Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
5 pages
1 file
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa: 1. Dapat menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu. 2. Dapat menentukan kalor pelarutan differensial. B. DASAR TEORI Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994). Suatu zat dikatakan tak larut, jika zat tersebut larut dalam jumlah yang sangat sedikit. Kelarutan suatu zat akan tergantung pada temperatur dan tekanan yang diberikan. Jumlah maksimal zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut dan pada suhu tertentu merupakan ukuran kelarutan suatu zat yang larut tersebut (Chang, 2005). Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat larut dan zat tak larut. Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm 3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan (Keenan, 1991). Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan. Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang larut dan yang tidak larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap.
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal) , Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id, Vol. 2 No. 2 (2013) pp. 110-121, 2013
Salah satu penggunaan beton mutu tinggi sebagai elemen struktur beton bertulang yang berfungsi sebagai daya dukung dan pengaku adalah kolom. Perilaku struktur kolom beton bertulang dengan pengekangan akibat temperatur tinggi perlu dipahami untuk menentukan apakah struktur kolom itu akan diganti atau hanya diperbaiki saja. Model yang digunakan sebagai validasi adalah hasil eksperimental (Faris Ali, 2010), dengan dimensi 127 x 127 mm² dengan tinggi 1800 mm, tulangan longitudinal 4Ø12 dengan mutu baja fy = 400 MPa, tulangan tranversal Ø6-120 dengan mutu baja fy = 240 MPa, sedangkan mutu beton tinggi fc’ = 104,5 MPa dan temperatur 867°C. Selanjutnya dibuat model implementasi pada ANSYS dengan dimensi, mutu baja dan mutu beton yang sama tetapi menggunakan tulangan tranversal Ø10-50. Untuk model DT.01 menggunakan tulangan longitudinal 4Ø12, model DT.02 menggunakan tulangan longitudinal 8Ø12, model DT.03 dan model DT.04 menggunakan tulangan longitudinal 8Ø12 tetapi dengan variasi pengekangan. Variasi temperatur yang digunakan adalah 20°C, 200°C, 500°C dan 1000°C Berdasarkan FEA, didapatkan momen ultimit terbesar adalah model DT.03 sebesar 303,2244 kNm. Nilai tegangan puncak dipengaruhi jumlah tulangan longitudinal dan akan menurun dengan bertambahnya rasio tulangan geser pada temperatur 20°C untuk DT.03 dan DT.04. Sedangkan kenaikan temperatur akan menyebabkan menurunnya tegangan puncak pada kolom dan bertambahnya rasio tulangan geser akan meningkatkan regangan pada tegangan puncak. Nilai regangan pada tegangan puncak dipengaruhi oleh rasio tulangan geser, semakin besar rasio tulangan geser, maka nilai regangan pada tegangan puncak akan semakin meningkat hal ini karena nilai daktilitas meningkat. Selanjutnya semakin meningkat temperatur pada kolom, maka nilai regangan pada tegangan puncak akan semakin meningkat sampai temperatur 500°C dan akan menurun pada temperatur 1000°C. Nilai beban ultimit sangat dipengaruhi oleh tulangan longitudinal dan akan mengalami penurunan dengan bertambahnya rasio tulangan geser. Sedangkan pertambahan temperatur akan menyebabkan berkurangnya nilai beban ultimit. Pengaruh pengekangan, kenaikan temperatur dan penambahan tulangan longitudinal pada kolom menyebabkan nilai deformasi semakin meningkat, kecuali untuk temperatur 1000°C. Nilai daktilitas dipengaruhi oleh pengekangan dan temperatur. Semakin banyak pengekangan maka nilai daktilitas akan semakin meningkat dan semakin tinggi temperatur nilai daktilitas akan menurun. Perilaku ratak dari retak pertama yang terjadi pada bagian atas dan bawah kolom dan retak ultimit yang terjadi pada seluruh bagian kolom yang mana pola retak paling dominan terjadi yaitu retak lentur. Kata Kunci: Pengekangan kolom, Temperatur, Momen Ultimit, Tegangan-regangan, Beban-deformasi, Daktilitas, Pola Retak
A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami apa itu larutan jenuh 2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan asam oksalat 3. Mahasiswa dapat menentukan harga kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu, yang kemudian dihitung panas pelarutan asam oksalat tersebut.
The objective of the study was to evaluate the influences of aging period, freezing temperature and packaging material on the frozen beef chemical quality. The material of the study was 2-3 years old Ongole grade beef of the Longissimus dorsi part, and was then classified into 3 treatments, namely A (aging periode; 0, 12 and 24 hours), B (freezing temperature; -10°C and -20°C) and C (packaging material; aluminum foil (Al), polyprophylene (PP), polyethylene (PE) and without packaging material). The observed variables were water content, crude protein, fat, ash content. The data were analyzed by the Completely Randomized Design (CRD) in the Factorial (3x2x4) pattern. The results indicated that the aging periode decreased the water content, and ash content significantly (P<0.05), and decreased the crude protein but increased the fat content insignificantly. The lower freezing temperature prevented the decreases of the water content, and ash content significantly (P<0.05), but prevented the decrease of crude protein, fat content insignificantly. The packaging material could prevent the decreases of water content, ash content significantly (P<0.05), but prevent the decreases of protein, and fat content insignificantly. A significant interaction (P<0.05) occured between the freezing temperature and packaging material factors on ash content of the frozen beef. The conclusion was the frozen beef without aging has a high of water content, protein, and ash, but has a low fat content.Temperature at -20 0 C and using aluminium foil packaging can prevent decreasing quality of frozen beef.
REAKTOR, 2012
Kinetika hidrogenasi katalitik 1-oktadekena telah dipelajari pada pengaruh temperatur reaksi. Katalis Ni/Zeolit dipreparasi melalui tahapan perlakuan asam (HF, HCl, NH 4 Cl), kalsinasi dengan N 2 , oksidasi dengan O 2 dan reduksi dengan H 2 serta impregnasi logam Ni (Ni(NO 3 ) 2 .6H 2 O) melalui teknik impregnasi basah dan pertukaran ion. Uji aktivitas katalis dilakukan pada reaksi hidrogenasi katalitik 1-oktadekena pada variasi temperatur yaitu 400°C, 450°C dan 550°C dengan laju alir gas H 2 yang tetap, 15 mL/menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi hidrogenasi katalitik senyawa 1oktadekena pada temperatur 400°C memilki konstanta laju reaksi (k) dan energi aktivasi berturutturut 0,0900 menit -1 dan -46,14 kJ/mol. Laju reaksi hidrogenasi katalitik senyawa 1-oktadekena dengan katalis Ni/zeolit semakin menurun dengan meningkatnya temperatur reaksi pada rentang temperatur 400 hingga 550 o C. Abstract Kinetic of catalytic hydrogenation 1-octadecena have been studied at temperature reaction influence. Ni/zeolite catalyst was prepared through acid (HF, HCl, NH 4 Cl), calcinations using N 2 , oxidation using O 2 , reduction using H 2 and impregnation Ni from Ni(NO 3 ) 2 .6H 2 O treatment. Catalyst activity was done at catalytic hydrogenation 1-octadecena at various temperature (400°C, 450°C and 550°C) using hydrogen at flow rate of 15 mL/minute. The research showed that hydrogenation catalytic of 1octadecena at the temperature of 400°C had reaction constant and energy activation were 0,0900 minute -1 and -46,14 kJ/mol. The rate of catalytic hydrogenation 1-octadecena using Ni/Zeolite was decreased while the temperature was increasing from 400 o C to 550 o C.
1243050053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2016 Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan
Teori Permintaan, Penawaran dan Aplikasinya, 2019