Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
11 pages
1 file
The meaning and concept of the word "saleh" is unique in literary studies. There are many interpretations of "saleh" in the short story "Robohnya Surau Kami" written by Navis. The meaning and concept can be comprehensively analyzed by using many approaches, one of which is by Cultural Semiotics approach. This study shows a process of signification and extension of meaning and concept as a very dynamic metalanguage.
Science is a subsidiary of philosophy. As a mother, philosophy has a responsibility to guard science in order to keep on the right track. Science building is on three philosophical foundation: ontological, epistemological and ethicl grounding. They are all important, no one can be abandoned. Science should not only highlight one these aspect. Nowdays science developes to become many branchs. Each branch tends to emphasize one aspect of some elements of science. The condition is more complicated when many interests get involved. Science must remember its duty and mission. Any sophisticated development of a science, should not leave its philosophical foundation, so that science does not come out of its essence, which is to be able to contribute to the life of mankind.
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra, 2021
Abstrak: Banjir besar melanda bumi Kalimantan Selatan pada awal Januari 2021. Pada saat yang sama, muncul mitos-mitos yang berhubungan dengan banjir besar ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan mitos yang muncul pada saat banjir, menjelaskan hubungan antara banjir (lingkungan) dan mitos ini, dan mengungkap penyebab pengaruhnya kepada masyarakat. Ada beberapa tahapan dalam penelitian ini; Pertama, mendata mitos-mitos yang muncul pada saat banjir besar bulan Januari 2021; Kedua, menghubungkan dan mencari sumber mitos itu dari sastra lisan di Kalimantan Selatan. Ketiga, Mengungkapkan makna mitos tersebut. Keempat, menganalisis mitos-mitos dengan menggunakan teori ekokritik Garrard. Kelima, menghubungkan antara mitos dengan masyarakat serta pengaruh mitos itu dalam masyarakat. Ada dua mitos yang muncul pada saat banjir di Kalimantan Selatan, yaitu mitos naga dan mitos keladi. Mitos naga bersumber dari adanya cerita naga penunggu Sungai Barito dalam cerita Asal Mula Sungai Bari...
www.ilhamkadir.com, 2013
Buku ini unik, karena berbentuk tanya jawab. Dan pastinya, bagi Anda yang ingin tahu lebih jauh tentang Syiah, terdapat pertanyaan yang mungkin selama ini telah lama terpendam dalam benak, namun belum jua menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan, atau pernah menemukan jawaban, tapi tidak sejelas dengan jawaban yang ada dalam buku ini.
Jurnal Theologia Aletheia 17/9, 2015
Though, in general, the historical existence of Jesus is considered to be an axiomatic truth, the historical record shows that there were some people from past centuries who doubted that He actuallly existed. Yet, this notion was not seriously heard at that time. However, that fact doesn‟t discourage some contemporary thinkers who call themselves as Myhthicist to re-echo this view. In this article, the author will first of all describes the historical sketch of the emergence of this idea. After that, the author will describe and summarize the main arguments of some major Mythicist thinkers, before finally, the author will evaluate each of their arguments to show that actually the Mythicist only perform a myth about “the myth.” - Meskipun secara umum eksistensi historis figur Yesus merupakan kebenaran yang dianggap aksiomatis,sejarah mencatat adanya beberapa orang dari abad-abad lampau, yang menyangsikan bahwa Pribadi ini benar-benar pernah ada. Hanya saja, ide ini tidak mendapat sambutan yang serius pada masa itu. Meski demikian, ini tidak menyurutkan beberapa pemikir kontemporer yang menyebut diri mereka Mythicist, untuk menggemakan kembali ide ini. Dalam tulisan ini, pertama-tama penulis akan memaparkan sketsa sejarah kemunculan ide ini. Setelah itu, penulis akan memaparkan dan merangkumkan garis besar argumen beberapa pemikir utama kelompok Mythicist, sebelum pada akhirnya, penulis akan mengevaluasi tiap-tiap argumen mereka untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya para Mythicist hanya menampilkan sebuah mitos tentang “mitos.”
Mengkaji cinta, terutama mitos mengenai belahan jiwa. Menelusuri esei Judith Butler mengenai "Doubting Love", tulisan singkat ini melihat cinta sebagai suatu yang mengusik. Mengusik apa yang kita pahami dan tidak di dalam hidup. Sampai pada akhir bahwa usikan tersebut tetap dipikir, dicari, dan didamba untuk merasakan momen 'hidup'.
Pada bulan Desember 2002 lalu, kota London menjadi tuan rumah acara tahunan kontes kecantikan Miss World yang ke-52. Menurut jadwal, acara tersebut semestinya diselenggarakan di Nigeria, namun akhirnya terpaksa dipindahkan karena munculnya reaksi negatif dari kaum Muslim Nigeria yang berunjuk rasa memenuhi jalan-jalan, menentang acara yang mempertontonkan sekelompok wanita berbusana minim hingga sebagian besar auratnya terbuka di depan publik. Namun, ironisnya, kontes tahun ini dimenangkan oleh satusatunya peserta Muslimah dalam kontes ini, yaitu 'Miss Turki'. Setelah dinyatakan sebagai pemenang kontes, Azra Akin -Miss Turki itu-membuat pernyataan sebagai berikut, "Saya berharap akan dapat menjadi gambaran tentang perempuan yang baik. Saya merasa sangat terhormat menjadi Miss World. Saya pikir, mendapatkan kedudukan sebagai Miss World merupakan sesuatu yang amat baik, dan saya berharap akan dapat membuat suatu perbedaan". Meskipun Azra berpandangan demikian, namun banyak perempuan di seluruh dunia -baik Muslim maupun non-Muslim-yang tidak menganggap kontes-kontes semacam itu akan mendatangkan kehormatan bagi kaum perempuan. Bahkan sebaliknya, kontes seperti itu justru akan menurunkan status perempuan dan hanya membuat perempuan menjadi objek pemuas syahwat kaum laki-laki. Namun demikian, apabila kita telaah lebih jauh konsep mengenai citra perempuan yang sempurna atau kepribadian yang ingin diraih oleh setiap perempuan, termasuk di dalamnya gambaran mengenai ukuran kecantikan menurut Azra dan para kontestan lainnya, maka kita akan mendapati betapa masih banyak perempuan di dunia ini -baik Muslim maupun non-Muslim-yang berpandangan seperti Azra. Kenyataan menunjukkan bahwa pandangan yang dominan di tengah-tengah masyarakat dunia saat ini tentang apa yang dimaksud dengan "Wanita Cantik" adalah pandangan yang bersumber dari masyarakat kapitalis Barat. Yang dimaksud dengan "Wanita Cantik" -menurut mereka-adalah perempuan yang tinggi, ramping, dan berkulit putih. Selain itu, pandangan umum masyarakat dunia tentang kepribadian perempuan yang sempurna lebih banyak diukur dari sisi penampilan dan cara berbusana ala perempuan Barat. Penting untuk dipahami bahwa citra yang ingin diraih seorang perempuan sebenarnya memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang perempuan tersebut, tidak sekedar menunjukkan bagaimana perempuan ingin menampilkan dirinya kepada dunia secara fisik. Citra yang ingin diraih seorang perempuan itu akan dapat memberikan gambaran mengenai pandangannya tentang kehidupan, serta bagaimana ia ingin menjalani kehidupan ini. Naomi Wolf dalam bukunya "The Beauty Myth" menulis, "Sifat-sifat yang dianggap sebagai ukuran kecantikan pada suatu zaman tertentu sesungguhnya hanya merupakan simbol-simbol perilaku perempuan yang diinginkan pada masa itu. Mitos kecantikan (yang dijadikan patokan oleh masyarakat) sebenarnya menentukan perilaku (yang diinginkan masyarakat dari seorang perempuan), bukan sekedar penampilannya." Lantas, seperti apa sebenarnya jati diri yang menjadi landasan citra perempuan sekuler Barat? Jati diri perempuan sekuler Barat itu dibangun atas dasar pemikiran bahwa kaum perempuan harus bebas menentukan segala aspek kehidupan dirinya menurut jalan pikirannya dan keinginannya sendiri. Mulai dari penampilannya, etika berbusananya, bentuk pergaulannya dengan laki-laki, serta peran yang dilakukannya di dalam keluarga dan masyarakat. Singkat kata, jati diri itu dibangun di atas pemikiran bahwa tidak boleh ada satu pihak pun yang menentukan citra atau gaya hidupnya, atau memberikan batasan-batasan kepadanya. Tidak juga Allah Swt, Zat yang menciptakannya. Inilah jati diri yang ditunjukkan masyarakat sekuler Barat kepada dunia, manakala mereka menyebarluaskan citra perempuan Barat ke seluruh muka bumi. Inilah jati diri yang mereka harapkan bakal dianut oleh setiap perempuan di dunia, termasuk kaum perempuan di Dunia Islam. Media Barat memainkan peranan yang sangat penting dalam upaya meraih tujuan ini. Mulai dari industri musik dan film yang mengekspor produk mereka ke negeri-negeri kaum Muslim untuk mengagung-agungkan citra perempuan Barat, hingga iklan-iklan pakaian, kosmetik, dan asesoris kecantikan di berbagai majalah dan papan-papan iklan yang bertebaran di jalanan Turki, dunia Arab, dan negeri-negeri Islam lainnya. Penayangan kontes kecantikan Miss World merupakan contoh nyata upaya mereka dalam meraih tujuan ini. Pada bulan Desember 2002 itu, lebih dari dua milyar penduduk bumi menonton acara kontes kecantikan tersebut. Sementara itu, citra perempuan yang dibangun di atas landasan jati diri lainnya, seperti Islam atau kaum Muslimah, yang menentukan bentuk penampilan dan gaya hidup mereka berdasarkan ketentuan Sang Khaliq -bukan jalan pikirannya sendiri-dianggap sebagai sesuatu yang buruk, terbelakang, dan menindas. Pandangan ini terungkap melalui pernyataan beberapa tokoh Barat. Pada tahun 2001, Cherie Blair pernah menyampaikan pandangan ini secara terbuka di sebuah konferensi pers tentang etika pakaian Muslimah. Saat
₪ Mitos berasal dari bahasa Yunani: muthos, secara harafiah berarti; cerita atau sesuatu yang diceritakan; secara luas dapat diartikan sebagai suatu cerita, pernyataan atau alur drama.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Sakura, 2022
Studia Philosophica et Theologica, 2006