Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Tasfiyah
…
25 pages
1 file
On Ibn ' Arabi's view, both man and woman were created to be able to represent cosmic entity, even more they are manifestations of Allah's attributes considering His Jalāl (Greatness) and Jamāl (Beauty). Lately, the people have been preoccupied by various gender issues promoted by feminist activists. They criticize on the relationship between men and women arranged by the Islamic religion that it harms the law and the equality. This movement continues to influence Muslims' lives and thoughts through education, technology, and any discussions held. Therefore, this article could counter their accusation toward Islam and could prove that they are wrong. It is because Islam has a very good order in regulating relationship between men and women to maintain the stability of human life.
2019
Sejarah menunjukkan bahwa perempuan pada masa awal islam mendapat penghargaan tinggi. Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan dari posisi yang kurang beruntung pada zaman jahiliyah. Di dalam al-Qur’an persoalan kesetaraan laki-laki dan perempuan ditegaskan secara eksplisit. Meskipun demikian, masyarakat muslim secara umum tidak memandang laki-laki dan perempuan secara setara. Akar medalam yang mendasari penolakan dalam masyarakat muslim adalah keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk Allah SWT yang lebih rendah karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Selain itu, perempuan dianggap sebagai makhluk yang kurang akalnya sehingga harus selalu berada dalam bimbingan laki-laki. Akibatnya, produk-produk pemikiran islam sering memposisikan perempuan sebagai subordinat. Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan, karena islam pada prinsipnya menjunjung tinggi kesetaraan dan tidak membedakan manusia berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, doktrin maupun pandangan yang menga...
HUMANIKA
Perbedaan anatomi biologis laki-laki dan perempuan merupakan sunnatullah yangmasih menyimpan beberapa masalah, baik dari segi substansi kejadian maupun peran yangdiemban dalam kehidupan bermasyarakat. Interpretasi budaya terhadap perbedaan biologisinilah yang disebut gender. Alquran memang tidak merinci pembagian kerja antara lakilakidan perempuan, akan tetapi Alquran cenderung mempersilahkan kepada kecerdasanmanusia untuk mengelola pembagian peran di antara mereka, -- dengan mengutamakanprinsip kesejajaran dan kemitraan--, atas dasar musyawarah dan saling tolong menolong.Alquran sebagai rujukan nilai-nilai ajaran Islam, dalam membicarakan masalah penciptaanmanusia tidak menyebut jenis kelamin secara khusus, melainkan dengan menyebutmanusia secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa manusia, baik laki-laki maupunperempuan tidak memiliki perbedaan dalam penciptaannya sehingga mereka memilikikedudukan yang sama dalam kemanusiaannya, tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebihrendah. Sebab p...
ANWARUL
This study discusses "Gender Equality in Islamic and Christian Perspectives". Gender equality is a goal that must be achieved by all human beings in the world, so that no one feels that they are better than others. Gender injustice is a system or structure in which both men and women become victims of the system. In this study using the method of library research (library research). The source of research data is primary data obtained in the Al-Quran and the Bible (gospel). And secondary data, namely those whose sources are obtained from books, journals, articles. The results of this study indicate that gender is a perspective that distinguishes the roles of men and women, gender equality in the content of this material is in the form of sentences showing equal access and opportunities between men and women in various activities, fulfillment of rights and responsibilities without any differences in treatment between both. In Islam, women and men are both servants of Allah ...
Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman
Pemikiran Islam tradisional secara general memberikan keterbatasan peran perempuan sebagai istri dan ibu. Berdasarkan pandangan teks dan literature Islam klasik tersebut masih terlihat bahwa kaum perempuan masih termarjinalkan, atau dengan kata lain perempuan masih berada di bawah dominasi laki-laki. Oleh karenanya, wacana atau konstruk perempuan harus menurut kehendak teks. Tak dapat dipungkiri bahwa penafsiran ulama-ulama klasik tentang konsep persamaan laki-laki dan perempuan jika dilihat dari perspektif saat ini bisa saja dinilai sebagai bias. Sebab penafsiran-penafsiran masa lampau itu tidak dapat dilepaskan dengan konteks sosio-historis saat itu. Berangkat dari permasalahan tersebut di atas maka tulisan ini ingin melihat dan menganalisa bagaimana konsep yang ditawarkan dan dikemukakan Islam dalam memandang kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan
Gender sering diartikan dengan jenis kelamin, 1 berarti gender sama dengan arti sex itu sendiri. Padahal makna gender memiliki perbedaan mendasar dengan sex. Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, sedangkan sex lebih mengarah pada perbedaan antara kedua insan tersebut dilihat dari aspek anatomi biologi. 2 Sudah menjadi konsensus di belahan dunia manapun bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan sex sebagaimana diketahui. Tapi akibat perbedaan sex tersebut membuat masyarakat menjadikan alasan kalau laki-laki memiliki 'hak' yang lebih ketimbang wanita, sehingga menimbulkan perbedaan sosial budaya yang begitu mencolok. Setidaknya hal tersebut terlihat dalam sejarah perjalanan umat manusia. Walaupun demikian, antara laki-laki dan perempuan secara kodrati memiliki perbedaan yang sangat jelas. Alexis Karel mengingkari ide tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan karena secara esensial keduanya memiliki perbedaan. 3 Dari sekian ayat maupun hadis yang berbicara tentang perempuan, secara umum Islam tidak mengingkari persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal memperoleh hak yang sama. Walaupun diakui bahwa dalam menginterpretasi teks-teks agama tidak jarang terjadi bias, baik yang di lakukan ulama dahulu maupun yang kontemporer. Bias tersebut bukan saja mengakibatkan peremehan terhadap perempuan, karena mempersamakan mereka secara penuh dengan lelaki menjadikan mereka menyimpang dari kodratnya, dan ini adalah pelecehan. Sebaliknya, tidak memberi hak-hak mereka sebagai manusia yang memiliki kodrat dan kehormatan yang tidak kalah dengan kehormatan lelaki, juga merupakan pelecehan. Menurut Quraish, bentuk bias ulama dahulu sering dikaitkan dengan pemahaman mereka tentang asal mula penciptaan wanita, kecantikan, harakah dan kemandirian perempuan, nikah dan berumah tangga. Adapun bias cendikiawan kontemporer di antaranya pembagian warisan, wali nikah, 1
2020
Allah Subhanahu wa Taala, sebagai Tuhan alam semesta yang maha Esa dan Maha Kuasa. Alam semesta ini menjadi suatu hal yang menarik untuk di pelajari. Bagaimana alam semesta ini terbentuk tak luput dari bagaimana proses penciptaan alam semesta ini. Para ilmuan memiliki teori bagaimana awal mula terbentuknya dunia ini yang disebut teori Big Bang. Namun jauh sebelum teoti itu muncul al-Quran sudah menjelaskan kepada umat manusia bagaimana proses penciptaan alam semesta ini dengan enam tahapan. Semua terjelaskan bagaimana dulunya dunia ini bermula dari suatu masa dan terpisah sehingga terbagi dalam bagian bagian dalam tatasurya yang dikenal sebagai galaksi-galaksi, lalu siang dan malam, air, gunung serta manusia dan hewan. Semua sesuai dengan para ilmuan itu temukan dalam ilmu Kosmologi. Sebagai umat muslim kita harus percaya bahwa al-Quran benar-benar petunjuk yang Allah berikan untuk membimbing manusia agar selamat dunia dan akhirat. Kata kunci: Kosmologi, Pendekatan, kajian Islam.
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pandangan Sachiko Murata mengenai Kosmologi Islam Adapun metodologi yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan kajian pustaka (library research) sebagai teknik pengumpulan datanya. Peneliti menggunakan buku karya Sachiko Murata yang berjudul The Tao of Islam Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam Kosmologi dan Teologi Islam sebagai sumber primer. Selain itu peneliti juga mengumpulkan sumber sekunder berupa jurnal, skripsi, artikel serta karya ilmiah lainnya sebagai data penunjang pemahaman bagi penelitian ini. Sachiko Murata menggunakan pendekatan Taoismeuntuk menjelaskan kosmologi Islam. Ia menerjemahkan Tao sebagai حق (haqq/Yang Nyata) dan dipahami sebagai ُم إسال(islâm/jalan). Sedangkan Yin memiliki kedekatan dengan Nama- nama Allah yang bersifat pengasih dan kualitas Yang dekat dengan Nama-nama Allah yang bersifat keagungan. Pada penelitian ini peneliti menganalisis unsur Yin dan Yang pada setiap bab dalam bagian kosmologi yang te...
2018
Abstrak: Sebagai seorang muslim kita dapat mengambil makna dari alam semesta atau kosmologi yang merupakan sebuah tanda untuk mengenal lebih jauh kepada sang Pencipta dan memahami Islam sebagai agama yang telah diridloi-Nya. Alam semesta diciptakan oleh sang Pencipta tidak lain untuk kemaslahatan manusia dan keberlangsungan kehidupan generasi selanjutnya. Selain itu sebagai tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang seharusnya dijadikan manusia sebagai bahan renungan bahwa manusia hanyalah sebagian kecil dari alam semesta. Dalam pembahasan ini akan sedikit dibahas tentang kosmologi yang berhubungan erat dengan eksistensi Allah SWT. Juga sebagai sebuah pendekatan untuk memahami Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW
JURNAL SIPAKALEBBI, 2013
Kedudukan perempuan dan laki-laki dalam perjalanan sejarah mungkin dianggap selesai setelah berlangsung periode demi periode dengan berbagai corak pemikiran yang lebih menempatkan kaum perempuan di bawah superioritas laki-laki, namun pada perkembangannya pikiran yang dianggap selesai tersebut ditemukan sisi yang seharusnya bukanlah merupakan landasan pemikiran, tetapi lebih pada penafsiran yang diakibatkan oleh kultur yang berkembang dalam masyarakat mujtahid terutama imam mazhab yang masyhur. Hingga saat ini otoritas hukum Islam di sejumlah negara muslim tampak belum tergoyahkan oleh gagasan berhaluan analisis gender. Resistensi ini tidak lain disebabkan oleh perbedaan asumsi yang mendasari keduanya. Tidak seperti analisis gender, hukum Islam justru lebih menekankan pada "pembedaan gender" dalam menetapkan posisi ideal laki-laki dan perempuan. Pembedaan ini bahkan boleh dikatakan telah menjadi karakter sosial hukum Islam, yang mejadikan peran dan status gender laki-laki menempati posisi relatif lebih "tinggi" dibandingkan dengan peran dan status yang ditempati perempuan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Dinul Koyyimah, 2019
Journal of Society and Development, 2021
Agus rudiyanto, 1999
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender, 2013
HAWARI : Jurnal Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam
PALASTREN Jurnal Studi Gender, 2017
SANGAJI: Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum, 2017