Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2016, Naditira Widya
…
8 pages
1 file
Abstrak. Tulisan ini membahas perkembangan kebudayaan Banjar yang ditinjau dari peranan mantra. Mantraadalah rangkaian kata yang diucapkan untuk melakukan praktek magis. Mantra Banjar tumbuh dan berkembangdi wilayah tenggara Kalimantan. Pertumbuhan dan perkembangan mantra Banjar sejalan dengan perkembanganpendukungnya, yaitu masyarakat Banjar. Pada awalnya, mantra Banjar lahir dari karya seni ciptaan leluhurimajinatif Banjar yang percaya pada animisme atau kepercayaan Kaharingan. Kedatangan komunitas Jawa danMalayu yang berlatar ideologis Siva-Buddha membawa warna baru untuk mantra. Kemudian, ketika Islamdatang, agama baru ini menolak semua jenis mantra, penolakan ini mempengaruhi keberadaan mantra Banjar.Akibatnya, praktek ritual dengan mantra Banjar menurun, karena Islam mencapai popularitas yang luas. Namun,ternyata ada pula kesengajaan untuk menyembunyikan mantra untuk menjaga efek sakral dari mantra.Bagaimanapun, mantra tidak benar-benar menghilang. Sebagai warisan budaya Banja...
2016
Penelitian Nilai Budaya Urang Banjar belum banyak di lakukan. Penelitian ini mengacu pada Dimensi nilai budaya yang di kemukakan Troompenaar. Menurut Troompenaar nilai budaya memiliki 7 dimensi, yaitu: individualism - Communitarism, Specifik Relationship – Diffuse relationship, Universalism – Particularism, Neutral Relationship – Emotional Relationship, Achivemenent – Ascription, Sequential time – Synchoronous time, dan The Environment. Hasil penelitian yang dilakukan Troompenaar pada Indonesia, menunjukkan Indonesia berada pada kategori Communitarism, Diffuse relationship, Particularism, Neutral Relationship, Ascription, Synchoronous Time dan Outter Direction. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang sudah disiapkan sebelumnnya dengan menggunakan indikator dimensi nilai budaya dari Troompenar. Jumlah sampel adalah 192 orang. Fokus penelitian pada adalah Urang Banjar, dan kaitannya dengan nilai budaya Banjar.
Pelataran Seni
IntisariPenelitian ini berupaya menemukan kearifan lokal topeng Banjar di Desa Banyiur Luar, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode kuali-tatif yakni (1) menggunakan latar alami sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrumen utama, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih memperhatikan proses daripada hasil, (4) cenderung menganalisis data secara induktif, dan (5) makna merupakan perhatian utama. Hasil penelitian diperoleh norma atau nilai yang bersifat lokalitas secara simbolis ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk tradisi manu-ping Kearifan lokal yang tercermin dari tradisi pertunjukan manuping antara lain terdapat dalam aspek membersihkan topeng. Keturunan tradisi manuping membersihkan topeng dengan tapung tawar. Hal tersebut dapat dimaknai adanya nilai-nilai yang mengatur kearifan lokal setempat, terkandung nilai persahabatan dengan alam. Hasil penelitian ini dapat menjadi media untuk melindungi, mem...
ITTIHAD, 2016
Dewasa ini kearifan lokal semakin digiatkan kembali oleh pemerintah sebagai identitas sebuah budaya lokal. Karena setiap budaya akan menghasilkan produk budaya baik itu tradisi maupun kesenian yang mencerminkan identitas dari budaya tersebut. Dalam budaya Banjar pun banyak tradisi lokal yang bersentuhan dengan Islam. Ketika agama datang ke satu masyarakat, tentu masyarakat tersebut telah memiliki kebudayaan yang dijadikan petunjuk dalam bertindak walaupun bersifat lokal, tidak universal. Ada atau tidak ada agama, pedoman tersebut akan digunakan oleh masyarakat selama masih dianggap baik. Oleh karena itu, agama yang mempunyai kesesuaian dengan budaya setempat akan mudah diterima dan cepat berkembang. Sebaliknya, agama yang berlawanan secara diametral (garis pemisah) dengan kebudayaan akan ditolak oleh masyarakat.Kata Kunci: Islam, budaya, tradisi
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra, 2016
Pantun Banjar adalah sastra lama yang lahir, tumbuh, dan berkembang di masyarakat Banjar. Pantun Banjar dapat memberikan sumbangan dalam pembentukan pola pikir, sikap, dan tingkah laku masyarakatnya. Hal itu berarti pantun Banjar dapat menjadi media pendidikan untuk membentuk karakter masyarakat Banjar itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Dengan metode deskriptif nilai-nilai yang dapat membentuk karakter positif dalam pantun Banjar dapat diketahui, antara lain menjauhi perbuatan dosa, sikap rajin menuntut ilmu agama, jangan bersikap pemalas, dan memperhatikan lingkungan.
AL-BANJARI Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman, 2015
This article aims to explain the influences of sufism on Banjarese culture. The description is regarded important owing to tha fact that first arrival of Islam in this region in 16th century can be not separated from the role of sufism and sufi orders in Islamic intellectual discourses in Indonesia commonly. The existence of Islam, therefore, as etnic identity of this society necessarily was coloured of sufism in its character. This article concludes that the influences of sufism on Banjarese culture were reflected in social attitudes towards traditional ceremonies and social costums based on religious spiritual background.
2021
Cerita rakyat merupakan cerminan budaya masyarakat pendukungnya. Nilai budaya yang ada di dalam cerita rakyat dapat menjadi pedoman dalam berinteraksi antar individu, dengan alam, maupun Sang Pencipta. Penelitian ini mendeskripsikan tentang representasi budaya bagi masyarakat Banjar serta pola hubungan nilai budaya dalam cerita rakyat “Kisah Patih Empat”dengan pendekatan antropologi sastra. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi budaya bagi masyarakat Banjar dalam cerita rakyat “Kisah Patih Empat” merupakan gambaran sikap yang mengutamakan persatuan dan perdamaian, bersikap pantang menyerah, gambaran ideal pemimpin, gambaran religi masyarakat, latar tradisi, latar alam, dan latar akulturasi budaya. Latar akulturasi budaya berkaitan dengan pelestarian keris sebagai hasil budaya masyarakat Banjar. Adapun nilai budaya dalam tiap-tiap pola adalah (1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan...
Kelasa
The performance of panting music is a unique cultural heritage of the Banjar community.The problems that needs to be analyzed is how the performance and Banjar culture represented in panting music. This study uses ethnopoetis theory with qualitative research method. Data are collected through literature (books and video) study and interview. The result is panting music is a local literary performance that presents panting instrument with poetic language that are sung in a distinctive voice. Banjar song lyrics formed like a poem/abab/ and /aaaa/. The use of pause is deliberately done to emphasize words that want to be expressed, while the unique intonation appears on the strains of sound that float with a high pitch at the end of the song. The use of poetic language showed in the use of repetition, paradox, and special diction. The purpose of the poetic is for emphasizing words and increasing the beauty of sound.Banjar culture in social organization system represented in "Kayuh Baimbai", the community's livelihood system represented in "Pambatangan" and "Sungai Martapura , and live equipment and technology system represented in "Paris Barantai" and "Sungai Martapura".
MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis, 2022
Islam and Banjar culture are two things that cannot be separated in the life of their religious community, such as Hari al-Shura (10 Muharram) and Al-Syura porridge, maulidan, baayun maulid, batampung Tawar, bapalas midwife, baarwahan and bahaulan. The above tradition that is increasingly rarely encountered is the midwife's bapalas. This tradition should be reintroduced to the people of South Kalimantan, especially the Banjar tribal community, whether it is carried out by the government or community leaders so that the tradition is maintained.
2020
Abstrak Masyarakat etnis Aji (suku Haji) yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu bagian etnis besar Melayu yang memiliki tradisi bermantra. Berdasarkan pengamatan terhadap bentuk dan isi mantra masyarkat Aji ditemukan kecenderungan adanya sinkretisme, khususnya sinkretis fenomenologis. Sinkretisme tersebut dengan sendirinya memunculkan sebuah identitas ambivalen, satu sisi mempertahankan tradisi leluhur yang menganut ajaran Hindu-Budha dan satu sisi menganut ajaran Islam sebagai agama mereka. Kata kunci: mantra, sinkretisme, identitas Abstract Aji’s ethnic society (Haji ethnic) in South Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatera is one of the big Malay ethnics possessing mantra tradition. Based on the observation towards the form and the content of the mantra, it shows a tendency of syncretism, especially the phenomenological syncretism. This syncretism, by its own way, emerges an ambivalent identity. The society not only kee...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman
Addini Ranar, Yayang Malahayati, 2017
Zenodo (CERN European Organization for Nuclear Research), 2022
Yasinan Dan Tolak Bala, 2022
Journal of Architecture and Built Environment, 2008
Jurnal Humaniora, 2012
AL-BANJARI Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman, 2015
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 2017
Jurnal Psikologi Sains dan Profesi, 2017
Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer