Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2018, Jurnal Abadimas Adi Buana
Anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah anak-anak cacat atau hambatan fisik, mental, intelektual, sosial, atau emosional, seperti: anak-anak dengan autisme, tuli, buta, retradasi mental, cacat fisik dan lain-lain dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses pertumbuhan atau perkembangan dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, perkembangan kemampuan anak mengalami kendala dan beban orang tua, keluarga, masyarakat dan negara. Tujuan penanganan yang dilakukan oleh semua ahli akan berdampak positif bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Dalam berbagai aspek seperti di bidang akademik mampu mengikuti pelajaran dengan baik, di bidang sosial anak-anak mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan di bidang emosi anak dapat menyalurkan emosi menjadi hal-hal positif. Orang tua atau keluarga sebagai penyedia layanan utama untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, pada umumnya masih kurang memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk ...
Fitria Giri Anjani, 2022
Laporan ini berisikan tentang observasi anak berkebutuhan khusus atau anak yang butuh bimbingan di MIN 1 Lampung Utara
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31.. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, danHandicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut: Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dariimpairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ. Handicap :Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment ataudisability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu. Layanan pendidikan bagi ABK dikenal dengan Pendidikan Luar Biasa atau kini disebut juga Pendidikan Khusus (special education) atau ortopedogik. Berasal dari Bahasa Yunani, ortos yang berarti lurus, baik, normal, paedos yang berarti anak, dan agogos artinya
Pengetahuan tentang anak sudah lama dikenal. Pada zaman Romawi dan Yunani sudah ada para ahli yang memperhatikan pendidikan anak walaupun pada saat itu anak belum dipandang sebagai bentuk manusia tersendiri. Penelitian terhadap anak dan buku-buku mengenai perkembangan jiwa anak pada zaman dahulu masih sangat minim bahkan belum ada.
2021
Resensi buku merupakan kegiatan menelaah, mengulas, atau menilai suatu buku. Tujuannya adalah memperoleh sebuah informasi yang memuat identitas penulis, isi buku, serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada buku
2017
lhamdulillaahirobbil 'alamin penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat dan kasih sayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini. Salam dan salawat penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk menuju ridhaNya. Penulis sangat tertarik dengan keberadaan anak berkebutuhan khusus yang sangat istimewa dan luar biasa. Para orang tua dari anak berkebutuhan khusus adalah sosok yang juga sangat mengagumkan ketika menjalani hidup bersama buah hatinya. Ayat Al Qur'an menerangkan bahwa anak adalah titipan dan amanah dari Allah SWT yang harus senantiasa kita jaga semata-mata untuk mendapatkan rahmatNya. "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Qs. At Taghabun: 15) Memahami dinamika kehidupan anak berkebutuhan khusus, tumbuh-kembangnya dan bagaimana lingkungan dapat menjadi agen sosial yang turut mendukung, adalah tujuan utama dari penulisan buku ini. Anak berkebutuhan khusus hidup di masyarakat dengan jumlah yang tidak sedikit. Masyarakat tidak seyogyanya menutup mata mengenai keberadaan anak berkebutuhan khusus. Anak-anak ini membutuhkan stimulas itu mbuh kembang, penanganan khusus dari keluarga serta instansi sekolah, dan yang sangat penting adalah kebutuhan kasih sayang dan perhatian dari orangtua dan orang-orang dewasa di sekitarnya. Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa Psikologi di dalam pembelajaran matakuliah terkait anak berkebutuhan khusus. Karya sederhana inipun penulis harap dapat memberi gambaran sekilas mengenai anak berkebutuhan khusus bagi masyarakat dan pemerhati anak berkebutuhan khusus. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Psikologi Undip, yang banyak berkontribusi terhadap penyusunan buku ini. Penulis juga mempersembahkan buku ini untuk M. Hazza Rashif, seseorang yang tangguh, memiliki banyak keunikan dan keunggulan. Doa senantiasa penulis panjatkan agar ananda dapat menjadi individu yang mampu mengubah dunia menuju peradaban Qurani. Penulis mensyukuri nikmat Allah SWT, atas kehadiran Romy Yudianto, Saffana Chalisha Khansa dan Adrian Muhammad Al Fatih yang memberi kekuatan dalam setiap langkah hidup penulis. Penulisan buku ini masih jauh dari sempurna, dan penulis mengharap saran dan kritik membangun dari pembaca yang dapat dikirimkan ke alamat email terlampir. Dinie Ratri Desiningrum BAB ..... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. PBB memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus.
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Gizi Yang dibimbing oleh Ir. Nugrahaningsih, M.P dan Dra. Hj. Nursasi Handayani, M.Si Oleh Kelompok 6: Mayta Perdana 100341400713 Serly Frida Silvia Rizki 100341406440 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara ke empat yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal ini terbukti dari data sensus tahun 2004, Indonesia memiliki populasi 214.6 juta penduduk. Dari jumlah penduduk tahun 2004 tersebut, 8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun. Oleh karena jumlah populasi yang besar, Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi kebutuhan anak, dari segi pelayanan kesehatan maupun pendidikan. Hampir lebih dari 2 juta anak anak di bawah umur 5 tahun mengalami gizi buruk dan sepertiga dari anak berusia 5-9 tahun tidak mendapat pendidikan sekolah (Mashabi, 2009).
2018
Definisi anak berkebutuhan khusus tidak semata-mata dalam hal negative namun juga dipandang dalam berbagai perpekstif yang lebih luas, sehingga pemahaman tentang anak berkebutuhan khusus menjadi lebih positif.
Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus, 2024
TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSHS
2015
, jumlah anak berkebutuhan khusus yang berusia sekolah terus meningkat. Sekolah dan orang tua murid perlu berkolaborasi untuk mendukung proses belajar siswa. Dalam hal ini, perlu ada pengadaan dan penggunaan alat peraga bagi siswa berkebutuhan khusus. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji manfaat pembuatan dan penggunaan alat peraga bagi anak berkebutuhan khusus. Pembuatan dan penggunaan alat peraga ditujukan terutama bagi siswa berkebutuhan khusus di tingkat Sekolah Dasar, di sekitar Sekolah Teologi Kristen Pelangi Kristus, Surabaya. Dalam kegiatan tersebut, digunakan metode direct teaching dan praktik agar setiap peserta bisa menyesuaikan alat peraga dengan kebutuhan siswa. Hasil pelatihan yang telah dilakukan di Sekolah Teologi Kristen Pelangi Kristus, Surabaya menunjukkan bahwa siswa mampu menangkap materi pembelajaran jika diadakan adaptasi dan modifikasi cara menyampaikan materi.
AL-TAZKIAH, 2018
Special Needs Children (ABK) are individuals who have characteristics that are different from other individuals in the normal view of society in general. More specifcally, children with special needs show lower intellectual or emotional characteristics or higher than normal anal peers or are outside the normal standards that apply in society. So that it has diffculty in achieving success both in terms of social personal, and educational activities. especially what they have makes children with special needs need special education and services to optimize their inner potential. The impact of negative developments raises the risk of increasing the likelihood of the emergence of diffculties in adjustment to disabled children so that supporting factors are needed to adjust. Environment as an important factor to adjust. The attitude of parents, family, peers, school friends, and the general public as supporters in adjusting to their environment.
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui bagaimana kepuasan kerja pada terapis dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Dimana pekerjaan sosial sperti ini tentunya dituntut memiliki ilmu pengetahuan, keperibadian yang baik dan memiliki jiwa kemanusiannya yang tinggi. Profesi terapis selalu dihadapkan dengan berbagai macam persoalan yang ada di lingkungan pekerjaan sebagai terapis. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti menggunakan teknik snowball sampling, metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara mendalam dengan ke empat terapis. dimana penelitian ini menggunakan subjek yang telah lama bekerja selama empat tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ke empat subjek pada dasarnya menginginkan gaji yang lebih sesuai lagi karena pekerjaan dibidang sosial seperti ini menguras banyak energi dan dituntut selalu sabar dalam setiap sesi terapinya, kondisi kerja juga cukup berpengaruh terhadap keempa...
2 Aceh, sejumlah 57 Orang, dari 57 orang tersebut terdiri dari , tunagrahita, tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa termasuk cacat bawaan lahir, contohnya seper lahir dengan tampa kaki sebelah dan kaki pendek sebelah. Di luar data tersebut tentu masih banyak anak berkebutuhan khusus yang belum teridentifikasi dengan jelas jenis kelainan dan belum mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai anak berkebutuhan khusus menjadi salah satu penyebab permasalahan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi serta identifikasi anak berkebutuhan khusus di masyarakat maupun sekolah umum. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang muncul adalah : a. Apa itu ABK ( Anak berkebutuhan Khusus) ? b. Apa pengertian dan pembagian Tunagrahita ? c. Bagaimana keadaan dan pendidikan anak berkebutuhan khusus pada SLB-AB BUKESRA Ulee kareng Banda Aceh Khususnya bagi anak tuna Grahita? 1.3. Tujuan Identifikasi Adapun tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan identifikasi terhadap anak ABK di SLB-AB BUKESRA Ulee Kareng Banda Aceh adalah: a. Mengetahui pengertian ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) b. Mengetahui pengertian Tunagrahita dan pembagiannya c. Mengetahui bagaimana cara mendidik anak yang menderita tunagrahita ringan pada SD-LB Yayasan BUKESRA Ulee Kareng Banda Aceh 3 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Pengetian Pendidikan ABK ( Anak Berkebutuhan Khusus) Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia. Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. Seharusnya Pemerintah dapat memberikan perlakuan yang sama kepada Anak Indonesia tanpa diskriminasi, kalau bisa mendirikan SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri untuk anak bukan ABK, maka juga harus berani mendirikan SD-LB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri bagi ABK. Hingga Juni tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah dan DIY baru Pemerintah Kabupaten Cilacap yang berani mendirikan 4 SLB-AB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri masing-masing berdiri sendiri sebagai satuan pendidikan formal. 2.2. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anakanak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus
In this study, it examines children with special needs and their problems. The problem experienced by one crew member was that parents did not provide education to ABK, parents abandoned ABK and also parents did not provide good service to ABK. Although parents receive ABK in the family, parents do not provide education for various reasons. One family does not provide education on the grounds that the school specifically ABK does not want to accept children with ABK with Palsy. The schools that want to accept children with special needs are far from their homes. This study aims to determine the problems experienced by ABK in the Water Fence Settlements of Ingin Jaya District, Aceh Besar District. This study uses a descriptive method with a qualitative approach. The results of this study the problems experienced by ABK are not properly educated, not taken care of as other children and neglected. But on the other hand, ABK has the potential and expertise even the potential it has exceeds other normal children. Parents in Islam are required or make sure their children are normal or not normal to not be weak children. In every Pagar Air Settlement Village, there are different crew members.
JURNAL SPIRITS
Abstrak. Orang tua yang memiliki lebih dari satu anak berkebutuhan khusus mengalami berbagai permasalahan yang lebih instens. Orang tua juga dituntut untuk mengusahakan yang terbaik dengan keterbatasan yang dimiliki oleh anak mereka tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengusahakan yang terbaik bagi anak, dibalik permasalahan yang mereka alami adalah dengan bersyukur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebersyukuran pada orang tua yang memiliki lebih dari satu anak berkebutuhan khusus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Partisipan penelitian berjumlah empat orang yang terdiri dari dua orang tua yang memiliki lebih dari satu anak berkebutuhan khusus. Prosedur analisa data menggunakan metode Moustakas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua yang bersyukur ketika memiliki lebih dari satu anak berkebutu...
Komentar tentang buku ini: mencegah sakit influenza yang terlalu lama (terutama pada anak); dan menjaga telinga dari kebisingan.
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan pendidikan khusus untuk dapat memaksimalkan potensi yang mereka miliki. ABK dapat menerima layanan pendidikan khusus melalui sekolah luar biasa (SLB) atau sekolah inklusi. Pemerintah menjamin penyediaan layanan pendidikan khusus, namun masih banyak ABK yang belum menikmati layanan ini. Satu kategori ABK yang menjadi perhatian penulis adalah ABK dengan gangguan kesulitan belajar seperti kelainan bahasa dan gangguan intelektual ringan. Oleh karena itu, penulis menggagaskan suatu sistem dan lembaga yang fokus untuk menangani ABK pada kelainan-kelainan tersebut. Sistem dalam gagasan tertulis ini bertujuan untuk membantu ABK dengan kelainan bahasa dan gangguan intelektual ringan agar dapat memperoleh haknya akan pendidikan. Sistem dan lembaga ini bertugas untuk mengkoordinasi berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan khusus. Berjalannya sistem ini akan meningkatkan jumlah ABK yang memperoleh pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan khusus yang diperoleh ABK, dan pada akhirnya membantu ABK hingga menjadi mandiri secara finansial. Gagasan ini dilandasi oleh teori-teori yang diperoleh dari buku cetak mengenai ABK dan pendidikan khusus. Secara lebih spesifik, gagasan ini banyak terinspirasi oleh sistem hukum untuk pendidikan ABK di Amerika Serikat, yang disebut Individual Disability Education Act (IDEA). Penulisan dilakukan dengan melalui studi pustaka mengenai teori-teori di atas, keadaan kekinian pendidikan khusus di Indonesia, dan legislasi yang berkaitan dengan pendidikan khusus. Sistem dalam gagasan tertulis ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut, lembaga ini akan membantu mengkoordinasi proses identifikasi dini ABK melalui kerja sama dengan rumah sakit. Setelah teridentifikasi, lembaga akan menunjuk pembimbing bagi setiap ABK untuk memantau perkembangan mereka. Selanjutnya pembimbing akan merekomendasi sekolah yang sesuai dengan kebutuhan ABK. Setelah ABK lulus dari sekolah, pembimbing akan mengarahkan ABK untuk bekerja pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dengan begitu ABK diharapkan menjadi mandiri secara finansial. ABK di Indonesia belum dapat menikmati pendidikan yang sesuai secara optimal, maka dari itu penulis membuat sistem dan lembaga dalam gagasan tertulis ini agar ABK dapat ditangani secara optimal. Agar sistem ini berjalan dengan baik di Indonesia, dibutuhkan kerja sama dari beberapa instansi seperti Kementerian Pendidikan dan Budaya, Himpunan Psikologi Indonesia (HMPI) dan Asosiasi Psikolog Pendidikan Indonesia (APPI)
Musamus Journal of Primary Education
Setiap anak berhak mengenyam pendidikan dasar tanpa terkecuali. Sekolah dasar wajib menyediakan layanan bagi seluruh anak, baik yang normal secara umum maupun anak berkebutuhan khusus. Argumen tersebut diperkuat dengan adanya Convention on the Rights of Persons with Disabilities yang menyerukan bahwa pendidikan inklusi sangat penting untuk diberlakukan. Kenyataannya, banyak sekolah dasar yang belum mampu memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus. Guru merasa tidak mampu memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang masuk di sekolah reguler. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai pemahaman guru terhadap anak berkebutuhan khusus serta jenis-jenisnya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara memalui media google form dan melalui aplikasi whatsapp dengan triangulasi sumber. Partisipan yakni 28 guru dari empat sekolah di kota Merauke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92.9% guru suda...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.