Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
9 pages
1 file
2021
Artikel ini menjelaskan dua hal penting, yakni realita dan faktor masyarakat nelayan di Indonesia serta upaya pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan bagi masyarakat nelayan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi
Jurnal Subtantia, 2024
This study explores the concept of multiculturalism within the fisherman community of Pusong Village, Lhokseumawe, Aceh Province. Here, multiculturalism naturally emerges among lowincome and fisherman populations, not upheld by the educated members of the society. This research aims to identify how multiculturalism is maintained in a village that has historically grown on the outskirts of Lhokseumawe since the beginning of Indonesia's independence. The focus is on understanding the existing social relationship patterns, exploring the multicultural understanding developed by the community, and investigating why the majority of the fisherman community accepts a diversity of ethnicities and religions in their village. A qualitative descriptive methodology was employed, with data gathered through field observations, in-depth interviews, and relevant literature analysis. The findings reveal that the sustenance of multiculturalism in Pusong Village is supported by communal empathy, active roles of community leaders as models of socialization, high social concern, social interactions transcending individual backgrounds, and strong adherence to local norms and rules. Multiculturalism in Pusong Village organically evolves, significantly influenced by the economic and social dynamics associated with the village's position as a port and market area. This study demonstrates how ethnic and religious diversity in Pusong Village can serve as an exemplar of how diversity can promote social harmony and enhance communal welfare.
D021181022_KEHIDUPAN NELAYAN DAERAH PESISIR BERBASIS AGAMA, 2019
Dari yang saya tulis, saya mengangkat kasus pencemaran dan krisis lingkungan yang dialami masyarakat daerah pesisir pantai serta kurangnya lagi sumber daya laut yang menjadi sumber penghasilan masyarakat pesisir tersebut. Disini dituliskan bahwa salah satu penyebab utama terjadinya pencemaran dan krisis lingkungan ialah berasal dari keserakahan dan ulah manusia dalam memenuhi hasratnya. Sangat jarang didapatkan upaya atau solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran dan krisis lingkungan tersebut. Solusi yang paling tepat yaitu bagaimana cara menumbuhkan kesadaran masyarakat daerah pesisir akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya laut karena tanpanya akan mengancam kehidupan masyarakat daerah pesisir kedepannya. Dengan kearifan lingkungan berbasis agama, diharapkan masyarakat pesisir dapat menyadari pentingnya menjaga lingkungan yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.
Tugas Makalah WSBM Jusniar Bahtiar M021201034
AGAMA DAN MASYARAKAT Agama adalah fenomena hidup manusia. Dorongan untuk bergama, penghayatan terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaanya dalam masyarakat bias berbeda-beda, namun pada hakekatnya sama, yaitu, bahwa semua agama merupakan jawaban terhadap kerinduan manusia yang paling dalam yang mengatasi semua manusia. Pada hakekatnya seluruh manusia ini secara fithriah mempunyai potensi untuk percaya kepada Yang Maha Esa dank arena agama yang mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan merupakan bagain yang tak terpisahkan dan kehidupan umat manusia. Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. https://www.dinidownload.com/ <a href=”https://www.dinidownload.com/”>Dini Download</a>
Veronika Masseng
Eka septiani, 2021
Abstrak A fishing community is a community that lives and grows and develops in a coastal area, namely a transitional area that connects the sea and land areas. Patron-client is an unequal (but not territorial) relationship between superiors (patron or leader) and a number of subordinates (clients or servants or followers) based on asymmetrical exchange of servants where in fact the patron depends on clients who provide services for free which may include economic obligations, paid or unpaid duties as soldiers of war, political support and other services offset by the role of the patron to be a leader figure for all clients and the provision of assistance including loan money and protection provided by the patron if needed. One of the adaptation strategies undertaken by fishermen in overcoming the economic problems they face is through social relations. The relationship in question is a patron-client relationship. This relationship will affect 2 aspects, namely relationships that are economic in nature and relationships that are non-economic in nature. key word : Patron-client, The adaptation strategy, namely economic relations and non-economic relationships.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kesadaran masyarakat nelayan pada program jaminan kesehatan di desa Karangantu Banten, setelah berbagai upaya sosialisasi melalui berbagai media oleh pengelola terkait. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode survei, yaitu sebuah desain penelitian yang memberikan uraian kuantitatif maupun numerik dari sejumlah pecahan populasi (sampel) melalui proses pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa penghitungan distribusi frekuensi dihasilkan mean sebesar 18,60 prosentase dibawah mean = 13%, prosentase disekitar mean = 33% dan prosentase diatas mean = 52 % ini maknanya bahwa kebanyakan responden memahami dan memiliki kesadaran dengan apa yang dimaksud program kesehatan masyarakat tersebut, namun sosialisasi program masih perlu di dilakukan dengan strategi komunikasi yang baik ini didasari pada nilai persepsi di bawah meannya. Semenjak BPJS mengantikan program program jaminan sosial di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, sosialisasi programnya masih belum bisa dipahami, dimengerti, dan diterima oleh masyarakat atau publik. Walapun upaya lembaga yang berkepentingan telah menyuarakan melalui berbagai media informasi. Masyarakat nelayan di karangantu juga tidak luput dari sosialisasi program jaminan kesehatan tersebut, pada kenyataannya minat masyarakat masih rendah terhadap keikutsertaannya, bagi mayoritas mereka memandang Jaminan Kesehatan adalah program berobat gratis dari pemerintah dan masayarakat lainnya mengira itu sebagai produk asuransi. Kesalah pahaman masyarakat nelayan tentang program ini dapat berpengaruh pada kesadaran mereka dalam membayar iuran premi bulanan bagi masyarakat yang telah menjadi peserta
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 8, No. 1, Mei 2017, 2017
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya, 2017