logam dan bukan logam. Selain dua kelompok tersebut ada kelompok lain yang dikenal dengan nama metaloid (menyerupai logam) yang sebenarnya termasuk bahan bukan logam. Logam dapat digolongkan pula dalam kelompok logam ferro yaitu logam yang mengandung besi, dan logam non ferro atau logam bukan besi. Dari semua jenis logam dapat digolongkan menjadi logam murni dan lofgam paduan. Logam paduan artinya logam yang dicampur dengan logam lain atau bahkan dicampur dengan bukan logam. Ilmu logam adalah suatu pengetahuan tentang logam-logam yang menjelaskan tentang sifat-sifat, struktur, pembuatan, pengerjaan dan penggunaan dari logam dan paduannya. Pengetahuan bahan logam dan bukan logam mutlak harus dimiliki oleh awak kapal dalam bekerja di atas kapal. disamping itu awak kapal juga diharuskan mengetahui dan memahami tentang bahan teknik yang sering digunakan dalam bidang permesinan di kapal untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan bahan teknik yang digunakan di kapal. Modul kompetensi bahan logam dan bukan logam ini pada dasarnya merupakan materi kurikulum yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa SMK Bidang Keahlian Teknika Perikanan Laut untuk dapat mengidentifikasi dan memilih bahan teknik yang sesuai untuk digunakan di kapal. Modul ini di dalamnya berisi materi yang disajikan dalam beberapa kegiatan belajar antara lain yaitu : Kedua modul itu di sajikan dalam buku Materi Pokok Bahan Logam dan Bukan Logam. B. Prasarat Untuk mempelajari program ini siswa tidak dipersyaratkan memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus tentang bahan logam dan bukan logam. Hal ini disebabkan materi program ini dirancang sebagai suatu paket kompetensi utuh, supaya siswa dapat dengan mudah memahami, mengidentifikasi dan menerapkan prinsip-prinsip tentang bahan logam dan bukan logam sebagai bahan teknik, dalam pekerjaan dan kehidupan seharihari sebagai calon awak kapal di atas kapal niaga dan kapal perikanan. C. Petunjuk penggunaan modul 1. Penjelasan bagi siswa Modul ini membahas tentang bahan logam dan bukan logam berupa materi keterampilan dasar sebagai salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh awak kapal/calon awak kapal yang bekerja di atas kapal. Setelah mempelajari modul ini, Anda sebagai siswa SMK Bidang Keahlian Pelayaran diharapkan dapat memahami pentingnya bahan teknik, yang secara khusus dapat dirinci dalam bentuk-bentuk perilaku sebagai berikut ini : 1. Bahan Logam 2. Bahan Bukan Logam Bahan Logam dan Bukan Logam Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran I -3 a. langkah-langkah belajar yang harus ditempuh Untuk memberikan kemudahan pada Anda mencapai tujuan-tujuan tersebut, pada masing-masing butir bagian, Anda akan selalu menjumpai uraian materi, bahan latihan, rangkuman/inti sari dan tes formatif sebagai satu kesatuan utuh. Oleh karena itu sebaiknya Anda mengetahui seluruh pembahasan itu. Sedangkan untuk memperkaya pemahaman dan memperluas wawasan Anda mengenai materi, disarankan agar membaca rujukan yang sesuai dan dicantumkan dibagian akhir Buku Materi pokok ini. b. Perlengkapan yang harus dipersiapkan Agar dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan baik pada modul ini, maka perlengkapan kelas maupun di workshop harus disediakan selengkap mungkin antara lain seperti pada tabell berikut ini. Perlengkapan ruang kelas Perlengkapan workshop Bahan -OHP -LCD -Papan tulis -Mesin gergaji besi. -Ragum -Peralatan ukur. -Macam-macam bahan logam seperti ; 1. Bahan logam ferro. 2. Bahan logam non ferro. 3. Bahan bukan logam. Perlengkapan tersebut mutlak diperlukan untuk memperagakan dan mengidentifikasi bahan logam dan non logam kepada siswa SMK Bidang Pelayaran, Program Keahlian Teknika Perikanan Laut tersebut sesuai prosedur SOP. Bahan Logam dan Bukan Logam Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran I -4 c. Hasil Pelatihan Setelah siswa dapat menyelesaikan modul ini, siswa dapat menjelaskan, mengidentifikasi, memilih dan menentukan bahan logam dan bukan logam yang sering diketemukan di atas kapal perikanan, selain itu modul bahan logam dan bukan logam, yang mana merupakan tuntutan yang diperlukan di dunia kerja untuk dapat memilih dan menentukan bahan teknik. Hasil dari pelaksanaan pembelajaran pada modul ini, diharapkan siswa mampu untuk memilih bahan logam dan bukan logam saat memasuki lapangan kerja. d. Prosedur Sertifikasi Pada pembelajaran sub kompetensi bahan logam dan bukan logam, menitik beratkan pada mengidentifikasi, memilih dan menentukan bahan logam dan bukan logam. Untuk itu pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai proses pembuatan besi kasar dan baja sebelumnya harus tetap dikuasai. Setelah menempuh ujian atau evaluasi maka secara teknis siswa telah mampu untuk memasuki lapngan kerja, namun untuk melengkapi program diklat teknologi bahan dan teknik pengukuran. Untuk selanjutnya menempuh uji kompetensi yang dilaksanakan oleh Panitia Uji Kompetensi dan Sertifikasi (PUKS) untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Sekolah merekomendasikan siswanya untuk mengikuti uji kompetensi kepada PUKS. 2. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran a. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar. b. Membimbing siswa melalui tugas-tugas yang dijelaskan dalam tahap belajar. c. Membantu siswa dalam memahami konsep dan praktik baru dan menjawab pertanyaan siswa mengenai proses belajar siswa. Bahan Logam dan Bukan Logam Kompetensi : Teknologi Bahan dan Teknik Pengukuran I -5 d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan dalam belajar. e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. f. Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dari tempat kerja untuk membantu jikaa diperlukan. g. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya. h. Melaksanakan penilaian. i. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap pengetahuan dan ketrampilan dari suatu kompetensi yang perlu dibenahi dan merundingkan rencana pembelajaran selanjutnya.
Kata Kunci: aturan Wade, karbonil kluster logam, kluster halida molibdenum, kompleks kluster logam, kompleks polinuklir, senyawa kluster logam Ditulis oleh Taro Saito pada 05-12-2009 Analisis struktur senyawa kompleks polinuklir yang baru dipreparasi dan mengandung dua atau lebih logam, sampai tahun-tahun terakhir ini, sangat sukar. Namun, dengan kemajuan difraksi sinar-X pengetahuan kimia kita tentang kompleks polinuklir berkembang dengan cepat. Kompleks kluster logam adalah kompleks polinuklir yang terbangun dari tiga atau lebih atom logam transisi dengan ikatan antar logam terkoordinasi dengan ligan membentuk polihedral, misalnya segitiga, tetrahedral reguler, oktahedral reguler atau ikosahedral. Bahkan bila tidak ada ikatan kuat antar logam, asal ada interaksi ikatan, senyawa tersebut dapat diklasifikasikan dalam senyawa kluster. Kompleks kluster logam dapat secara kasar diklasifikasifikan atas golongan berdasarkan karakter umum ligan yang berikatan dengannya. Golongan-golongan itu adalah kluster logam berbilangan oksidasi rendah dengan ligan akseptor π seperti karbonil (CO), isonitril (RNC) atau fosfin (PR 3) dan dengan ligan donor π seperti oksigen (O), belerang (S), khlorin (Cl) atau alkoksida (OR). Banyak senyawa kluster belerang atau karbonil logam yang telah disintesis. Senyawa kluster karbonil didapatkan dengan memanaskan atau meradiasi senyawa karbonil mononuklir. Sifat kimia senyawa kluster seperti Fe 3 (CO) 12 , Ru 3 (CO) 12 , Os 3 (CO) 12 , Co 4 (CO) 12 , Ir 4 (CO) 12 atau Rh 6 (CO) 16 telah dipelajari dengan detil (Gambar 6.23).
The heat transfer is important in engineering field and aspects of the life. Many equipment was made by using principles of the heat transfer, like: the oven, iron, the car machine, the muffler, the room cooler et cetera. The principle of the work in the research, there was the heat source at the upper side and the sink (heat remover) at the bottom side so that the temperature different (was significant) along metal that was tested. The heat source from the electric heater, the object the test togethered with his heater all was isolated. The test object consisted aluminum with 20 mm2 cross section area, the steel and copper have 10 mm2 cross section area. The results that that the conductivity of copper was biggest were followed with aluminum and finally the steel.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.