Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
23 pages
1 file
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA KEPALA KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak adalah gangguan fungsi normal otak karena baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragik, serta edema serabral di sekitar jaringan otak. (Fransisca, 2008 , 96) Pada kecelakaan lalu lintas, cedera kepala biasanya terjadi karena kepala yang sedang bergerak mendadak berhenti atau terpantul kembali. Apa yang terjadi pada kepala bergantung pada kekuatan benturan, tempat berturan dan faktor-faktor pada kepala itu sendiri. Gaya benturan dapat menimbulkan distorsi tengkorak, gerakan otak yang lurus atau memutar di dalam rongga tengkorak dengan akibat bermacam-macam. (Markam, 2009, 71) B. ANATOMI dan FISIOLOGI Sistem persarafan terdiri atas otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui serat-serat saraf dan jaras-jaras secara langsung dan terus-menerus. Perubahan potensial elektrik menghasilkan respon yang akan mentransmisikan sinyal-sinyal. 1. Otak Otak dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu serebrum, batang otak, dan serebellum. Batang otak dilindungi oleh tulang tengkorak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak, yaitu tulang frontal, parietal, temporal, dan oksipital. Dasar tengkorak terdiri atas tiga bagian fosa (fossa), yaitu bagian fosa anterior (berisi lobus frontal, serebral bagian hemisfer), bagian fosa tengah (berisi batang otak dan medula) 2. Meningen Bagian bawah tengkorak dan medulla spinalis ditutupi oleh tiga membrane atau meningen. Komposisi meningen berupa jaringan serabut penghubung yaitu melindungi, mendukung, dan memelihara otak. Meningen terdiri dari duramater, arakhnoid, dan piamater. a. Duramater Adalah lapisan paling luar yang menutupi otak dan medulla spinalis, duramater merupakan serabut berwarna abu-abu yang bersifat liat, tebal, dan tidak elastis. b. Arakhnoid Arakhnoid merupakan membrane bagian tengah yang tipis dan lembut yang menyerupai sarang laba-laba, membrane ini berwarna putih karena tidak dialiri aliran darah. Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid yang memproduksi cairan cerebrospinal (CSS). Pada orang dewasa, jumlah CSS normal yang diproduksi adalah 500 ml/hari dan sebanyak 150 ml diabsorbsi oleh vili. Vili juga mengabsorbsi CSS pada saat darah masuk ke dalam system (akibat trauma, pecahnya aneurisma, stroke, dan lainnya) dan yang mengakibatkan sumbatan. Bila vili arakhnoid tersumbat (peningkatan ukuran vertikal) dapat menyebabkan hidrosefalus. c. Piamater Piamater adalah membrane yang paling dalam berupa dinding tipis dan transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak. 3. Serebrum
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok umur produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Tidak hanya berakibat pada tingginya angka kematian pada korban kecelakaan. Justru, yang harus menjadi perhatian adalah banyaknya kasus kecacatan dari korban kecelakaan. Khususnya, korban kecelakaan yang menderita cedera kepala.
Everyone at the time of exercise is always faced with the possibility of coming injury, and this injury can interfere with daily activities can even have a profound effect fatal so that you cannot do any activity at all for weeks weeks. Causes of sports injuries are TRAUMA (forced ruda) directly (concerning the soft tissues, namely: skin, muscles, tendons and ligaments) or not directly (concerning the hard tissue ie bone). This trauma can occur due to two factors, namely the Overuse factor (syndrome) excessive use) and environmental factors (temperature, weather, altitude, and depth). In general, many sports injuries are caused by overuse factors. Martial arts is one sport that aims to improve physical fitness, body art, and skills to defend themselves from attacks enemy. This sport is included in the body contact sports category because of it exercise This pencak silat often happens compared to non body contact sports. Injuries that are often experienced by martial arts athletes usually affect the joint area legs and knees, legs, folds of thighs (groin), joints of the hands / elbows and shoulders, arms hands, face / head, stomach, chest and waist. This injury can occur due to overuse factor. Why do martial arts athletes often experience these injuries? How to overcome immediately after an injury just happened? How to prevent agar injury does not appear during martial arts exercise?
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001) Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan ( accelerasidecelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk. Dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) ini merupakan pedoman yang dibuat berdasarkan data dan konsensus para kontributor terhadap tata laksana saat ini yang dapat diterima.PNPK ini secara spesifik dapat digunakan sebagai panduan pada pasien dengan keadaan pada umumnya, dengan asumsi penyakit tunggal (tanpa disertai adanya penyakit lainnya/penyulit) dan sebaiknya mempertimbangkan adanya variasi respon individual. Oleh karena itu PNPK ini bukan merupakan standar pelayanan medis yang baku. Para klinisi diharapkan tetap harus mengutamakan kondisi dan pilihan pasien dan keluarga dalam mengaplikasikan PNPK ini.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.