Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2021, TAUFIQUR RAHMAN
…
9 pages
1 file
Tugas Kuliah Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah Pascasajana Institut Agama Islam Negeri Madura
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu sama lain, karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia yang lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk beriteraksi dengan sesamanya, selain itu manusia memiliki potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Dari adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan), saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Perbedaan antarmanusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antarsesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan gender, suku, agama, dan lainlain. Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul suatu pertanyaan bagaimana guru dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk belajar dan membantu saling belajar satu sama lain?
Abdurrahman dan Bintoro memberi batasan model pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003: 60). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berinteraksi dan belajar secara bersama meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. B. Landasan Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif didasarkan teori konstruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan cara mongkonsrruksi pengalamannya. Usaha untuk mengkonsrruksi pengalaman akan lebih mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama. Menurut Arends (2008: 37), akar intelektual pembelajaran kooperatif berasal dari tradisi pendidikan yang menekankan pemikiran dan praktis demokratis: belajar secara aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati pluralisme di masyarakat yang multikultural.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. B. Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Lampung agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran. Bab II Model Pembelajaran Kooperatif A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangatpenting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatifmerupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
h
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia saat ini memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Salah satu diantaranya melakukan evaluasi kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh. Di zaman sekarang,paradigma mengenai proses pembelajaran yang mengatakan bahwa seorang anak bagaikan kertas putih bersih yang menunggu dan membutuhkan coretan dari guru-gurunya sudah tak lagi tepat. Namun peserta didik diwajibkan untuk bisa lebih mandiri dan tidak hanya menunggu apa yang di berikan oleh guru. Guru hanyalah sebagai fasilitator dan mengarahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Namun,guru tetap saja memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada peserta didik. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.
Agar mencapai tujuan empat pilar pendidikan Indonesia, berbagai macam komponenkomponen dalam prosesnya harus berjalan beriringan, termasuk hal yang paling penting adalah cara memilih model pembelajaran bagi guru terhadap peserta didik, yakni meningkatkan aktivitas peserta didik, serta mengembangkan kemampuan pemahaman peserta didik, model pembelajaran kontekstual atau (Contextual Teaching and Learning) menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan, pada proses pembelajaran kontekstual guru membantu mengaitkan materi yang pembelajaran yang diajarkan dengan keadaan nyata siswa yang dapat mereka bayangkan, hingga muncul pemahaman siswa dalam pikiran mereka gambaran hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
A. KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KELOMPOK Kelompok merupakan konsep yang penting dalam kehidupan manusia, karene sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki, dan merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kelompok, setiap anggota kelompok akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Berdasarkan psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelajaran ini, pengembangan pembelajaran kelompok, pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal. Menurut Teori Medan, bersumber dari aliran psikologi kognitif Menurut Psikologi Gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi pengaruh. Menurut Teori Psikodinamika, kelompok bukan hanya sekedar kumpulan individu, melainkan merupakan satu kesatuan yang memiliki dinamika dan emosi tersendiri. B. KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( SPK ) Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Empat unsur penting dalam SPK : 1. Adanya peserta dalam kelompok. 2. Adanya aturan dalam kelompok 3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok 4. Adanya tujuan yang harus dicapai Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar, pengelompokan siswa dapat ditetapkan berdasarkan atas minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan siswa, campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun yang ditinjau dari kemampuan. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki, maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
Prodi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu siswa belum menguasai bahan pembelajaran. Rusman (2014, h. 201) juga menyatakan bahwa teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Dalam teori kontruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya. Selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilam yang diharapkan.Kauchak dan Eggen (1998) juga menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran. Tipe GI (Group Investigation) merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi serta menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa, sementara guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Metode GI (Group Investigation) yang pertama kali dikembangkan oleh Sharan dan Sharan (1976) ini merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Pada prinsipnya, metode GI (Group Investigation) sudah banyak diadopsi oleh berbagai bidang pengetahuan, baik humaniora maupun saintifik. Akan tetapi, dalam konteks pembelajaran kooperatif, metode GI (Group Investigation) tetap menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa. Menurut Rusman (2014, h. 22) mengemukakan beberpa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah sebagai berikut:
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Ellese Sulistianingsih, 2014
Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2011
Mukmin Amsidi IMMawan, 2019