Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
17 pages
1 file
Hyperbilirubinemia is an increase of the blood bilirubin level due to physiological or non-physiologic factors, which is clinically characterized by jaundice. Bilirubin is produced in the reticuloendothelial system as the end product of heme catabolism through an oxidation-reduction reaction. Due to its hydrophobic nature, unconjugated bilirubin is carried in the plasma, tightly bound to albumin. In the liver, bilirubin is transported into hepatocytes, bound to ligandin. After being excreted to the small intestine through the bile ducts, bilirubin undergoes a reduction to become colorless tetrapyrole due to the action of intestinal microbes.This unconjugated bilirubin can be reabsorbed into the circulation; therefore, it increases total plasma bilirubin. The treatments of hyperbilirubinemia in neonati are phototherapy, intravenous immunoglobulin (IVIG), replacement transfusion, temporary breastfeeding cessation, and medical therapy Abstrak: Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus. Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Pengobatan pada kasus hiperbilirubinemia dapat berupa fototerapi, intravena immunoglobulin (IVIG), transfusi pengganti, penghentian ASI sementara, dan terapi medikamentosa. Kata kunci: hiperbilirubinemia, bilirubin, biliverdin, siklus enterohepatik.
angel, 2019
PENDAHULUAN Pneumonia merupakan salah satu infeksi yang tersering pada neonatus dan salah satu penyebab terpenting kematian perinatal. Diperkirakan 3,9 juta dari 10,8 juta kematian setiap tahunnya terjadi pada 28 hari pertama kehidupan. 1 Pneumonia neonatal merupakan infeksi parenkim paru dengan terjadinya serangan dalam beberapa jam sejak kelahiran, yang dapat disamakan dengan kumpulan gejala-gejala sepsis. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta, aspirasi, atau diperoleh setelah kelahiran. 2 Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam etiologi. Organisme yang penyebab pneumoni bervariasi menurut kelompok umur. Neonatus sejak lahir sampai usia 3 minggu, kelompok bakteri pathogen yang umum didapatkan ialah B streptokokus dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri ini merupakan penularan yang bersumber dari ibu. Streptococcus pneumoniae paling sering didapatkan pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan. Pada umur 3 bulan sampai umur prasekolah, virus dan Streptococcus pneumoniae yang paling dominan menyebabkan pneumonia, sedangkan bakteri lain yang berpotensi termasuk Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B dan non-typeable strain, Staphylococcus aureus, dan Moraxella catarrhalis. 3,4,5 Pneumonia pada neonatus memberi gejala gangguan pernapasan pada bayi baru lahir, seperti pernafasan yang bising atau sulit, Takipnea > 60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus. Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti malas makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan temperatur, dan keseluruhan kesan bahwa bayi tidak baik. Pengujian hematologi, biokimia darah, dan kultur bakteri, pencitraan pencitraan dada radiografi dianggap komponen penting dalam membuat diagnosis pneumonia neonatal. Pencitraan diagnostik tidak hanya dilakukan pada penilaian awal kondisi neonatus dan untuk menegakkan diagnosis, tetapi juga untuk memantau perkembangan penyakit dan efek dari tindakan terapi intervensi. Radiografi thorax konvensional tetap menjadi diagnosis andalan pada neonatus dengan gejala distress pernapasan. Pada neonatus, radiografi thorax sebagian besar dilakukan dengan posisi supine dan dalam proyeksi anteroposterior. Pada pneumonia didapatkan Perbercakan dengan pola garis di perihilar yang dapat menyerupai Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), Perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia group B dapat menyerupai Hyaline Membrane Disease (HMD) dengan penurunan volume paru. Bayi
Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari (wewenang maternitas adalah 0-40 hari). Periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan. (Mary Hamilton, 1995: 217).
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Ada beberapa masalah yang dapat terjadi pada neonatus, bayi dan balita seperti muntah dan gumoh. Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah terpencil yang kehidupannya masih primitif, masih banyak ibu yang memiliki anak tetapi belum mengetahui penanganan gangguan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita seperti contohnya muntah dan gumoh yang kerap kali terjadi. Oleh karena itu dikhawatirkan ibu tidak bisa menangani masalah ini dengan benar. Dalam keadaan seperti ini maka peran bidan pendidik sangat diperlukan. Muntah dan gumoh pada neonatus, bayi dan balita dapat terjadi disebabkan posisi saat menyusu yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau bayi sudah kenyang tetapi diberi minum serta dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi, juga karena gangguan psikologi seperti cemas. Kasus seperti ini merupakan hal yang lazim terjadi pada neonatus, bayi dan balita yang dapat dicegah dengan mudah.
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HASAN SADIKIN BANDUNG DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1 DEFINISI ……………………………………………………………………….. 2 ETIOLOGI ……………………………………………………………………… 2 MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS ………………………………….. 3 PENATALAKSANAAN ……………………………………………………….. 5 RINGKASAN …………………………………………………………………... 13 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...……… 15 1 DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KEGAGALAN NAFAS PADA NEONATUS PENDAHULUAN Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan. Faktor resiko utama gagal nafas pada neonatus adalah prematuritas, bayi berat badan lahir rendah, dan penelitian menunjukkan kejadiannya lebih banyak terjadi pada golongan sosioekonomi rendah. 1,2 Pada suatu penelitian epidemiologi gagal nafas di Amerika Serikat, insidensi gagal napas di Amerika adalah 18 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun insidensinya lebih tinggi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, sepertiga kasus terjadi pada bayi dengan berat badan normal. Insidensi tertinggi terdapat pada ras kulit hitam dan sangat berhubungan dengan kemiskinan. 1 Di Indonesia, sepertiga dari kematian bayi terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, dan 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama dengan penyebab utama kematian diantaranya adalah infeksi pernafasan akut dan komplikasi perinatal. Pada suatu studi kematian neonatal di daerah Cirebon tahun 2006 disebutkan pola penyakit kematian neonatal 50% disebabkan oleh gangguan pernapasan meliputi asfiksia bayi baru lahir (38%), respiratory distress 4%, dan aspirasi 8%. 3,4 Meskipun angka-angka tersebut masih tinggi, Indonesia sebenarnya telah mencapai tujuan keempat dari MDG, yaitu mengurangi tingkat kematian anak. Dengan pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat, serta sistem rujukan yang baik, kematian neonatus khususnya akibat gangguan pernafasan diharapkan dapat terus berkurang. 3 Penatalaksanaan utama gagal nafas pada neonatus adalah terapi suportif dengan ventilasi mekanis, dan oksigenasi konsentrasi tinggi. Terapi lainnya meliputi high-frequency ventilator, terapi surfaktan, inhalasi nitrat oksida, dan extracorporealmembrane oxygenation (ECMO). 1 Penanganan neonatus yang mengalami gagal nafas memerlukan suatu unit perawatan intensif, dan penatalaksanaan yang optimal tergantung pada sistem perawatan neonatus yang ada, yaitu ketersediaan tenaga ahli, fasilitas yang memiliki kemampuan dalam menilai dan memberikan tatalaksana kehamilan resiko tinggi, serta memiliki kemampuan menerima rujukan dari fasilitas kesehatan dibawahnya. 1,2,5 Dengan lamanya waktu perawatan dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan, diagnosis dan tatalaksana yang tepat kegagalan nafas pada neonatus merupakan hal yang penting untuk menekan mortalitas dan biaya perawatan yang akan dikeluarkan. Dalam sari
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan yang saling berhubungan , sangat khusus dan kompleks. Sistem saraf ini mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara berbagai sistem. Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir, bahasa, sensasi dan gerakan semuanya berasal dari sistem ini. Oleh karena itu, kemampuan untuk memahami, belajar dan berespon terhadap rangsangan merupakan hasil dari integrasi fungsi sistem saraf, yang memuncak dalam kepribadian dan perilaku seseorang. Secara umum, sistem saraf bertanggung jawab untuk mengkoordinasi respon yang cepat san cermat. Sinyal-sinyal saraf dalam bentuk potensial aksi secara cepat merambat di sepanjang serat-serat sel saraf, menyebabkan pelepasan suatu neurotransmitter di ujung saraf yang akan berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat ke sel sasarannya sebelum respon timbul. Respon yang diperantarai oleh sel saraf bukan hanya cepat, tetapi juga singkat, kerjanya dengan cepat terhenti karena neurotransmitter dengan cepat disingkirkan dari sasarannya. Hal ini memungkinkan penghentian respon, pengulangan respon yang berlangsung hampir dengan segera atau muncul respon alternatif dengan segera, bergantung pada keadaan (sebagai contoh, perubahan cepat perintah ke kelompok-kelompok otot yang diperlukan untuk mengkoordinasikan gerakan berjalan). Cara kerja ini menyebabkan komunikasi saraf berlangsung cepat dan cermat. Jaringan sasaran saraf bagi system saraf adalah otot-otot dan kelenjar, terutama kelenjar eksokrin. Neurulasi berasal dari kata neuro yang berarti saraf. Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi ectoderm, sehingga disebut ectoderm neural. Sebagai inducer pada proses neurulasi adalah mesodem notochord yang terletak di bawah ectoderm neural. Neurulasi dapat juga diartikan dengan proses awal pembentukan sistem saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan pembentukan
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
SRIWIJAYA JOURNAL OF MEDICINE