Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
7 pages
1 file
Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas dari filsafat kritisnya adalah, bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubunganhubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi. Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang nyata 1 .
PAradigma Komunikasi Habermas, 2016
Abstrak Permasalahan Kapitalisme dan Proletariat bukan hanya dilihat sebagai sebauah pergerakan radikal ortodoksi menuju pergerakan frontal menuju pergerakan baru Dalam perkembangan Teori Kritis pandangan kritis berkembang menjadi bidang kajian kritis yang semakin meluas yang mampu merambah segala aspek keilmuan sosial. Mazhab frankfurt generasi pertama mengembangkan pemikiran kritis dari Basis Infrastruktur dan Suprastruktur Marx menjadi Supradisipliner yang berusaha membangun paradigm kesadaran sosial. Kemudian pada generasi kedua Mazhab Frankfurt yang diperkuat oleh Jürgen Habermas menggeser pandangan paradigma kesadaran ke Paradigma Komunikasi untuk menciptakan masyarakat yang komunikatif dan argumentatif dengan didasarkan pada rasionalisasi sosial. Kata Kunci: Paradigma, Teori Komunikasi, Perspektif Habermas. PENDAHULUAN Dinamika komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kehadiran Teknologi Komunikasi semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk lebih aktif dan produktif dalam menghasilkan suatu pesan. Namun siapa sangka, perkembangan komunikasi saat ini bukan semata sebagai alat yang memanjakan setiap masyarakat yang bestatus sebagai pengguna perangkat komunikasi, melainkan mendorong masyarakat semakin konsumtif terhadap keberadaan produk ataupun jasa. Meningkatnya nilai komoditas produksi dan konsumsi pada komunikasi mampu meningkatkan geliat kapitalisme dalam meningkatkan nilai-nilai produksi untuk kebutuhan yang dikonsumsi dalam komunikasi. Dinamika masa kini industri media, khususnya tren akan ekspansi, diversifikasi dan penggabungan media, terutama atas dasar peluang-peluang teknologi baru dan perekonomian baru. Hal ini daat dilihat dari latar yang disiapkan dari hal yang mengingatkan kita akan sifat-sifat utama sistem media yang berkembang berdasarkan ekonominya. Istilah "sistem media"(Media system) mengacu pada serangkaian media massa aktual dalam suatu masyarakat nasional,
Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas dari filsafat kritisnya adalah, bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubunganhubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi. Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang nyata 1 .
Multiculturalism, the global cultural exchange, and the need of humanized communication are the real challenges for social sciences and social philosophy. Through the metatheoritical approach in Critical Theory, Jürgen Habermas attempts to answer those fundamental problems. He built a comprehensive theory to analyze the relationships of knowledge, science, politics, society, and culture in modern society. He found that we need a new approach to develop an emancipatory science, a science which regard the human as the subject of change. Masalah yang mengemuka dalam filsafat sosial dan politik terkait dengan hakikat suatu kajian filsafat tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan: Apa peran yang semestinya dilakukan oleh 'rasio' dalam refleksi-refleksi abstrak tentang masyarakat? Apakah suatu teoritisasi atas dasar suatu perspektif yang tidak memihak dan netral tentang masyarakat itu mungkin? Ataukah teoritisasi yang ada ini hanyalah sebuah permukaan dari suatu pemikiran yang sesungguhnya bias dan ditujukan hanya untuk kepuasan diri sendiri? (Christman, 2002: 1) Persoalan 'metodologis' dalam pemahaman sosial ini sesungguhnya terkait dengan perkembangan yang terjadi pada kajian-kajian tentang realitas sosial-politik, di samping tuntutan pragmatis untuk menjawab berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat itu sendiri. Dinamika masyarakat pada satu sisi menuntut adanya reorientasi dan restrukturisasi bangunan metodologis ilmu sosial, pada sisi lain kajian atas dasar sudut pandang baru menyajikan kekayaan analisis atas berbagai dimensi dan hubungan-hubungan sosial yang tak mampu diungkap melalui pendekatan sebelumnya. Pergeseran pemahaman aspek 'teoritis' dan 'praktis' dari teori terjadi secara gradual. Akibat yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut pada akhirnya membawa pada situasi 'keberjarakan' antara kajian politik klasik dengan realitas sosial dewasa ini. Pendekatan klasik terhadap politik menjadi sesuatu yang asing bagi kita (Habermas, 1973: 42). Politik dan perangkat teori sosial yang mendukungnya menjadi sesuatu yang 'jauh', karena kecenderungan yang kuat adanya penekanan pada aspek normatif, dan juga terjadi proses marginalisasi klaim-klaim pengetahuan yang mendasari putusan politik dengan menyatakannya sebagai jenis pengetahuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara epistemologis. Akibatnya, bila dicermati perkembangan yang terjadi dewasa ini pada dunia 'politik', jarak kajian ilmiah terhadap 'dunia praksis' nampak menjadi semakin lebar. Sindung Tjahyadi adalah Dosen Filsafat Pengetahuan, Fakultas Filsafat UGM
Teori kritis Mazhab Frankfurt yang telah dirintis oleh Adorno, Holkheimer dan Marcuse, menurut Habermas menemukan jalan buntu. Kebuntuan itu menurut Habermas terjadi pada konsep praxis. Habermas sendiri sebenarnya mengeritik ide Karl Marx tentang penggunaan term praxis. Dalam pandangan Marx, praxis kehidupan manusia adalah kerja. Kerja, bagi Marx, adalah kegiatan indrawi manusia yang bersifat obyektif. Karena itu hubungan-hubungan produksi di dalam masyarakat juga bersifat obyektif, dalam arti relasi-relasi itu independen dari kehendak manusiawi. Totalitas hubungan-hubungan produksi itu membentuk struktur ekonomi masyarakat yang juga obyektif. Dengan menyamakan praxis dengan kerja, Marx secara sangat sederhana telah meredusir syarat-syarat pembebasan sejati umat manusia, yaitu lewat penghapusan pembagian kerja di dalam masyarakat. 1 Habermas merupakan pelopor Generasi Baru Teoti Kritis. Di dalam pemikirannya, teori kritis mendapat dasar-dasar epistemologi yang sistematis, dan dengan cara itu dia berusaha mengatasi positivisme dengan menunjukkan keterkaitan teori dan praxis. Sama seperti para pendahulunya (Adorno dan Holkheimer), Habermas hendak membangun sebuah 'teori dengan maksud praktis'. 2 Konsep Kritik menurut warisan Mazhab Frankfurt tidak ditinggalkannya. Jika para pendahulunya menolak sama sekali pemikiran modern tersebut, Habermas melihat segi-segi positifnya. Unsur-unsur modernitas, seperti teknologi, ilmu-ilmu empiris dan positivisme sebagai cara berpikir, merupakan faktor yang penting bagi salah satu dimensi dari praxis hidup manusia, yaitu kerja. Dengan jalan itu manusia berhasil membebaskan diri dari alam eksternalnya. 3 Meskipun Habermas menerima cara berpikir positivistis dan teknologi dalam konteks kerja, dia bersikap tegas (baca:kritis) terhadapnya bila diterapkan dalam konteks interaksi sosial. Di sini seperti para pendahulunya, Habermas mengecam positivisme sebagai 'ideologis' dan saintisme karena positivisme mengklaim diri sebagai pengetahuan sejati yang meliputi segala bidang, termasuk kehidupan sosial manusia.
Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas dari filsafat kritisnya adalah, bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubunganhubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi. Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang nyata 1 .
FITRIA SARI HARAHAP , 2024
Pemikiran politik kontemporer telah mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa dekade terakhir, dengan munculnya berbagai teori dan paradigma baru yang berupaya memahami kompleksitas masyarakat modern. Di antara para pemikir yang memberikan kontribusi besar dalam diskursus ini, Jürgen Habermas menempati posisi yang sangat penting. Sebagai salah satu filsuf dan sosiolog terkemuka abad ke-20, Habermas telah mengembangkan serangkaian gagasan yang tidak hanya relevan dalam konteks akademis, tetapi juga memiliki implikasi luas terhadap praktik demokrasi dan kehidupan publik kontemporer. Pemilihan tema "Pemikiran Politik Kontemporer: Jürgen Habermas" didasari oleh beberapa pertimbangan krusial. Pertama, urgensi untuk memahami dan menganalisis kembali konsep-konsep fundamental demokrasi di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Dalam era post-truth dan disrupsi informasi, teori tindakan komunikatif dan demokrasi deliberatif yang dikembangkan Habermas menawarkan kerangka konseptual yang sangat relevan untuk mengatasi krisis legitimasi dan partisipasi politik.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Richardus Beda Toulwala, 2022
Darlyna waty, 2021
Metodologi dan paradigma kritis, 2024
AHKAM:Jurnal Ilmu Syariah, 2016
Inter Komunika: Jurnal Komunikasi, 2022
METODE KRITIK HADIS MISOGINIS MENURUT FATIMA MERNISSI, 2021