Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2017
…
14 pages
1 file
Perkembangan zaman yang semakin hari semakin pesat telah menggiring manusia pada kehidupan yang kompleks sekaligus dihadapkan pada persoalan hidup yang juga kompleks. Terkait dengan persoalan dakwah, nampaknya tidak ketinggalan pula telah masuk pada problematika yang kompleks juga. Dimana para dai dituntut untuk tidak hanya mampu menyampaikan pesan-pesan ajaran agama ansicg, tapi lebih dari itu semua, para dai pun dituntut untuk mampu menyumbangkan pemikirannya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup dan kehidupan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam konteks yang demikian, para dai dituntut untuk mampu berpikir keras dan radic (menyeluruh sampai ke akar persoalan). Dalam konteks berpikir ini maka para dai harus mampu berpikir kritis dan –memiliki ilmu berpikir (filsafat). Oleh sebab itu, para dai perlu menguasai ilMu filsafat dakwah agar dakwahnya bisa –selain menyelamatkan manusia dari kebodohan—juga dapat membantu manusia dari persoalan kehidupan yang membelitnya.
This article analysis philosophical approaches to the study of dakwah. The writer identifies three main positions dealing with the relationship between philosophy and dakwah. These three positions are: (1) philosophy as the handmaid of dakwah; (2) philosophy as the analytic study of dakwah; and (3) the philosophy of science as a secondary reflection on the study of dakwah. As the handmaid, philosophy defenses religious convictions. Its program is to demonstrate rationally the existence of God. And the philosophy of science scrutinizes the nature of dakwah studies. Philosophy, as the analytic study, aims to analyse and clarify the nature and function of dakwah.
sementara ini, ada upaya penyederhanaan ( simplikasi) makna dakwah. Dakwah hanya dipahami sebatas penyampaian materi keislaman lewat podium atau tabligh. Padahal, pengertian dakwah jauh lebih luas dari itu. Dakwah adalah upaya penyampaian materi keislaman agar mad'u menjadi lebih baik lagi.....
Dakwah, khususnya dakwah Islam merupakan sesuatu yang sangat kompleks. untuk itu, perlu kajian yang sangat mendalam tentang itu. Khususnya melalu perspektif dan Dakwah di dalam Ak-Qur'an itu seperti apa. makalah ini akan sedikit membahas dakwah menurut dan dalam perspektif Al-Qur'an
2018
Dalam tradisi kristiani, Filsafat sangat erat dikaitkan dengan teologi. Sebab “ credo ut intelligam” dan "fides quaerens intellectum". Filsafat melayani pemahaman iman. Namun, tradisi memperlihatkan juga bagaimana terutama filsafat humanis dan ilmu-ilmu modern yang empiris –rasional menantang pemahaman dan penghayatan iman. Kini, setelah ilmu pengetahuan modern dan teknologi menjadi kontroversial, sementara filsafat mengingatkan IPTEK akan de-humanisasi, dan agama-agama baru mengungkapkan kerinduan akan Yang Transenden, tumbuhlah juga kesadaran bahwa hehidupan begitu luas sehingga diperlukan kerja sama pengetahuan lebih daripada kontroversi. Tak ada lagi pengetahuan – termasuk teologi - yang mendaku (claim) diri paling benar. Bagaimana dikembangkan kerja sama terlebih dahulu antara filsafat dan teologi?
TASAMUH
The term fundamentalism was initially used only to refer to Catholics who rejected modernity and maintained the teachings of religious orthodoxy. However, at present, the term is also used for adherents of other religions which have similarities so there are also Islamic, Hindu and Buddhist fundamentalism. Over time, the use of the term fundamentalism raises certain images, such as extremism, fanaticism, or even terrorism in maintaining religious beliefs. The Islamic fundamentalist movement in Indonesia is more influenced by domestic and foreign social-political instability, from the Dutch colonial era until the end of the Suharto government. The era of reform, freedom of opinion and groups, is a moment for fundamentalists to voice their opinions, offer solutions to overcome the multidimensional crisis that occurred in Indonesia. Therefore, the propaganda of wisdom, advice, and dialogue must continue to be established with the fundamental groups of Islam to straighten out some of th...
CV. Manhaji, 2020
Sebagai orang yang terlanjur menekuni bidang pendidikan Islam, aku tak pernah menyesal mengapa sampai memilih pendidikan sebagai lapangan pengabdian formal. Padahal, sehari-hari di tengah masyarakat saya lebih familiar disebut sebagai pendakwah dari pada pendidik. Belakangan baru ketahuan bahwa pendidikan dan dakwah tidak dapat dipisahkan. Semua perolehan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berasal pendidikan secara formal, menjadi bekal dan disampaikan dalam berdakwah. Aku menjadi lebih mengerti dan yakin bahwa unsur-unsur dakwah (pendakwah, audiens, dan majelis taklim) juga dikategorikan menjadi lembaga pendidikan non formal. Kalau begitu, pendidikan dan dakwah tidak dapat dipisahkan. Sebagai seorang guru sekaligus pendakwah, aku sangat berhutang banyak kepada Lembaga Pendidikan dan Dakwah Ad-Dakwah Sumatera Utara. Pernah ditraining dengan bermacam bekal mulai dari public speaking sampai trik agar tidak grogi dalam menghadapi khalayak dalam jumlah besar. Seingat saya kami juga pernah diajari bagaimana metode mmengajarkan Alquran dengan cepat (Al-Barqi) yang cocock untuk semua kalangan, pernah juga diajari tatacara pelaksanaan bilal mayit dan masih banyak lagi. Dahulu aku menganggapnya sebagai sebuah investasi masa depan. Sekarang semua itu menjadi modal awal dalam berbaur di msyarakat. Bukan sekedar modal awal tapi modal berharga yang tidak dimiliki oleh sembarang orang.
Diskursus tentang filsafat memang menjadi pembahasan yang cukup menarik. Filsafat secara pergolakan peradaban Intelektual di klaim oleh orang-orang yunani saat itu (dulu dikenal dengan negara Athena) karena sejarah Intelektual dimulai dari sana seperti yang dikemukakan Hasan Langgulung, prioritas pendidikan di Athena saat itu mementingkan kecerdasan otak (Langgulung, 1986: 261). Filsafat dalam bahasa sederhana bisa diartikan adalah cara, method, kerangka berfikir. Filsafat sendiri dalam definisinya dari padanan kata falsafah (bahasa arab), philosophy (bahasa inggris) yang merujuk dari akar kata Philosophia (Yunani). Philosophia secara etimologi dari dua suku kata yakni philos yang berarti cinta (love), atau sahabat dan Sophia yakni kebijaksanaa, kearifan, dan pengetahuan. Sedangkan secara terminologi adalah proses berfikir yang radikal, sistematik, universal, terhadap segala sesuatu yang ada (kongkrit) dan tidak ada (abstrak) (Maksum, 2011: 15-21). Filsafat dalam artian lain merujuk sebagai mencari kebijaksanaa hidup, ada dua kutub yakni kutub aktivitas dan kebijaksanaan / kebenaran dari kata philosophia. Kata philo mewakili kutub aktivitas yakni mengungkapkan aspirasi dan keterarahan pada sasaran (objek) secara utuh sedangkan Sophia mewakili kutub kebijaksanaan atau kebenaran sebagai arahan dari sebuah objek. Dalam tradisi filsafat tua, Phytagoras (582 -496 SM) misalnya, adanya sebuah kebijaksanaan dan pembenaran yang sering dilakukan manusia. Kebijaksaan dalam bentuk utuh dimiliki oleh Ilahi (Causa Prima) sedangkan manusia terbatas pada kepuasan dan dengan menegaskan diri sebagai pecinta dan pengabdi kepada pemilik kebijaksanaan yang utuh dan berusaha mendekatkan diri. Definisi filsafat tidak bisa terlepas dari tokoh-tokoh yunani klasik masa keemasan, sebagai pengagas atau yang mempelopori bangkitnya istilah filsafat, diantaranya: 1. Socrates (496 -399 SM) mendefinisikan filsafat bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life) (Liang Gie, 2007: 33). 2. Plato (427 -347 SM) memandang filsafat adalah sebuah visi, yakni visi tentang kebenaran (the vision of truth). Visi dalam prespektif plato bersifat intelektual, kebijaksanaa hingga menuju kepada cinta kepada kebijaksanaan. 3. Aristoteles (384 -322 SM) melihat filsafat merupakan totalitas pengetahuan manusia, yang dibalik itu terdapat unsure "filsafat pertama" yakni teologis. Teologi menyangkut sebabsebab terakhir, ide tentang Allah dan prinsip-prinsip segala sebab (Zapurlkhan, 2012: 17). Selain ketiga tokoh diatas, masih banyak juga nama-nama lain seperti yang terkenal filsafat alam yakni Thales (642 -545 SM), Anaximenes (585 -528 SM), Phytagoras (582 -496 SM), Heraklitos (535-480 SM), Anaxagoras (499 -428 SM) Democritus (460 -370 SM) yang kesemuanya dikenal sebagai filsafat alam atau pra-socrates 1 . Dalam alur pembahasan atau pemakaian filsafat (kerangka berfikir) para filosuf secara umum membagi kedalam enam aliran atau cabang: (a) Epistemologi, membahas tentang konsepsi ilmu
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Al-BANJARI : JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KEISLAMAN, 2002
At-Taujih : Bimbingan dan Konseling Islam, 2019
Al-Hikmah: Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi