Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahasa merupakan salah satu alat komunikasi terpenting dalam kehidupan. Bagi setiap negara, bahasa wajib dimiliki seperti pada Negara Indonesia bahasa yang digunakan untuk alat komunikasi adalah Bahasa Indonesia. Selain berfungsi secara khusus, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai lambang kebanggan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial dan bahasanya, serta alat perhubungan antarbudaya, antar daerah (Sugono, 2009:12). Melihat pentingnya bahasa bagi suatu negara, maka setiap wilayah yang mengaku sebagai negara harus mempunyai bahasa resmi yang mencerminkan kepribadian bangsanya. Studi linguistik adalah bidang kajian yang mempelajari berbagai macam ragam bahasa berkenaan dengan fungsi pemakaian ragam bahasa berkenaan dengan fungsi pemakaiannya masing-masing disebut sosiolinguistik, yang merupakan ragam kajian antara sosiologi dan linguistik. Oleh karena itu, ada juga yang menyabutnya dengan sosiologi bahasa. Sosiolinguistik juga mengkaji mengenai kebijaksanaan bahasa, perencanaan bahasa, pembakuan dan pengembangan bahasa, serta pengajaran bahasa. Dalam makalah ini akan membahas tentang penerapan sosiolinguistik sebagai ilmu terapan.
Karena kegalauan terhadap kesantunan berbahasa generasi muda sekarang yang memprihatinkaan para linguis, pragmatisi, sosiopragmatisi, maupun sosiolinguis banyak yang memperhatikan, dengan menempatkan kesantunan berbahasa sebagai fenomena baru. Zainurrahman (2011) mengemukakan, bahwa kesantunan dalam berbahasa mungkin meru-pakan horison baru dalam berbahasa. Sampai saat ini kesantunan berbahasa belum dikaji dalam konstelasi linguistik; terkecuali dalam telaah pragmatik. Memperhatikan pandangan tersebut, pada forum seminar ini, disajikan konsep kesantunan berbahasa dari berbagai perspektif. Salah satunya, pada makalah ini disampaikan kesantunan berbahasa dalam perspektif sosiolinguistik.
PROFIL SOSIOLINGUISTIK, 2018
Indonesia adalah negara yang wilayahnya sangat luas dengan penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, dengan berbagai bahasa daerah, serta berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Keadaan kebahasaan di Indonesia kini ditandai dengan adanya sebuah bahasa nasional yang sekaligus juga menjadi bahasa negara, adanya ratusan bahasa daerah, dan adanya sejumlah bahasa asing, yang digunakan atau diajarkan di dalam pendidikan formal. Masalah umum yang berkenaan dengan status sosial dan politik ketiga bahasa itu, masalah penggunaannya, masalah saling pengaruh di antara ketiganya, masalah pembinaan, pengembangan, dan pengajarannya. Masalah pendidikan dan pengajaran bahasa sebagai salah satu topik dalam sosiolinguistik dan sebagai salah satu sarana untuk pembakuan dan pembinaan bahasa. Sehingga berperan penting dalam pendidikan formal di tingkat dasar dan di tingkat menengah bahwa penentuan mata pelajaran bahasa indonesia tidak boleh bernilai kurang untuk lulus atau naik kelas. Secara nasional kedudukan bahasa Indonesia adalah pada tingkat pertama, bahasa daerah adalah pada tingkat kedua, dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Namun apabila dilihat dari segi emosional, keakraban, dan perolehan bahasa bisa saja kedudukan ketiga bahasa tersebut dapat berubah. Oleh karena itu, ada hubungan yang saling menentukan dalam menguasai dan mampu berbahasa antara penguasaan kaidah, kemampuan menggunakan logika dengan benar, dan frekuensi berlatih menggunakan bahasa.
Panetrasi sistem ekonomi pasar dan perkembangan tekhnologi pertenunan dalam masyarakat Wajo membuat penenun menjadi terbelah kedalam tiga kelompok yaitu penenun gedogan, penenun ATBM, dan pengusaha tenun. Kondisi ini mengindikasikan adanya perbedaan tindakan ekonomi yang dilakukan oleh ketiga kelompok dalam merespon ekonomi pasar perkembangan tekhnologi. Penelian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana landasan moral dalam membangun dan memanfaat jaringan dalam kegiatan tenun yang dipraktekken oleh ketiga kelompok penenun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan yang dimiliki oleh kalangan penenun dalam kegiatan produksi dan distribusi senantiasa melibatkan adanya solidaritas sosial dan kepentingan ekonomis serta jaringan tersebut berlangsung dalam bentuk hubungan horisonltal dan vertikal. Penenun gedogan lebih banyak memainkan jaringan yang bersifat solidaritas sosial dibandingkan jaringan kepentingan ekonomis. Penenun ATBM cenderung berada ditengah-tengah antara solidaritas dan kepentingan ekonomi Sedangkan pengusaha tenun lebih banyak memanfaatkan jaringan kepentingan ekonomi dibandingkan jaringan solidaritas. Kata Kunci: Jaringan Sosial, Moral, Penenun, Bugis-Wajo
Abnormal Suatu kondisi (fisik dan non fisik) yang tidak sesuai dengan kondisi yang biasa atau tidak wajar berdasarkan norma yang berlaku atau perilaku yang menyimpang dari yang biasa Activity of Daily Living (ADL) Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh seseorang dalam penghidupannya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya Adaptasi Proses penyesuaian diri seseorang dengan keadaan atau lingkungan sosial yang baru sehingga mampu bertahan hidup Adat Kebiasaan yang diakui, dipatuhi dan dilembagakan, serta dipertahankan oleh masyarakat adat setempat secara turun temurun. (UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua) Administrasi Pekerjaan Sosial 1) salah satu metode bantu dalam praktek pekerjaan sosial yang bertujuan untuk mengelola organisasi pelayanan sosial; 2) segenap proses penyelenggaraan dan pelaksanaan usaha kerja sama sekelompok orang yang terorganisasi dan terkoordinasi dengan baik, dengan menggunakan sumber fasilitas yang ada untuk memberikan pertolongan sosial kepada masyarakat (individu, kelompok, masyarakat) dapat meningkatkan fungsi sosialnya dan taraf kehidupannya Adopsi Suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat. (PP No. 54 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak) Advokasi Sosial upaya memberikan pendampingan, perlindungan dan pembelaan terhadap seseorang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya. (UU No.11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial) Akreditasi Pelayanan Sosial Pengakuan terhadap suatu lembaga yang mempunyai wewenang untuk melaksanakan pelayanan sosial sesuai dengan standar atau kriteria penilaian yang sudah ditentukan Aksesibilitas Kemudahan yang disediakan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan Aksesibilitas bagi Lanjut Usia Kemudahan untuk memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia. (PP No. 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia) Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat Kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. (UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, PP No. 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat)
2024
Socio-religious research is a field of study that explores the relationship between religion and social aspects in society. This research aims to understand the research paradigm, several terms related to research, scope, main elements, and basic assumptions in the research paradigm. The background to this research is that research paradigms often intersect with students in conducting research or doing various things related to research. In social research, diversity of research paradigms is an important aspect, namely determining the appropriate approach to be used in conducting research on a problem. Thus, this research paradigm is useful for generating appropriate types of research approaches and methodologies and then using them as a source or as a tool for researchers to conduct research. Abstraksi Penelitian sosial keagamaan merupakan kajian bidang yang mengeksplorasi hubungan antara agama dengan aspek-aspek sosial dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang paradigma penelitian, beberapa istilah yang berhubungan dengan penelitian, ruang lingkup, unsur utama, dan asumsi dasar dalam paradigma penelitian. Adapun yang menjadi latar belakang penelitian ini karena paradigma penelitian sering bersinggunan dengan para mahasisawa dalam melakukan penelitian atau melakukan berbagai hal yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian sosial keagaman paradigma penelitian menjadi salah satu aspek penting yakni untuk menentukan pendekatan yang sesuai dengan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian atas sebuah permasalahan. Dengan demikian paradigma penelitian ini berguna memunculkan jenis pendekatan dan metodologi penelitian yang sesuai dan kemudian digunakan sebagai sumber atau sebagai alat bagi para peneliti untuk melakukan penelitian.
Abstrak Hubungan timbal balik antara manusia dan manusia, manusia dan alam disekitarnya yang menghasilkan ragam bahasa termasuk dalam kajian ekolinguistik. Penggunaan leksikon fauna oleh masyarakat Sunda menunjukkan kedekatan hubungan alam dengan masyarakat sunda. Hubungan penutur antar penutur dan hubungannya dengan lingkungan alam dan lingkungan social dapat dilihat dengan menggunakan Metode dialog (Bang & Doors,1993) dengan menganalisa bentuk bakunya dari makna dan fungsi penggunaan leksion fauna dalam suatu metafora. Penelitian ini bersifat deskritif-kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini terdiri atas teknik wawancara dan teknik observa-si. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data makna dan fungsi fauna dalam budaya masyarakat Sunda. Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data bentuk fauna dalam budaya masyarakat Sunda. Hasil analisis menunjukkan bahwa generasi tua sebagai pembuat teks(S1) sedangkan orang yang lebih muda sebagai mitra tutur(S2) dalam suatu subjek atau kategori anonim yang merupakan konstituen sosiokultural(S3). Pemberian nasehat dan petuah terjadi dalam lingkungan TOPOS ideologis, sosiologis dan biologis yang merujuk pada suatu keadaan(O). Dari analisa ditemukan banyak penggunaan leksikon fauna dalam petuah atau nasehat masyarakat sunda yang masih berpotensi untuk dikaji lebih dalam.. Kata Kunci: lek sikon, m etafora, fauna dan bahasa Sunda Abstract Relationship between human and human, human and environment produce variety of language include in eco linguistic applied. Lexicon off fauna isused by sundanese ethnic and present sundanese ethnic close with the environment. The relationship between the speaker and the speaker's relationship with the natural environment and social environment can be viewed using a dialogue model (Bang & Doors,1993) was used to analyze the raw form from the meaning and function lexicon of fauna in metaphor. This a descriptive qualitative research technique, the data were collected by the methods of observation and note-taking techniques. The Result of note-taking techniques find out the meaning and the function lexicon of fauna Sundanese ethnic. Observation technique collected data in the form of fauna in sundanese ethnic. The result of the research shows that the older generation sasa maker of text(S1), where as a younger person as hearer(S2) in a subject or which category of anonymous constituent of sociocultural(S3). Counsel and advice occurs in the environment TOPOS ideological, sociological and biological referring to situation(O). From the analysis seem that's sun-danese ethnic have so many lexicon of fauna in the advice or counsel.
Pesantren adalah dunia yang tidak habis-habisnya untuk di pelajari dan digali. Ada cakupan banyak penelitian dan kajian dengan menjadikan pesantren sebagai objek kajiannya. Namun demikian, selalu saja tersedia perspektif tertentu yang belum terungkap. Hal ini menunjukan betapa pesantren dan Kiai merupakan khasanah yang kaya dengan beragam perspektif. Ditinjau dari perspektif pendidikan, pesantren merupakan cikal bakal sistem pendidikan nasional. Seiring dengan dinamika perkembangan zaman, antara sistem yang dikembangkan oleh pemerintah dengan sistem perkembangan pendidikan pesantren memiliki nberagam perbedaan. Akar perbedaan ini cukup Panjang, dan terjadi terutama pada masa penjajahan belanda. Hampir seluruh peneliti sosiologi (dan ilmu sosial) lahir dari spekulasi. Akibatnya, sosiologi sering kali berteman erat dengan ideologi-ideologi berat dunia seperti sosialisme, kapitalisme, termasuk demokrasi sekalipun. Jalan ilmu sosial menyimpang dari ilmu-ilmu alam, karena ilmu alam relatif hamper bebas dari ideologi-ideologi tersebut. Sosiologi mungkin ditakdirkan menjadi peletak dasar kebijakan penguasa, dan melalui hal ini ideologi berkarib dengan sosiologi. Oleh karena itulah maka pranata sosial, termasuk institusi Kiai didalamnya, tak lepas dari kajian sosiologi.
Budaya mempunyai perkaitan yang rapat dengan kehidupan masyarakat tanpa mengira kaum, bangsa dan agama penganutnya. Namun begitu, terdapat perbezaan antara budaya satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Perkataan budaya berasal daripada bahasa Sanskrit , iaitu Buddayah. Namun, ada pendapat mengatakan perkataan budaya berasal dari cantuman perkataan Sanskrit dan Melayu iaitu Budhi (Sanskrit) yang membawa maksud kecergasan fikiran dan akal ,manakala Daya (Melayu) diertikan sebagai kekuatan kuasa, tenaga dan pengaruh.Selain itu, kebudayaan pula ditakrifkan sebagai keseluruhan cara hidup manusia merangkumi cara bertindak, berkelakuan dan berfikir di mana ia meliputi hasil kehidupan kelompok yang bercorak kebendaan dan bukan kebendaan Dalam konteks pendidikan semasa , budaya dilihat melalui budaya di sekolah yang disamakan atau sebahagian daripada budaya masyarakat. Di sekolah, murid akan di didik untuk berbudaya sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat. Budaya dalam masyarakat juga akan mempengaruhi budaya di sesebuah sekolah. Malaysia merupakan sebuah negara yang terdiri daripada masyarakat yang pelbagai kaum. Ini menjadikan Malaysia sebagai sebuah negara yang unik dari segi kepelbagaian budaya, adat resam, bahasa dan sebagainya. Sehubungan dengan hal sedemikian, sebagai seorang guru yang bertanggungjawab, guru hendaklah mempunyai kesedaran tentang keunikan pelbagai budaya dan adat resam dan ini boleh membantu seorang guru untuk melaksanakan pengajaran dan pembelajaran yang berkesan dalam suasana bilik darjah yang mesra. 2 2.0 KONSEP KEPELBAGAIAN KELOMPOK Malaysia merupakan salah satu negara berbilang kaum yang dapat hidup dengan harmoni. Antara tiga kaum utama di Malaysia Cina, Melayu dan India telahpun menetap di tanah ini selama 5 abad. Selain itu, Malaysia juga merupakan tanah air kepada sebanyak kira kira 80 kaum etnik, terutamanya di Malaysia Timur. Antaranya termasuklah Baba dan Nyonya, Kadazandusun dan Iban. Terdapat pelbagai konsep kepelbagaian kelompak di Malaysia disebabkan oleh kemajmukan rakyat di negara ini. Antaranya ialah; etnik, ras, minoriti, masyarakat, dan kelompok. Menurut Noriati A. Rashid (2011), perkataan etnik diambil daripada perkataan Greek ethnos yang membawa maksud manusia atau negara. Etnik merujuk kepada kumpulan manusia yang mengidentifikasikan antara satu sama lain dengan berlandaskan keturunan dan warisan budaya yang sama. Manakala, menurut Maciver (1981), kelompok etnik merupakan kesatuan berdasarkan kesedaran minat dan nonvoluntary. Secara umumnya, etnik tidak mempunyai organisasi yang formal dan dari segi relatifnya adalah terhad saiznya, di mana ahliahli dihubungkan bersama oleh perhubungan utama dan sekunder. Selain itu, ciri kelompok yang lain ialah adanya sikap yang menunjukkan perbezaan, tentangan atau prasangka. Dari konsep etnik inilah akan terbentuk konsepkonsep lain seperti etnisiti, etnosentrisme dan diskriminasi. KONSEP KEPELBAGAIAN KELOMPOK DI MALAYSIA Etnik Ras Minoriti Masyarakat Kelompok 14 Menghargai kepelbagaian kaum dan permainan tradisi masyarakat di Malaysia. Persediaan murid: Murid telah mempelajari beberapa contoh permainan kecil dan tradisional secara teori di dalam kelas. Persediaan guru : Menyediakan peralatan yang diperlukan oleh pelajar. (kon, skitel, wisel, bola takraw, tali gym, bip) Gabung jalin matapelajaran : Bahasa Melayu, Matematikdan Sains Kemahiran berfikir: Merancang strategidan mengendalikan permainan tradisional dengan baik secara berkumpulan. Kajian masa depan : Mengadakan perbincangan ilmiah kekuatan dan kekurangan setiap permainan tradisional yang dilakukan dan kelebihan kepelbagaian kaum di Malaysia.
Tulisan ini membahas gagasan sosialisme tanpa kekerasan yang diperjuangkan oleh Sutan Sjahrir, tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang berperan besar dalam pembangunan demokrasi di negara ini.
Abstrak Sosialisme adalah ideologi yang beranggapan bahwa pemilikan bersama meru-pakan cara hidup yang paling baik. Sosialisme tidak menyukai adanya hak milik pribadi karena hak milik pribadi membuat manusia egois dan menghan-curkan keselarasan masyarakat yang alami. Sosialisme menginginkan pengor-ganisasian produksi oleh negara sebagai saran untuk menghapus kemiskinan dan penghisapan orang kecil. Sosialisme menyerukan persamaan hak bagi se-mua lapisan, golongan, dan kelas masyarakat dalam menikmati kesejahteraan, kekayaan dan kemakmuran. Sosialisme menginginkan pembagian keadilan da-lam ekonomi. Tugas negara adalah mengamankan sebanyak mungkin faktor produksi untuk kesejahteraan seluruh rakyat, dan bukan terpusat pada kesejah-teraan pribadi. Sosialisme menganggap bahwa negara adalah lembaga di atas masyarakat yang mengatur masyarakat tanpa pamrih. Nilai-nilai utama da-lam sosialisme adalah kesamaan, kerja sama, dan kasih sayang. Produksi dila-kukan atas dasar kegunaan dan bukan untuk mencari keuntungan semata-mata. Persaingan yang kompetitif digantikan dengan perencanaan. Setiap orang bekerja demi komunitas dan memberi kontribusi pada kebaikan bersama sehingga muncul kepedulian terhadap orang lain. Kedua, landasan ontologis yang mendasari sosialisme berkaitan dengan kodrat etis manusia; sifat kodrati manusia; dan harmoni tatanan masyarakat. Sosialisme berpendapat bahwa ko-drat etis manusia adalah baik; sifat kodratinya adalah bersifat sosial; dan meng-anggap bahwa ada harmonitas atau keselarasan dalam tatanan masyarakat. Abstract Socialism is an ideology assumed that shared ownership is the best way of life. Socialism did not proposed any private property because it makes people selfish and destroy the community harmony. Socialism wants the organization of production by the state as a suggestion to remove poverty and exploitation.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.