Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Syariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum
…
12 pages
1 file
Dalam Islam, peperangan selalu identik dengan kata jihad. Legitimasi terhadap kebolehan berperang pun sering disandarkan pada ayat-ayat yang secara eksplisit memuat kata ini. Ada sebanyak 35 kata jihad dengan berbagai derivasinya yang tersebar di berbagai ayat dan surat yang berbeda. Banyak dalil-dalil nāqli yang berkaitan dengan mulianya menegakkan jihâd fî sabîlillâh bahkan perintah untuk menumbuhkan keberanian mengorbankan harta dan jiwa. Dengan demikian terasa wajar jika seseorang dengan prespektif religious normatifnya sangat antusias mengorbankan jiwa raganya atas nama jihad. Meskipun banyak tujuan jihad dilakukan, namun secara khususnya, kata jihad dimaksudkan untuk i’lâ`an li kalimâtillâh atau mengangkat agama Islam ke derajat tertinggi, membela, dan memeliharanya dari segala upaya perusakan. Secara teknis, jihad dalam Alkitab juga mengandung unsur yang metafisis berupa ketaatan pada Tuhan. Jihad merupakan perjuangan yang tidak dibatasi pada upaya fisik semata tapi termasuk ...
Jurnal THEOLOGIA, 2019
This study intends to examine the question of the controversy of naskh on verses of tolerance with verses of war. These issues are (1) what is meant by verses of tolerance and verses of war in the Qur'an, and (2) what is the ulama's view of the dualism of the two types of verses? For this reason, this study uses the literature review method with hermeneutical-critical and comparative analysis. This study produces several things. Firstly, there are verses of tolerance in the Qur'an, which amount to 114 according to some scholars, or 140 verses according to other scholars, and verses of war against idolaters which number not less than 22 verses. Secondly, theoretically the scholars have discussed the assumption of dualism (ta’āruḍ) between verses of tolerance and verses of war in the study of the Qur'an. Islamic intellectuals such as Ibn Sallāmah, al-Shāmi, and Abdullah Bin Baz acknowledge the existence of ta'āruḍ, and therefore they also state that verses of toler...
As-Syifa: Journal of Islamic Studies and History
This research attempts to study the hadith of war narrated by Imam Bukhāri. The results of this study indicate that war has two meanings, namely; physical and non-physical war. Physical war is divided into two, namely; War/ Jihad Mubada'ah and War/ Jihad Dafa'. Mubada'ah war is not justified in Islam because all humans currently live as brothers and sisters as fellow human beings. There are no Muslim or infidel labels in matters of muamalah / social interaction. As for war that aims to defend against enemy attacks, it is permissible to maintain self-dignity and religion. The humans allowed to fight are the infidels who attacked Islam. As well as wars that are allowed are wars that aim to survive and defend themselves when attacked by the enemy. Abstrak Penelitian ini berusaha untuk mengkaji hadis perang yang diriwayatkan oleh Imam Bukhāri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perang memiliki dua arti, yaitu; perang fisik dan non fisik. Perang fisik terbagi menjadi dua ...
Jurnal Jaffray, 2003
Blinding Glare of His Certainty" mempertanyakan antara iman kepercayaan Bush dengan keinginannya yang menggebu-gebu untuk menyerang Irak, walaupun mendapat tantangan dari masyarakat dunia maupun masyarakatnya sendiri. Apalagi kemudian ia menjadikan ayatayat Kitab Suci sebagai alat untuk mengesahkan opininya tentang
2019
This study focuses on the study of texts (Al-Qur'an and Hadith) about war, tracing history, and ending with a study of the types of warfare that are permitted in Islam. This research is based on library research, of course there are several methodological tools used to find answers; in collecting data, of course, it refers to the main sources namely Al-Qur'an and Hadith by applying the work patterns of the maudhu 'method, then it is equipped with references to interpretation and historical books. While in the analysis, researchers used the double movement theory Fazlur Rahman. In this study conclude that in the Islamic conception, the problem of war has been arranged comprehensively, both at the goal stage, the conditions for allowing war, to the ethics of war, have been described in detail. In principle, in Islam, war is only legalized in very emergency situations (forced), such as to resist enemy attacks, defend the rights that have been violated by the enemy, and prot...
Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an, 2020
This article presents the leadership of Prophet Muhammad PBUH in the field of military that has relevance to the Indonesian National Army as reflected in his actions and behaviors, which are highly spirited, brave and intelligent, militant, strong and skilled and his role model as a perfect individual. In leading the military, Muhammad PBUH prioritized ethics in battles and efforts for self defense. This is different from, example the style of military leadership of Hitler and Genghis Khan who tended to use any means to materialize their ambition to control a region. The perspective of the Qur’an and hadith on the military ethics of the Prophet is found in several characteristics, among others: 1) obedient and loyal to Allah the God, His Messengers, leaders and the people; 2) Commitment by mutual agreement with other parties; 3) Defending the oppressed; 4) Not damaging public facilities; 5) Not damaging historical sites; 6) Not killing the elderly, children and the surrendered. The ...
2015
Abstrak Persoalan perang dalam masyarakat Islam belakangan ini kembali menjadi problematis karena kini muncul kecenderungan kelompok-kelompok yang memahami perang sebagai sebuah gerakan ofensif atau menyerang. Pemahaman itu sangat mungkin didasarkan atas pembacaan terhadap ayat-ayat qitâl secara parsial. Kajian ini mencoba membaca ayat-ayat qitâl atau perang dari perspektif Qur'ani secara holistik-tidak hanya melalui pendekatan tafsir tapi juga Ushul Fikih-, yang dibingkai dengan pembacaan terhadap sejarah Islam, terutama dalam kaitannya dengan sejarah perang Nabi Muhammad dan juga dilihat dari perspektif prinsip-prinsip dakwah Islam itu sendiri, karena dengan begitu pembacaan terhadap ayat-ayat qitâl baru akan menjadi komprehensif dan tidak lagi sepotong-potong. Key words: ayat-ayat qitâl, perspektif Qur'ani, sejarah perang Nabi Muhammad, prinsip-prinsip dakwah Islam. Volume 1, No. 1, Februari-Juli 2015 1 Teori Naskh mengandaikan adanya pertentangan (ta'ârudh) yang tak ...
Suhuf, 2023
Al-Qur'an di dalamnya terkandung ayat-ayat yang memiliki arti perdamaian (āyāt as-silm) dan ayat-ayat yang memiliki arti peperangan (āyāt al-qitāl) atau disebut juga ayat-ayat pedang (āyāt as-saif). Sebagian mufasir berpandangan bahwa ayatayat perdamaian itu telah dianulir (di-nasakh) oleh ayat-ayat pedang atau ayat yang memiliki arti peperangan. Pandangan tersebut ditolak oleh mufasir lainnya, karena tidak sejalan dengan misi Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin atau membawa perdamaian. Jika ayat perdamaian dianulir dengan ayat peperangan akan dianggap bahwa Islam melegitimasi adanya kekerasan (violence) dan peperangan atas nama Al-Qur'an. Hal demikian akan menimbulkan persepsi bahwa Al-Qur'an menjadi penyebab lahirnya kekerasan dan peperangan dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendekatan mauḍū'ī, disimpulkan bahwa ayat-ayat peperangan tidak menganulir ayat-ayat perdamaian dan demikian pula sebaliknya. Masing-masing memiliki konteksnya sendiri. Ayat-ayat peperangan turun merespons konflik yang eskalatif antara kaum Muslim dengan orang Musyrik, Ahlu Kitab, Kafīr, dan Munafīk. Peperangan dalam Islam dibolehkan ketika kaum Muslimin dizhalimi dan karena diperangi terlebih dahulu oleh orang Musyrik atau Kafīr. Jika tidak dalam peperangan, hubungan sosial antara kaum Muslimin dengan non Muslim adalah didasari ayat-ayat perdamaian yaitu, bersikap toleran, sabar, memaafkan, mengalah, tidak mendendam, menghindari perselisihan, berdialog, serta hidup berdampingan secara damai. Kata Kunci: ayat peperangan, ayat perdamaian, konflik teeologis, mauḍū'ī, nasakhmansukh.
2019
ABSTRAK Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur‟an memuat kisah yang pastilah benar dan bermanfaat bagi manusia. Sebab, al-Qur‟an sendiri menamai dengan kisah-kisah terbaik. Salah satu diantara kisah dalam al-Qur‟an adalah kisah Qarun dan Musa yang memotret konflik antar keduanya, kisah ini tertuang dalam al- Qur‟an surat al-Qashas ayat 76-82. Peneliti menggunakan kitab tafsir at-thabari yang menggunakan metode bi al-ma‟tsur. Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan pokok permasalahan. Yang pertama, bagaimana konflik yang terjadi antara Qarun dan Musa dalam uraian tafsir at-Thabari surat al-Qashas ayat 76-82. Yang kedua, apa pesan-pesan yang diungkapkan dalam kisah Qarun dan Musa dalam surat al-Qashas ayat 76-82. Dalam menjawab permasalahan di atas penelitian menggunakan metode deskriptif, jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau Library Research, dengan penyajian teknik atau metode analisis isi (content analysis), teknik analisis adalah merupakan kesimpulan yang hasilnya dari sebuah buku atau dokumen, yang penggarapannya dilakukan secara objektif dan sistematis, metode ini juga didukung dengan berbagai dalil atau referensi sebagai data skunder yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik dalam kisah Qarun dan Musa disebabkan karena cara pandang Qarun yang matrealistis dan suka bergaya hidup glamor, tamak, lagi sombong. Sehingga menyeretnya jauh dari rasa syukur, menganggap bahwa syariat Allah Swt tidaklah mempunyai korelasi dengan kehidupan ini. Syariat Allah dan kesuksesan di dunia dianggapnya adalah sebagai dua bentuk yang berbeda dan tidak ada korelasi atau hubungan satu sama lain. Maka, sebab sikap tercelanya tersebut terbukti tatkala syariaat Allah turun melalui Nabi Musa tentang kewajiban membayar zakat ia keberatan, sehingga berbuat aniaya, menentang, memfitnah bahkan bersikap dengki atas kelebihan nabi Musa, sehingga berani menantang Nabi Musa berdoa bersama. Kisah Qarun ini mengajarkan umat tentang bahayanya sifat tamak dan sombong, dan sekaligus mengajarkan manusia tentang arti pentingnya sikap syukur. Allah Swt juga memberi satu kaidah yang tersirat dalam QS. Al-Qashas ayat 77 tentang bagaimana cara mengelola harta dengan baik, yaitu dengan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dan juga mengajarkan kepada manusia bagaimana cara menghindari sifat atau karakter Qarun dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan membudayakan sedekah sebagai wujud dari sikap syukur seorang hamba kepada sang pencipta.
2019
Islam adalah agama damai dan yang senantiasa mengajarkan kasih sayang dan berdakwah dengan persuasif. Islam agama yang rahmatan lil alamin, penuh kedamaian. Dalam menyampaikan agama ini, Rasulullah memperkenalkannya dengan penuh kasih sayang dan budi pekerti yang luhur. Maka menjadi sangat disayangkan apabila ada anggapan atau pendapat bahwasanya Islam disebarkan dengan jalan kekerasan maupun perang. Umat lain, Yahudi dan Nasrani, senantiasa menampilkan sisi propaganda mereka akan hal tersebut. dari zaman Nabi Muhammad hingga saat ini, mereka (Yahudi dan Nasrani) tak henti-hentinya melancarkan serangan pada umat Islam dengan berbagai macam bentuk serangan, baik serangan secara fisik (militer) atau serangan secara soft melalui ekonomi, politik, ajaran pemikiran dan lain-lain. Adapun salah satu bentuk dari serangan mereka, yaitu serangan pemikiran (ghazwul fikri). Ghazwul fikri (perang pemikiran) adalah suatu upaya untuk menyerang umat Islam dari segi ajaran, pola pikir, d...
Ushuly: Jurnal Ilmu Ushuluddin
Abstrak Dalam penelitian ini dijelaskan maksud daripada penafsiran Qs Al-Ahzab: 59 yang mana didalamnya terkandung perintah menutup aurat dan batasan-batasan aurat perempuan, penelitian ini mengambil corak penafsiran Al-Ad?bi Al-Ijt?ma’i yaitu corak penilitian yang berikblat pada kemasyarakatan. oleh karenanya muncul pendapat-pendapat yang dirasa lebih relevan untuk diangkat karena ulama’ menafsirkan sesuai dengan keadaan masyarakat pada masanya dan keadaan geografisnya. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) atau telaah pustaka sumber datanya terdapat sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analisis. Dengan menganalisis berbagai sumber baik primer maupun sekunder menghasilkan kesimpulan: 1) seluruh ulama’ menyatakan wajibnya menutup aurat perempuan. 2) adapun batasan-batasan Aurat pada dasarnya terjadi ikhtilaf antar para Ulama’ dalam setiap generasi akan tetapi tidak perbedaan yang segnifikan perbedaan terseb...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 2021
ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 2012
Jurnal Pengajian Melayu, UM, 2011
International Conference Communication and Sosial Sciences (ICCOMSOS), 2020
Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syariah, 2017
Dinar : Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam