Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
37 pages
1 file
Ikan budidaya sangat rentan terhadap infeksi oleh mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri dan parasit (Adams and Thompson, 2006). Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh infeksi mikroorganisme patogen ini sangat besar hingga mencapai US$ 3 miliar per tahun (Subasinghe et al., 2001) dan menurunkan jumlah produksi di seluruh dunia (Hill, 2005). Selain infeksi mikroorganisme patogen, degradasi kualitas lingkungan juga menjadi salah satu faktor penghambat untuk menjamin keberlanjutan produksi ikan budidaya (Karakassis, 2001). Oleh karena itu sangat dibutuhkan sebuah kegiatan monitoring dan program pengelolaan kesehatan ikan yang efektif yang meliputi seluruh aspek kegiatan budidaya termasuk dalam hal identifikasi dan manajemen resiko penyakit ikan dan lingkungan, mengurangi resiko terhadap paparan ataupun penyebaran patogen hingga kepada pengelolaan penggunaan obat dan bahan kimia (Adams and Thompson, 2006).
Buletin Veteriner Udayana
Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki sumber daya ikan yang melimpa namun tidak lepas dari berbagai infeksi jenis virus. Infeksi virus pada ikan menyebabkan kematian akibat kerusakan yang multiorgan pada ikan seperti nekrosis dan perdarahan. Kematian ikan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi para pembudidaya ikan. Kurangnya pengetahuan pembudidaya ikan tentang penyakit ikan dan pencehahannya menjadi salah satu faktor tingginya kasus penyakit infeksi virus pada ikan. Tulisan ini untuk menyajikan penyakit ikan akibat Infeksi virus yang mengancam budidaya ikan di Indonesia seperti Viral Nervous Necrosis, Koi Herpes Virus, Channel Catfish Virus Diseases, Infectious Pancreatic Necrosis, dan Lymphocystic Disease Virus. Sumber kajian dalam tulisan ini berasal dari laporan penelitian atau literatur tentang infeksi virus pada ikan, secara khusus laporan kasus pada budidaya ikan di Indonesia. Penyakit infeksi virus tersebut dapat bersifat akut maupun kronis dimana infeksi terjadi akib...
2008
Observation on parasitic diseases had been conducted in Gondol Research Institute for Marine culture on mild fish ( Chanos chanos ), seabass ( Lates calcarifer ), tiger grouper ( Epinephelus fuscoguttatus ), humpback grouper ( Cromileptes altivelis ), mangrove grouper ( E. coioides ), camouflage grouper ( E. microdon ), coral trout ( Plectropoma leopardus , P. maculatus ), snappers ( Lutjanus argentimaculatus, L. seabae ) and napoleon wrasse ( Cheilinus undulatus ) rearing in captivity. The result showed that Cryptocaryon irritans was found on napoleon wrasse and humpback grouper; Amyloodinium ocellatum was found only on napoleon wrasse; Gill flukes ( Haliothrema sp. dan Diplectanum sp. ) was found on humpback grouper and mangrove grouper; skin flukes Neob enedenia sp. was found only on napoleon wrasse and B enedenia was found on all grouper, snapper and seabass; Crustacea ( Rhexanella sp. ) and copepod ( Caligus sp. and Lepeophtheirus sp. ) was found on all grouper, snapper and sea...
2018
Fish pathogens cause disease in many species of freshwater and marine fish; however, relatively few fish pathogens were known to be zoonotic or causing disease in humans. Zoonotic disease transmission from animals primarily through direct contact, direct contact with vectors and contaminated media, oral ingestion or inhalation of aerosols. Several bacterial pathogens among the potential zoonotic can be found in association with aquatic animals. Aquatic animals live in a wide range of conditions, thereby in fuencing the particular bacterial species that are associated with certain species. Aeromonas spp.; for example, is more commonly associated with freshwater species, whereas Vibrio spp. is generally associated with marine species of aquatic organisms. The most important of the helminths acquired by human from fish were herring worms (Anisakis species) or cod worms (Pseudoterranova decipiens), Diphyllobothrium latum, Paragonimus westermani, liver fluke (Clonorchis sinensis and Opis...
Jurnal Ilmu Kedokteran (Journal of Medical Science), 2021
Nematode worm Anisakis sp is the causative agent of anisakiasis, a zoonosis which continues to be a health problem in humans, globally. Its clinical spectum varies from mild to very severe and always connected with sea fishes, one important source of nutrition for the community that cannot be ignored. In addition, consumer’s behavior and lifestyle in processing and consuming sea fishes also have has the potency as the predisposing factor for its transmission and clinical manifestations. This review article aimed to describes recent global data on anisakiasis and its occurrence in marine fishes of Indonesian waters and the risk of transmission in the community.
Media Akuakultur, 2018
Piscine nodavirus sebagai penyebab penyakit VNN (Viral Nervous Necrosis) dan iridovirus merupakan jenis virus yang dikenal menjadi penyebab utama kematian ikan laut yang dibudidayakan. Virus ini mampu menginfeksi ikan dari ukuran benih sampai ukuran konsumsi dan dalam waktu dua minggu, kematian mencapai 80% sampai 100%. Pada pembenihan larva dan benih ikan dalam skala rumah tangga ataupun hatcheri lengkap di sepanjang pantai di wilayah Bali Utara sering mengalami infeksi VNN dan iridovirus Namun, informasi terjadinya infeksi belum didata dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi mengenai peta infeksi atau serangan virus pada pembudidaya/pembenihan ikan sepanjang tahun 2017 di Bali Utara. Sampling dilakukan pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan Oktober. Di samping melakukan sampling, juga dilakukan input data dari hasil analisis sampel di laboratorium bioteknologi yang diperoleh dari pemilik hatcheri/pembudidaya ikan. Analisis VNN menggunakan metode IQPl...
Nervous Necrosis Virus (NVV) and Iridovirus infection is known to cause mass mortality in marine aquaculture fish species. Monitoring activity which become one of main responsibilities of Batam Mariculture Development Center was carried out to detect the occurrence of NNV and Iridovirus in mariculture production units. Sampling was performed by using purposive sampling method and analyzed both in field and laboratory. Furthermore, water quality were also collected to gain the quality profile and interview was performed to gain prime information about the application of health management practices. Based on polymerase chain reaction followed by Insulated isothermal PCR analysis method, we investigated the occurrence of positive NNV in tiger grouper Epinephelus fuscoguttaus cultured in Batam and positive indication of Iridovirus in humpback grouper Cromileptes altivelis cultured in Teluk Mandeh and Asian Sea bass Lates calcarifer in Kota Baru-South Borneo. Water quality analysis showed that the environmental quality still appropiriate for mariculture activities and not become a trigger for the emergence of NNV and Iridovirus disease outbreaks. Although the origin of NNV and Iridovirus are difficult to trace, evidence showed that some infection may have been contributed by the importation of fish fingerlings from other regions. Currently, effective treatment for NNV and Iridovirus still need further study hence strict biosecurity application need to be carried out in order to control the spread of virus in the fish stocks.
i SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini siap untuk digunakan. Materi Penyuluhan merupakan salah satu bagian yang penting dalam penyelenggaraan suatu penyuluhan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai. Kami berharap materi ini akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian tujuan dari Penyelenggaraan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan materi penyuluhan ini masih banyak kekurangan. Kritik, usul, atau saran yang konstruktif sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya di masa mendatang. Jakarta, Nopember 2011 Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan ii PENGANTAR Tujuan budidaya lobster air tawar ada dua yaitu bahan makan dan ikan. Oleh karena itu usaha budidaya ini tidak ada ruginya karena bisa dipasarkan pada dua pangsa pasar berbeda yang sangat luas. Harga lobster air tawar lebih tinggi daripada udang windu dan vaname, sementara itu lobster air laut keberadaannya semakin langka akibat penangkapan berlebih dan penurunan kualitas lingkungan laut, lebih lanjut lobster air tawar ini relatif tahan terhadap penyakit dan tidak sulit dalam pemeliharaan, tidak seperti memelihara windu atau vaname yang tidak lepas dirundung penyakit. Budidaya lobster air tawar mempunyai prospek yang sangat bagus.
2015
Kondisi hematologi dapat menggambarkan kesehatan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kondisi hematologi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang dibudidayakan di keramba apung di Sungai Kapuas Kota Pontianak, sehingga dapat diketahui apakah ikan-ikan tersebut mengalami serangan penyakit atau tidak secara lebih dini. Pada penelitian survei ini, ikan sampel dikumpulkan secara acak dari beberapa pembudidaya ikan di KelurahanParit Mayor, Tambelan Sampit, Banjar Serasan, Dalam Bugis, Tanjung Hilir, and Tanjung Hulu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hemoglobin ikan lele dumbo, ikan mas dan nila merah yaitu 4,00±0,68 g/100 ml; 6,26±0,92 g/100 ml dan 5,42±1,14 g/100 ml secara berturut-turut.Kadar hematokrit ikan lele dumbo adalah 16,63±3,10 %; ikan mas 19,72±2,88 % dan nila merah 27,31±2,88%. Jumlah eritrosit ikan lele dumbo yaitu 7,46±1,63 x 104 sel/mm3;ikan mas dan ikan nila merah adalah 6,76±1,07 x 104 sel/m...
PAMERI: Pattimura Medical Review
Indonesian people who live on the coast have a distinctive living environment and are different from the city area. Most people in eastern Indonesia such as the Maluku people have to survive amid economic downturns which is one of the main problems causing the health of coastal fishing communities very concerning. Disease patterns faced by coastal fishermen are usually in the form of musculoskeletal disorders, eye disorders, digestive disorders, nutritional problems, Acute Respiratory Infections (ARI), hearing loss, problems with poor habits due to insufficient nutrient consumption, lack of clean and healthy living behaviors, environmental factors that play a role such as a temperature, humidity, extreme weather, being exposed to animal bites in the sea, the duration of contact with seawater, lack of awareness of the importance of the use of personal protective equipment, the habit of smoking and consuming alcohol. This research aims to determine the characteristics of disease patt...
Journal of Aquaculture Management and Technology, 2016
Friskila Egata Suisan, 2024
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman
Media Akuakultur, 2012
Jurnal Megaptera, 2023
Jurnal Riset Akuakultur
TOHAR MEDIA, 2023
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Diakronika, 2021
Muhamad akbar al-magribi, 2024
Jurnal Ilmu Lingkungan, 2016
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan
Jurnal Komputasi, 2016
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2018