Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2021, `A Jamiy : Jurnal Bahasa dan Sastra Arab
…
11 pages
1 file
This writing aims to examine the development of Umawy and Abbasy literary criticism. The method used in collecting data in this historical research is the literature method, the researcher looks for all the data related to this research and then records the data into a notebook. The method used in this research is descriptive qualitative method, this method uses interpretation through descriptive media. Meanwhile, the approach applied in this research is a historical approach, in which the researcher looks for history related to the development of literary criticism in Umawy and Abbasy The results of this study are that we can find out the definition and division of literary criticism, and find out about the purpose of prose and poetry Umawy or Abbasy. In addition, this research produces information about literary criticism in Umawi and Abbasy. In Umawy, literary criticism is still in a developmental stage, whereas in Abbasy, literary criticism is in a perfect state.
Hijai - Journal on Arabic Language and Literature
This article aims to describe about literary criticism during the period of ignorance from the perspective of Muhammad Abdurrahman Ibrahim. The method used in collecting historical research data is the library method. The results of his research show that jahiliah literary criticism appears simultaneously with Arabic poetry which is often read in the markets so that people instinctively and spontaneously want to judge whether poetry is good or bad. Based on Ibrahim's point of view, the characteristics of ignorant literary criticism are that it is subjective-impressive and results from thought and patience. Subjective criticism includes linguistic aspects, meaning, 'aruḍ, and the way of delivery. While the criticism that comes from thinking and patience includes tathqĪf and tanqĪm, al-riwāyah wa al-talammudhah, and al-ikhtiyār. The five features of literary criticism are dhawq fiṭry, spontaneity, partial, general, and concise. The principles aren't based on technical rules, but rather the personal judgment of the critic.
Masa kekhalifahan Abbasiyah merupakan masa kekhalifahan terlama pada masa sejarah muslim klasik, yakni dari tahun 750-1258 M. Masa Kekhalifahan Abbasiyah dianggap sebagai masa keemasan islam (the golden age) baik dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial, budaya, dan segala bidang lainnya mengalami kemajuan pesat daripada masa-masa sebelumnya. Salah satunya adalah di bidang sastra. Berbeda dengan pada masa Bani Umayyah yang hanya mengenal dunia syair sebagai titik puncak dari berkesenian ini dikarenakan pula Bani Umayyah adalah bani yang sangat resisten terhadap pengaruh selain Arab, maka pada zaman Abbasiyah inilah prosa berkembang subur. Mulai dari novel, buku-buku sastra, riwayat, hikayat, dan drama. Bermunculanlah para sastrawan yang ahli di bidang seni bahasa ini baik puisi maupun prosa. Wilayah kajian sastra tidak hanya puisi dan prosa tetapi sudah meluas dalam bidang karya tulis lainnya. Sastrawan pada masa ini dianggap sebagai gudangnya ilmu pengetahuan (Rusmana, 2011).
Alsina : Journal of Arabic Studies, 2020
The transition period of the Umayyad dynasty to the Abbasid dynasty occurred in a span of 100 years. There are fifteen great poets whose poetry represents the study of this research. The results of this study indicate that there are seven types of poetry found in the transition period, namely madh, hija, naqaidh, zuhud, gazal, khamriyyat, and fakhr. These seven poems have different characteristics to fulfill different functions. Among them are diction which uses connotative words, strong imagination, uses a lot of simile/tasybih, cynicism, sarcasm, personification, and metaphor/istia'rah.
2018
ABSTRAK : Daulah Abbasiyah adalah daulah Islam dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas, dari perbatasan India hingga Maroko bahkan membentang hingga Eropa. Memimpin dalam kurun waktu yang sangat panjang dengan menorehkan sejarah sebagai mercusuar kegemilangan ilmu pengetahuan dunia. Interaksi budaya Arab dengan berbagai budaya dan peradaban lain seperti Persia, Yunani bahkan India menumbuhkan atmosfer pengembangan ilmu pengetahuan menjadi semakin kental. Diantaranya ilmu pengetahuan di bidang bahasa atau linguistik yang tidak bisa dipisahkan dengan kitab suci agama Islam yaitu Alquran dan sunnah nabawiyah. Sehingga sampai hari ini linguistik Arab masih terus dikaji dan dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui library research . Penelitian ini mengungkap tentang pertumbuhan dan perkembangan linguistik beserta tokohnya pada setiap periode daulah Abbasiyah. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui perkembangan linguistik Arab pada zaman Abba...
KULTURISTIK: Jurnal Bahasa dan Budaya
Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa bidang, salah satunya adalah bidang kesusastraan. Kesusastraan islam menjadi lebih gemilang di era Abbasiyah, karena pemerintah dan seluruh lapisan masyarakatnya memberikan apresiasi yang besar terhadap karya-karya kesusastraan Abbasiyah. Sastra Abbasiyah mengalami pembaruan genre, genre yang dihasilkan menjadi lebih variatif. Dalam karya prosa dan syi’ir, terjadi perluasan makna serta tema dalam karya-karya tulisnya. Tokoh sastra yang cukup populer dalam genre syi’ir dan prosa adalah Ibn Al-Muqaffa dan Abu Nuwas. Adapun pembahasan dalam tulisan ini yakni penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra Abbasiyah, khususnya karya syi’ir Abu Nawas berjudul “al-I’tiraf” dan prosa Ibn Al-Muqaffa berjudul “Kalilah Wa Dimnah”. Metode pendekatan pada analisis ini yakni dengan menggunakan pendekatan teori stilistika, stilistika merupakan metode untuk menganalisis penggunaan gaya bahasa atau majas terhadap suatu karya. Mayoritas ga...
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Bahkan, kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. Islam memang beda dari agama-agama lain. H.A.R Gibb didalam bukunya Whither Islam menyatakan, "Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization" (Islam sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa yang satu, bahasa Arab, sebagai bahasa administrasi. Semua ungkapan-ungkapan budaya juga diekspresikan melalui bahasa Arab, meskipun ketika itu bangsa-bangsa non-Arab juga sudah memulai berpartisipasi dalam membina suatu "kebudayaan" dan "peradaban". Sejarah politik dunia Islam dibagi menjadi tiga periode: pertama, periode klasik (650-1250 M); kedua, periode pertengahan (1250-1800 M) dan ketiga, periode modern (1800 sampai sekarang). Pada periode pertama terjadi apa yang disebut dengan "masa keemasan" sejarah Islam. Sebagai masa keemasan, ia seringkali dijadikan tolok ukur dan rujukan keteladanan. Pembuatan makalah ini, dengan segala keterbatasannya mencoba menceritakan tentang Dinasti Umayyah II yang terletak di Spanyol dan juga Dinasti Abbasiyah. Beserta dengan masa keemasan yang dialami oleh Dinasti Umayyah II dan juga Dinasti Abbasiyah. B. Rumusan Masalah
2014
Sastra pada masa Dinasti Bani ‘Umayyah berkembang orientasinya sebagai tindakan reaktif atas problematika yang muncul di zamannya. Munculnya kelompok-kelompok politik, aliran-aliran keagamaan, fanatisme kesukuan di masa ini telah menjadi sebab atas kelahiran tema-tema baru di dalam sastra, di antaranya adalah tema al-siyâsiy (politik), naqâidh (polemik), dan syi`r al-ghazal (cinta). Dari tema-tema yang muncul tersebut, dapat dilihat bahwa pada masa ini karya sastra tidak hanya dibuat untuk tujuan personal, melainkan dipergunakan untuk kepentingan kelompok (sekte) dan kekuasaan dan bahkan karya sastra menjadi barang komoditas (takassub bi al-syi`r) yang diperjual-belikan, sehingga fungsi yang ada pun tidak hanya sekedar untuk memberikan kesenangan dan nilai guna, melainkan ada fungsi-fungsi lain yang hadir mengikuti pola perkembangan sastra pada masa itu.
Peradaban besar sering kali dihasilkan dari peristiwa besar. Seperti halnya yang terjadi ketika pasukan Prancis tiba di negeri Mesir pada tahun 1798. Periode ini betulbetul menjadi momen bersejarah bagi peradaban Mesir. Hingga para Ahli sejarah bersepakat menyebutnya sebagai "Permulaan dari Periode Modern."
Jurnal Adabiya, 2023
The development of literary criticism in the Arab world has gone through a long process, where some methods also changed and developed along with the development of literary works in the Arab world. Not much different from the world of Arabic literature which has been echoed since the jahiliyah era, since that time also literary criticism began to surface. In the realm of Arabic literary criticism, classical literary criticism is the root that exerts an influence on contemporary literary criticism. The popularity of Arabic poetry became a stimulus for the birth of criticism to the point of giving birth to several figures with their own styles of criticism. This article aims to provide a glimpse into the journey of literary criticism in the contemporary period, by presenting some of the figures who struggled and were directly involved in the develoment process of contemporary literary criticism.
2009
Abstraksi: Tetralogi “Kritik Nalar Arab” (Naqd al-‘Aql al-‘Arabi) merupakan proyek kebangkitan dan modernisasi yang dibangun kokoh oleh Mohammed Abed al-Jabiri di atas puing-puing reruntuhan kejumudan konstruksi pemikiran Arab-Islam. Tetralogi Kritik Nalar Arab mencakup Takwîn al-‘Aql al-Arabi (1984), Binyah al-‘Aql al'Arabi (1986), Al-‘Aql al-Siyâsi al-‘Arabi (1990), dan al-‘Aql alAkhlâqi al-‘Arabi: Dirâsah Tahlîliyyah Naqdiyyah li Nudhm al-Qiyam fi Tsaqâfah al-'Arabiyyah (2001). Kritik Nalar Arab diproyeksikan sebagai batu loncatan menuju rasionalisme kritis guna mengejar ketertinggalan peradaban Arab-Islam dari kemajuan pesat Eropa Modern pasca-Renaissance. Kritik Nalar Arab diandaikan mampu mensinergikan serta mendialogkan kesenjangan dan benturan antara tradisi (turâts) dan modernitas. Kritik Nalar Arab terpahat menjadi ukiran konsepsi unik yang mendapat apresiasi terluas dibanding konsepsi-konsepsi kebangkitan lain yang muncul dalam kebudayaan Arab kontemporer. Namun, ...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies, 2018
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman, 2019
Advance UTHM Malaysia, 2022
MUDABBIR Journal Reserch and Education Studies
Afshaha: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab
Jurnal Tamaddun, 2024
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 2022
Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary Journal of Islamic Studies