Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Jurnal Neuroanestesi Indonesia
Vasospasme cerebral merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada pasien dengan perdarahan subarahonid. Delayed ischemic neurologic deficit yang berhubungan dengan vasospasme serebral menyebabkan kematian pada 50% pasien yang bertahan pada periode awal setelah aneurisma ruptur yang ditangani. Onset vasospasme serebral yang bervariasi, mulai dari 24 jam pasca perdarahan subarahnoid atau subarahcnoid hemorrhage (SAH) sampai dengan 14 hari, patofisiologi vasospasme serebral yang kompleks dan cara diagnosis yang masih kontroversial, turut berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada pasien dengan SAH. Evaluasi ketat selama perawatan di ICU untuk mendeteksi kejadian vasospasme serebral awal sangat penting, setiap gejala neurologis baru yang muncul harus diperiksa dan ditangani secepatnya. Banyak obat-obatan yang diteliti untuk mengatasi vasospasme serebral namun efektifitasnya masih dipertanyakan. Tatalaksana utama yang dulu diketahui adalah dengan melakuka...
Indonesian Society of Neuroanesthesia & Critical Care INA_SNACC, 2012
Intracerebral hemorrhage (ICH) is the extravasations of blood into the brain parenchyma, which may develop into ventricular and subarachnoid space, there was spontaneous and not caused by trauma (nontraumatic), and one of the most common cause in patients treated in the neurological critical care unit. ICH represents perhaps 10-15% of all strokes with the highest mortality rates of stroke subtypes and about 60% of patients with ICH do not survive beyond one year Case: Men 18 years, came with complaints of loss of consciousness after feeling weakness on the right limb that occurs suddenly while driving a vehicle. On examination of consciousness obtained GCS E3M5V2 with hemodynamic was stable, there right hemiplegic. Patients treated in intensive care for 4 (four) days, because of decreased consciousness GCS E2M4V2 then performed MSCt test, found the existence of ICH (approximately 30cc) compared with the previous MSCt and the midline shift was more than 5mm. It was decided to evacuate immediately craniotomy action with adequate investigation. Discussion: Procedure of craniotomy evacuation in ICH patients be a challenge for an anesthesiologist, so knowledge of the pathophysiology, mortality ICH and anesthetic procedure that should be prepared and done properly.
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu. JANGAN LEWATKAN: • Gangguan Koagulasi dan Kausal Perdarahan Pasca Persalinan • Perdarahan Pasca Persalinan • Atonia Uteri • Cara Menolong Kelahiran Kepala dan Bahu Bayi • Plasenta Di Dalam Rahim Setelah Persalinan • Gelombang His dalam Persalinan Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia, yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi dinegara berkembang. Sebagian besar kematian ibu (88 %) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III. Perdarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang terjadi pada tenggang waktu diantara persalinan dan masa pascapersalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi dinegara berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna kejadian perdarahan pascapersalinan. Penyebab perdarahan paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina, ruptura uteri, dan inversi uteri. Manajemen aktif kala III adalah upaya pencegah perdarahan pascapersalinan yang didiskusikan secara komprehensif WHO. Beberapa jam pertama pascpersalinan menjadi masa kritis untuk diaknosis dan pengololaan perdarahan abnormal. ang paling dikenal sebagai tiga penyebab klasik kematian ibudi samping infeksi dan preeklampsia adalah perdarahan. Perdarahan pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu di samping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.
Jurnal Neuroanestesi Indonesia, 2014
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan konsekuensi yang sering dan penting pada cedera otak traumatik (Traumatic Brain Injury/TBI) dan menyebabkan cedera otak sekunder. Walaupun perkembangan proses ini belum dapat dijelaskan secara keseluruhan, namun abnormalitas koagulasi darah adalah bukti yang ditemukan pascatrauma. DIC adalah proses patofisiologi dan bukan merupakan suatu penyakit tersendiri. Gangguan yang terjadi meliputi ketidaktepatan, berlebihan dan aktivasi proses hemostasis yang tidak terkontrol. Karakteristik DIC adalah konsumsi faktor pembekuan darah dan trombosit dalam sirkulasi yang menimbulkan berbagai derajat obstruksi pembuluh darah mikro sehubungan dengan deposisi fibrin. Masalah dan gambaran utama akut DIC adalah perdarahan. Gangguan mekanisme hemostatik sangat penting dalam TBI. Perdarahan mikro sering terjadi di parenkim otak dan status koagulasi normal adalah penting untuk mencegah perkembangannya menjadi hematom yang lebih besar. Abnormalitas koagulasi tidak hanya hasil dari cedera, tetapi juga menyebabkan cedera sekunder. Gangguan koagulasi dalam TBI sangat kompleks dan dapat disertai dengan koagulopati dan hiperkoagulabilitas. Di temukan bukti bahwa luasnya trauma jaringan otak memiliki peran penting terhadap gangguan koagulasi dibandingkan syok traumatik maupun hipoksia. Adanya koagulopati pada TBI mengindikasikan prognosis yang buruk, sehingga pemeriksaan rutin terhadap status koagulasi harus selalu dilakukan pada semua pasien TBI.
Complications in Neuroanesthesia, 2016
Curah hujan di Jawa Barat pada musim hujan cukup tinggi. Hal ini menyebabkan daerah di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mengalami banjir. Namun, pada musim kemarau DAS Citarum mengalami kekeringan. Disamping itu, perubahan debit air sungai Citarum juga mengalami perubahan antar lokasi. Untuk melakukan peramalan pada data debit air sungai Citarum dapat digunakan model Space Time Autoregressive Integrated (STARI). Pada paper ini, model STARI diterapkan untuk data debit air sungai Citarum di keempat lokasi pengamatan. Berdasarkan kestasioneran data menunjukkan bahwa data tidak stasioner sehingga harus dilakukan proses differencing terlebih dahulu sebanyak 1 kali. Identifikasi orde model AR adalah satu karena plot PACF terpotong pada lag 1. Lag spasial yang digunakan pada paper ini adalah lag spasial 2, sehingga debit air sungai Citarum dapat diprediksi dengan model STARI(2,1,1). Penaksiran parameter model STARI(2,1,1) dengan matriks bobot seragam ditaksir dengan metode MLE dengan bantuan software R dan S-Plus 8.0. Hasil prediksi debit air sungai Citarum yang akan datang untuk keempat lokasi pengamatan digunakan model STARI(2,1,1) dengan MAPE yang kurang dari 10%, dengan demikian model STARI(2,1,1) dapat direkomendasikan untuk memprediksi data debit air sungai Citarum.
DEFINISI Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum Treitz meliputi hematemesis dan atau melena. Untuk keperluan klinik, dibedakan perdarahan varises esophagus dan non-varises, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosisnya. Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar (bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan asam lambung menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal/ter, dengan bau busuk, dan perdarahannya sejumlah 50-100 ml atau lebih. Melena menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas. Tinja yang gelap dan padat dengan hasil tes perdarahan samar (occult blood) positif menunjukkan perdarahan pada usus halus dan bukan melena. EPIDEMIOLOGI Di Indonesia sebagian besar (70 – 80 %) perdarahan SCBA berasal dari pecahnya varises esophagus akibat penyakit sirosis hati. Dari 1673 kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di SMF penyakit dalam RSU DR. Sutomo Surabaya, penyebabnya 76,9% pecahnya varises esofagus, 19,2 % gastritis esophagus, 1 % tukak peptic, 0,6% kanker lambung, dan 2,6 % karena sebab-sebab lain. Laporan dari RS pemerintah di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta urutan ketiga terbanyak perdarahan SCBA sama dengan RSU dr. Sutomo PAGE 15
Jurnal Ilmiah Kesehatan
Terapi trombolisis dengan tPA (tissue Plasminogen Activator) merupakan terapi yang direkomendasikan pada stroke iskemik akut dengan onset kurang dari 4,5 jam. Namun terapi trombolisis memiliki komplikasi perdarahan intrakranial yang bervariasi di antara populasi diberbagai negara dan masih sedikitnya informasi perdarahan intrakranial pada populasi Asia. Penelitian dilakukan dengan metode kajian literature. Penelitian literature didapatkan dari data base online Google Scholar dan PubMed sesuai kriteria inklusi dan eksklusi ditemukan 11 artikel. Dari 11 artikel tersebut didapatkan pada populasi Asia perdarahan lebih tinggi jika menggunakan tPA dengan dosis standar dibanding dosis rendah. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko perdarahan adalah derajat stroke, waktu pemberian tPA sejak onset gejala dan riwayat diabetes melitus. Perdarahan intrakanial adalah salah satu komplikasi fatal yang penting pasca terapi trombolisis yang dapat meningkat seiring dengan faktor risiko tertentu, dan bervariasi antar studi di beberapa negara.
2017
Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura dan dapat disebabkan karena trauma tumpul atau tajam, juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit. Hematotoraks dapat bersifat simptomatik namun dapat juga asimptomatik. Tujuan utama tatalaksana dari hematotoraks adalah untuk menstabilkan hemodinamik pasien, menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura. Seorang pasien remaja laki-laki berusia 17 tahun mengalami trauma tumpul dibagian dada sebelah kiri yang dialaminya dalam sebuah kecelakaan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran Somnolen, GCS 9 (E3V3M3), tanda vital tekanan darah 130/60 mmHg, nadi 100x/menit, kuat reguler, respirasi 28x/menit, pernafasan dangkal, suhu 35,8 0 C, SPO2 82%, pupil isokor (3mm), reflek pupil langsung dan tidak langsung mata kanan dan kiri (+), pada leher terdapat jejas bagian kiri, pada dinding dada didapati hasil Inspeksi pergerakan dada asimetris ( gerakan dada kiri tertinggal), retraksi dinding dad...
Jurnal Neuroanestesi Indonesia
Edem paru neurogenik merupakan salah satu komplikasi pernafasan yang dapat muncul setelah cedera/trauma susunan saraf pusat. Bervariasinya laporan epidemiologi dan patofisiologi edem paru neurogenik dapat menyebabkan misdiagnosis yang dapat memperburuk prognosis pada pasien yang mengalami edem paru neurogenik. Patofisiologi edem paru neurogenik diduga dimulai dari kerusakan pada persarafan autonom pembuluh darah pulmonal dan stimulasi berlebihan dari pusat vasomotor susunan saraf pusat, yang kemudian menyebabkan berbagai perubahan yang terjadi pada pembuluh darah pulmonal hingga disfungsi jantung. Investigasi klinis harus dilakukan hatihati karena manifestasi klinis yang dapat menyerupai edem paru kardiogenik dan non-kardiogenik lainnya, hasil pemeriksaan yang tidak spesifik, dan tidak adanya kriteria diagnosis. Saat ini belum ada pedoman tata kelola edem paru neurogenik yang dapat diterima secara luas, namun berbagai studi dan literatur menyebutkan tata kelola edem paru neurogenik berupa tata kelola suportif airway, breathing, circulation, di samping tata kelola penyebab cedera/ trauma susunan saraf pusat memiliki prognosis yang baik, oleh karena itu identifikasi, investigasi, dan tata kelola edem paru neurogenik harus dilakukan secepatnya. Edem paru neurogenik dapat beresolusi dengan baik dalam 48-72 jam setelah mendapatkan tata kelola yang adekuat.
Callosum Neurology, 2019
Latar Belakang: Terdapat beberapa faktor resiko yang telah diidentifikasi memepengaruhi mortalitas pasien Perdarahan Subaraknoid. Salah satu cara untuk mengetahui prognosis pasien perdarahan subaraknoid ialah dengan menggunakan sistem skoring. Skor dapat membantu para klinisi untuk menilai kondisi pasien, prognosis, serta menentukan penatalaksanaan yang terbaik bagi pasien. Tujuan Penelitian: Mengukur faktor prediktor yang mempengaruhi mortalitas pada pasien perdarahan subaraknoid dan meramalkan prognosis pasien perdarahan subaraknoid menggunakan skor prediktor mortalitas. Metode: Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif. Data penelitian ini diperoleh dari data sekunder register stroke dan rekam medik pasien perdarahan subaraknoid di RS Bethesda Yogyakarta. Uji validitas menggunakan kurva receiver-operating characteristic (ROC) dan untuk cut off point menggunakan area under the curve (AUC). Hasil: Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa ada hubungan ...
Malahayati Nursing Journal, 2022
ABSTRACT: POST STROKE PATIENTS IN THE SUBACUTE PHASE: INFORMATION REQUIRED Introduction: Post-stroke patient care in the subacute phase is carried out independently by the patient and family at home. Post-stroke patients must have adequate knowledge to carry out self-care at home. The lack of information obtained by post-stroke patients can affect the patient's ability to carry out self-care so that his health status decreases. Therefore, nurses as educators must be able to provide information according to the needs of post-stroke patients.Purpose: This study was conducted to determine the information needs of post-stroke patients in the sub-acute phase so that the nursing care provided is in accordance with the patient's needs.Method: This study is a quantitative descriptive study conducted on post-stroke patients at the Neurology Polyclinic, one of the hospitals in Bandung. The sample technique used was consecutive sampling as many as 83 people. The inclusion criteria of p...
Unram Medical Journal
Sekitar 10-20% serangan stroke setiap tahunnya disebabkan oleh stroke hemoragik. Stroke hemoragik yang paling ditakutkan terjadi adalah subarachnoid hemorrhage (SAH) karena memiliki dampak ekonomi, morbiditas, dan mortilitas yang lebih tinggi dibandingkan jenis stroke lainnya meskipun prevalensi kejadiannya cukup rendah. Sekitar 80% subarachnoid hemorrhage (SAH) non-trauma disebabkan oleh pecahnya aneurisma intrakranial yang akan mendorong darah mengisi ruang subarakhnoid dan merangsang struktur-struktur disekitarnya sehingga menimbulkan gejala khas berupa kaku kuduk dan thunderclap headache. Meskipun terdapat gejala khas, tingkat kesalahan dalam diagnosis stroke ini masih cukup tinggi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap segala aspek yang berkaitan dengan subarachnoid hemorrhage sangat penting dalam mengoptimalkan kemampuan dan pelayanan terhadap pasien. Kata Kunci: stroke, subarachnoid hemorrhage, anuerisma intrakranial
Jurnal Neuroanestesi Indonesia, 2019
Stroke dapat terjadi akibat terhentinya aliran darah ke otak, yang terjadi secara mendadak. Penyebab terbanyak stroke adalah berkurangnya pasokan darah ke otak (stroke iskemik). Penyebab stroke lainnya adalah perdarahan (stroke hemoragik). Perdarahan subaraknoid (SAH) biasanya dapat terjadi baik karena ruptur aneurisma, atau karena trauma. Perempuan, 46 tahun dengan GCS 14 (E4M6V4) dengan hipertensi tidak terkontrol mengalami nyeri kepala hebat. Dari pemeriksaan CT scan memperlihatkan adanya perdarahan subaraknoid dan edema sereberi. Pasien ini dilakukan tindakan coiling aneurisma cito dengan anestesia umum. Pasca coiling pasien dirawat di ruang intensive care unit (ICU). Pasca perawatan 1 hari di ICU, pasien dipindahkan ke ruang high care unit (HCU), dengan kondisi stabil. Penurunan kesadaran mulai terjadi saat perawatan hari kedua, sempat dilakukan pemasangan lumbar drain pada hari ketiga, untuk membantu mengurangi hidrosefalus dan juga menurunkan tekanan intra kranial. Pada peraw...
Otak merupakan organ yang memiliki fungsi sangat penting pada setiap individu. Karena otak merupakan Sistem Saraf Pusat (SSP), di otak terjadi berbagai kegiatan seperti pengaturan kordinasi gerakan otot, pusat bicara, memahami isi pembicaraan, dan lain-lain. Dan untuk menunjang fungsi dan metabolismenya secara optimal, otak membutuhkan pasokan darah yang mengandung oksigen, glukosa, mineral, serta berbagai nutrisi yang memadai.
Ganesha Medicina, 2023
Perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah kondisi perdarahan pada area subarakhnoid yang terletak pada otak. Gejala umum yang dirasakan pasien dan merupakan ciri khas gejala PSA adalah sentinel headache yang muncul dengan onset mendadak dan mencapai intensitas nyeri maksimum dalam hitungan detik hingga menit namun tidak sedikit pula pasien mengalami nyeri kepala sentinel sebagai penanda awal PSA. Pasien perempuan 52 tahun dikeluhkan keluarganya mengalami kesadaran menurun ±30 menit disertai dengan ditemukannya muntah makanan. Setelah sadar pasien mengeluhkan pusing sejak ±20 hari sebelum masuk rumah sakit yang semakin memberat setiap harinya dan hari ini tibatiba memuncak dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan Saccular Aneurysm di ICA/PCoA Junction sisi kiri dengan tanda rupture pada sisi inferior. Terapi yang diberikan berupa loading 300 cc Normal Saline 0,9%, Manitol 200 cc yang dilanjutkan 100 cc sebanyak 6x tapering off, Asam Tranexamat 3x1 gram, Dexamethasone 2x5 mg intravena, Pantoprazole 2x40 mg intravena, Paracetamol 1gr@6 jam intravena, Nimodipin 2.2 cc/jam dan pasien dirawat di ruang ICU selama 5 hari dan dilanjutkan perawatan di HCU Stroke Unit RSUD Kabupaten Buleleng selama 5 hari,
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana, 2019
Latar belakang: Keganasan pada kanalis akustikus eksternus (KAE) merupakan kasus yang jarang terjadi, kurang dari 0,2 % dari seluruh keganasan pada regio kepala dan leher. Secara histologis, karsinoma sel skuamosa merupakan jenis karsinoma terbanyak, terjadi pada 80% kasus. Karsinoma sel skuamosa KAE masih menjadi tantangan bagi praktisi medis dalam mendiagnosis dan menatalaksana. Tujuan: Hingga saat ini, belum ada algoritma yang spesifik dalam menatalaksana kasus ini, sehingga membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi dan teknik pembedahan, serta ditunjang dengan adanya tim multidisiplin dalam menangani kasus keganasan KAE. Laporan kasus: Tulisan ini melaporkan 4 kasus pasien karsinoma sel skuamosa KAE yang menjalani bermacam modalitas tatalaksana dengan keluaran yang bervariasi. Metode: Telaah literatur berbasis bukti mengenai tatalaksana karsinoma sel skuamosa KAE melalui database Cochrane dan Pubmed Medline. Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan satu j...
Jurnal Neuroanestesi Indonesia
Hipertensi yang tidak terkontrol sering dijumpai setelah cedera otak. Mekanisme mengenai respon fisiologis dan patologis ini berhubungan dengan respons autoregulasi yang bertujuan untuk mempertahankan aliran darah otak di area yang terkena cedera. Respons hipertensi awal mungkin akan mempercepat/memicu cedera lebih lanjut. Sebaliknya, penurunan tekanan darah secara agresif justru berhubungan dengan kejadian iskemik. Meskipun tekanan darah sudah jelas berperan sebagai modulator dalam cedera otak akut, berbagai penelitian masih menunjukkan kontroversi dan belum ada data-data berkualitas terkait demografis, manajemen optimal terhadap tekanan darah tinggi dam hasil akhir pada pasien yang mengalami cedera otak akut. Deteksi kelainan autoregulasi yang terjadi setelah cedera otak dan kontrol tekanan darah secara hati-hati sangat dibutuhkan dalam manajemen optimal pasien tersebut. Blood Pressure Management After Central Nervous System InjuryUncontrolled hypertension is often encountered aft...
Jurnal Neuroanestesi Indonesia
Cerebral venous sinus thrombosis (CVST) adalah suatu sindrom seperti stroke, angka kejadiannya sangat jarang, sehingga dapat menjadi dilema bagi dokter di instalasi gawat darurat dalam menegakkan diagnosis. Seorang lelaki 25 tahun, 50 kg, tinggi badan 165 cm, mengeluh lemah anggota badan sebelah kanan sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan sukar berbicara. Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mabuk-mabukan dan mengalami muntah-muntah ± 3-5 x/hari. Riwayat kejang, konsumsi obat-obatan dan trauma sebelumnya disangkal. Tidak ada riwayat demam, hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit penyerta lainnya. Dilakukan dekompresi evakuasi perdarahan sebagai tindakan penyelamatan jiwa setelah pasien terehidrasi, operasi dilakukan dalam anestesi umum. Lama operasi selama 2 jam dan lama pasien teranestesi 2 jam 15 menit. Pasien dirawat di ICU selama 2 hari, lalu dipindahkan ke ruang HCU. Pada hari ke-5 pascabedah mulai diberikan enoxaparin sodium 50 mg subcutan selama 6 hari. Lalu pasien dipindahkan ke ruang rawat inap dan pulang ke rumah pada hari ke-15 perawatan. Target pencapaian utama pada pasien CVST adalah untuk rekanalisasi penyumbatan, menjaga venous return, mengurangi risiko hipertensi vena, infark serebral dan emboli paru. Algoritma tatalaksana pasien CVST terkadang harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien saat tiba di rumah sakit. Pemberian low-weightmoleculer heparin (LWMH) tetap diberikan selama tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang bermakna.
Thalassemia berasal dari kata Yunani talassa, yang berarti laut. Yang dimaksud dengan laut tersebut adalah Laut Tengah, karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. 1 Thalassemia untuk pertama kali dijelaskan oleh Cooley (1925), yang ditemukannya pada orang Amerika keturunan Italia. Penyakit ini ternyata banyak ditemukan di daerah Mediterania dan daerah sekitar khatulistiwa. 2 Thalassemia merupakan salah satu kelainan genetik terbanyak di dunia dengan 1.67% penduduk dunia sebagai pasiennya. Sekitar 7% penduduk dunia diduga
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.