Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
17 pages
1 file
Sudah mafhum dikalangan peminat kajian hadis dan ilmu hadis, para imam hadis merupakan sosok yang memiliki ketekunan dan keuletan yang patut diteladani. Dalam masa ketekunannya inilah, para imam hadis kerap kali menghasilkan karya tulis yang tak terhingga nilainya. Tidak ketinggalan pula Imam Al -Nasa'i . Karangan-karangan beliau yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh pena sejarah antara lain; al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab al-Sunan al-Kubra), al-Khashais, Fadhail al-Shahabah, dan al-Manasik. Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam kitabnya Jami al-Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi'i. Sekarang, karangan Imam Al -Nasa'i paling monumental adalah Sunan Al -Nasa'i . Sebenarnya, bila ditelusuri secara seksama, terlihat bahwa penamaan karya monumental beliau sehingga menjadi Sunan Al -Nasa'i sebagaimana yang kita kenal sekarang, melalui proses panjang, dari al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra, al-Mujtaba, dan terakhir terkenal dengan sebutan Sunan Al -Nasa'i . BAB 2 PEMBAHASAN 1. Biografi Imam Al -Nasa'i.
Jabatan Al-Quran dan Al-Sunnah KUIS, 2020
Kitab al-Thiqat oleh Imam Ibn Hibban merupakan sebuah karya yang berkaitan dengan ilmu yang penting dalam bidang hadis iaitu 'ilm al-Rijal. Kitab ini ditulis oleh Imam Ibn Hibban dengan mengumpulkan hanya perawi-perawi yang bertaraf thiqah sahaja. Namun terdapat sebilangan besar perawi-perawi majhul yang hakikatnya tidak boleh dihukum sebagai thiqah. Kajian ini berbentuk kualitatif iaitu dengan cara mengkaji dan mengenalpasti perawi-perawi majhul di dalam kitab al Thiqat oleh Imam Ibn Hibban. Kajian ini dibina menggunakan metode pengumpulan data secara kajian perpustakaan dan pendekatan yang digunakan adalah berbentuk pendekatan deduktif. Hasil kajian ini mendapati bahawa Imam Ibn Hibban mempunyai metodologi penilaian al-'Adalah yang tersendiri ketika beliau memasukkan sejumlah yang ramai perawi-perawi majhul ke dalam kitab tersebut. Justeru itu, perbezaan metodologi beliau ini telah menatijahkan penghasilan karya yang berbeza dengan apa yang difahami oleh majoriti ahli hadis. Oleh itu, setiap dari pengkaji atau mereka yang menelaah kitab ini dengan hasrat mencari perawi-perawi yang thiqah sahaja, perlu memastikan agar kitab-kitab lain dalam cilm al-Rijal juga dirujuk berikutan permasalahan yang timbul dari aspek penilaian al-'Adalah tersebut. Malah, besarnya jumlah perawi-perawi majhul itu tidak lagi menunjukkan kesalahan yang disangka tidak sengaja, akan tetapi ianya adalah suatu metodologi yang sangat berbeza dengan kebiasaan ahli hadis yang lain dalam penetapan al-'Adalah.
Haji merupakan rukun Islam kelima yang diwajibkan atas setiap muslim yang merdeka, baligh ,dan mempunyai kemampuan, dalam sekali seumur hidup.
Sekarang ini banyak sekali umat manusia yang kurang memerhatikan lingkungan sekitarnya, baik itu kebersihan, maupun kelestarian. Yang ada hanya kepentingan sendiri-sendiri maupun kelompok. Sehingga terjadi perusakan lingkungan dimana-mana, tanpa memikirkan sebab akibat yang akan terjadi pada kehidupan generasi yang akan datang. Hal itu dibarengi dengan kemajuan teknologi dan informasi yang ada sekarang. Dengan kemajuan teknologi manusia dapat mencari informasi bahakan berita dengan cepat.
STAIPI Garut Press, 2019
Buku ini berisikan kumpulan hadits-hadits Nabi SAW seputar haji dan umrah. Menyajikan teks hadits berikut terjemahnya. Di samping itu, ada beberapa penjelasan atau ulasan, khususnya mengenai pembahasan yang terdapat ikhtilaf di dalamnya; misalnya tentang Meminjam Dana untuk Berhaji dan tentang Badal Haji.
1.0 PENDAHULUAN Al-Quran sebagai dasar utama dalam negara Islam yang menjadi rujukan umat Islam bagi memperoleh petunjuk, bimbingan dan berkewajipan untuk mengamalkannya. Pelbagai penafsiran al-Quran telah dibuat oleh para intelektual berdasarkan hasil kajian dan pemikiran mereka. Tugasan pada kali ini akan membincangkan berkenaan metod tafsiran Muhammad Syahrur yang menyentuh hal-hal berkaitan poligami, wasiat, perwarisan, dan aurat wanita. Seperti yang telah diketahui, Muhammad Syahrur ialah seorang intelektual Arab yang terkenal pada akhir abad ke-20. Beliau dikenali sebagai seorang ahli falsafah bahasa dan telah memperkenalkan teori Nazhariyyah al-Hudūd atau teori limit. Hasil karyanya yang mendapat perhatian orang ramai ialah Al-Kitab wa al-Qur"an Qira"ah Mu"ashirah Penulisan Syahrur ini mengundang banyak kontroversi daripada orang ramai kerana ideaidea yang dikeluarkan adalah luar biasa. Muhammad Syahrur menegaskan bahawa hasil karyanya bukanlah literatur tafsir atau literatur hukum Islam tetapi hanya sebagai literatur kritik kontemporari terhadap al-Quran. Ia tidak bermaksud membuat orang percaya terhadap sesuatu atau tidak, sebaliknya hanya menyerahkan segalanya ke atas pembaca untuk menilai. Syahrur yakin dengan menggunakan langkah kritik hermeneutik (hermeneutical critic), ia akan lebih mencorakkan pemikiran keislaman dan memberi manfaat kepada manusia. Pemikiran Syahrur secara dominannya lebih kepada moden atau kontemporari. Beliau menyatakan bahawa al-Quran semestinya ditafsirkan sebagaimana zamannya dan tidak perlu kepada penafsiran yang lama. Al-Quran pada pandangan Syahrur merupakan "subject of interpretation". Oleh itu, dalam melakukan penafsiran, umat Islam tidak harus terikat dengan cara penafsiran terdahulu yang mana ianya sudah tidak sesuai digunakan pada masa kini. Beliau juga menegaskan manusia bebas untuk berfikir dan mempunyai pilihan di mana difahami sebagai wilayah ijtihad yang bersifat dinamik, fleksibel, dan elastik. Semua perkara harus disesuaikan dengan masa, keadaan dan tempat.
Al-Qalam, 2020
The biggest spiritual orientation for every Muslim in performing Hajj is getting predicate Hajj Mabrur. So whether the predicate is just a spiritual title? This research will describe Nurcholish Madjid's Sufistic social fiqh thoughts about the meaning of the predicate hajj Mabrur. This type of research is a qualitative research in the form of library research. The main data source used was a book by Nurcholish Madjid entitled Hajj and Umrah. Meanwhile, secondary sources are used, namely various studies that are relevant to the focus of this research study. The method used in this study is the method of interpreting the thought of figures. There are two big conclusions of this research. First, the integrative paradigm of nurcholish Madjid, namely the paradigm of integration between fiqh, social and Sufism. This integrative paradigm according to Nurcholish Madjid can make fiqh as a medium for the social reform movement. Second, the predicate Hajj Mabrur in the perspective of Nurch...
muslim.or.id/1891-tanda-tanda-haji-mabrur.html Ajaran Islam dalam semua aspeknya memiliki hikmah dan tujuan tertentu. Hikmah dan tujuan ini diistilahkan oleh para ulama dengan maqashid syari'ah, yaitu berbagai maslahat yang bisa diraih seorang hamba, baik di dunia maupun di akhirat. Adapun maslahat akhirat, orang-orang shaleh ditunggu oleh kenikmatan tiada tara yang terangkum dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (hadits qudsi), " Allah berfirman (yang artinya): Telah Aku siapkan untuk hamba-hambaKu yang shaleh kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terdetik di hati manusia. " [1] Untuk haji secara khusus, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Adapun di dunia, banyak maslahat yang bisa diperoleh umat Islam dengan menjalankan ajaran agama mereka. Dan untuk ibadah haji khususnya, ada beberapa contoh yang bisa kita sebut; seperti menambah teman, bertemu dengan ulama dan keuntungan berdagang. Di samping itu, Allah juga memberikan tanda-tanda diterimanya amal seseorang, sehingga ia bisa menyegerakan kebahagiaan di dunia sebelum akhirat dan agar ia semakin bersemangat untuk beramal. Tidak Semua Orang Meraih Haji Mabrur Setiap orang yang pergi berhaji mencita-citakan haji yang mabrur. Haji mabrur bukanlah sekedar haji yang sah. Mabrur berarti diterima oeh Allah, dan sah berarti menggugurkan kewajiban. Bisa jadi haji seseorang sah sehingga kewajiban berhaji baginya telah gugur, namun belum tentu hajinya diterima oleh Allah Ta'ala. Jadi, tidak semua yang hajinya sah terhitung sebagai haji mabrur. Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan, " Yang hajinya mabrur sedikit, tapi mungkin Allah memberikan karunia kepada jamaah haji yang tidak baik lantaran jamaah haji yang baik. " [3] Tanda-Tanda Haji Mabrur Nah, bagaimana mengetahui mabrurnya haji seseorang? Apa perbedaan antar haji yang mabrur dengan yang tidak mabrur? Tentunya yang menilai mabrur tidaknya haji seseorang adalah Allah semata. Kita tidak bisa memastikan bahwa haji seseorang adalah haji yang mabrur atau tidak. Para ulama menyebutkan ada tanda-tanda mabrurnya haji, berdasarkan keterangan al-Quran dan al-Hadits, namun itu tidak bisa memberikan kepastian mabrur tidaknya haji seseorang. Di antara tanda-tanda haji mabrur yang telah disebutkan para ulama adalah: Pertama: Harta yang dipakai untuk haji adalah harta yang halal, [4] karena Allah tidak menerima kecuali yang halal, sebagaimana ditegaskan oleh sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
2016
The study, entitled "Historiography Haji According to the Quran" is intended to reveal the whole concept of the historical aspects of the pilgrimage in the Qur'an. The Hajj initially has started since prophetic Ibrahim that expressed by the Qur'an scattered in separate passages. Historically Hajj begins with the history of Abraham which in turn are the basis religious practices (rituals of Hajj), the historical establishment of the Kaaba Baitullah as houses of worship were first built in the history of human religious and historical aspects syi'ar Allah (Propagation on God). Last, Hajj shows how the historicalpilgrimage later became simbols of human obedience and devotion to God in the system of worship of Muslims.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Living Hadis, 2019
Analisis Hadits Mengenai Larangan Mendiamkan Saudaranya Lebih dari 3 Malam, 2022
Journal of Islamic Architecture, 2012
Indonesian Journal of Islamic Literature and Muslim Society
Nurhaida Nasution, 2020
An-Nuha STAI MADIUN, 2020