Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
9 pages
1 file
Secara umum, reformasi birokrasi merupakan bagian dari strategi besar dalam ilmu perilaku organissi yang dikenal dengan manajemen perubahan. Melaksanakan reformasi birokrasi sama dengan melakukan manajemen perubahan dalam birokrasi. Manajemen perubahan dalam birokrasi saat ini terus digulirkan melalui inovasi dan kreativitas pemerintah daerah ditengah tuntutan public dan keterbatasan SDM yang dimiliki, beberP pemerintah daerah mampu megelola perubahan birokrasi tersebut secara optimal, sehingga menciptakan kualitas pelayanan publik yang unggul dan tingkat kepuasan masyarakat yang semakin membaik dalam mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, beberapa organisasi birokrasi di Indonesia telah putus asa karena tidak mengetahui bagaimana seharusnya dan sebaiknya manajemen perubahan dilaksanakaan dan apa hasil yang perlu dicapai, kondisi ini kemungkinan besar disebabkan oleh ketidakjelasan pemahaman manajemen perubahan untuk birokrasi, yang dimulai dari ketidakjelasan konsep yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kotter bahkan menyebutkan bahwa, sikap atau perilaku seseorang dapat dengan mudah berubah jika pemimpin mampu untuk berkomunikasi atau mendorong perasaan atau emosi orang tersebut, etika hal ini mampu dilaksanakan maka perubahan akan terwujud bahkan akan menjadi sistem dan membudaya. Disisi lain, reformasi birokrasi oleh seagian pemerintah daerah saat ini relatife dirasakan sudah membuahkan hasil, meskipun belum menyeluruh. Upaya pembenahan tersebut terlihat dengan mencuatnya nama beberapa kepala daerah dengan program aplikatif dan inovatif telah membuka tabir dan opini masyarakat akan kinerja birokrasi yang rendah menuju birokrasi yang melayani, inovatif, bersih dan nberkinerja tinggi. Sebagai salah satu daerah yang berperan serta dalam praktek penyelenggaraan reformasi birokrasi, pemerintah kota Pontianak menggunakannya sebagai solusi pada permasalahan yang imbul dalam penyelenggaraan pemerintah daerah khususnya sector pelayanan publik. Berdasarkan hasil wawancara dan penggalian data sekunder terkait, maka beberapa permasalahan yang ada dilingkungan pemerintah kota Pontianak adalah : 1. Terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, dikarenakan oleh adanya moratorium PNS serta tidak sesuainya jumlah PNS yag disetujui oleh Kemenpan dan RB. Selain itu, relative belum optimalnya penempatan dan pendistribusian personil sesuai dengan keahlian dan kemampuannya tentu akan berpengaruh pada kinerja SKPD. Salah satu akibatnya adalah adanya ketidaknyamanan public dalam berbagai hal yang berhubungan dengan pemerintah dikarenakan petugas pelayanan yang kurang ramah dan simpatik. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran melyani relative belum tertanam secara optimal dalam pola pikir dan pola tindak aparatur pemerintah Kota Pontianak.
Jurnal Vokasi Kesehatan, 2016
Gizi kurus merupakan masalah gizi yang sifatnya akut, sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi da-lam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asu-pan makanan. Dampak gizi kurus pada balita dapat menurunkan kecerdasan, produktifitas, kreatifitas, dan sangat berpengaruh pada kualitas SDM. Tinggin-ya prevalensi gizi kurang dan buruk pada balita dipen-garuhi oleh tiga faktor utama yaitu buruknya kualitas dari kuantitas konsumsi pangan sebagai akibat masih rendahnya ketahanan pangan keluarga, buruknya pola asuh dan rendahnya akses pada fasilitas kesehatan (Hendrayati. dkk, 2013). Salah satu faktor yang berperan dalam mening-katkan derajat kesehatan itu adalah status gizi baik. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menen-tukan kualitas tumbuh kembang seseorang yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Status gizi masyarakat sering digam-barkan dengan besaran masalah gizi pada kelompok anak balita yang merupakan kelompok yang rawan gizi (Adriani, dkk, 2012). Penilaian status gizi yang dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yangmenggambarkan perole-han gizi kurus (Depkes RI, 2013). Gizi kurang pada anak dapat membuat anak menjadi kurus dan pertumbuhan menjadi terhambat. Penyebab kurang gizi secara langsung adalah kon-sumsi makanan tidak seimbang dan penyakit infek-si (Manullang, Mona Sylvia J. dkk. 2012). Penyebab tidak langsung masalah gizi kurang, dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik (Mustapa, Yusna. dkk. 2013). Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius apabila prevalensi gizi kurus antara 10,0%-Abstract : Wasting in Children at work area of Puskesmas Pontianak City. This study aimed to figure out the risk factors of wasting in Children at work area of Puskesmas Saigon and Puskesmas Perumnas II. A case control method, as well as a purposive sampling technique, was carried out in this study. As many as 66 respondents were divided into 2 groups (33 cases group and 33 control group). The data were analyzed by using Chi square test. The study revealed two findings. First, there were significant correlation of infectious disease (p= 0,003, OR=5,714 with CI 95%=1,925-16,965), exclusive breast feeding(p= 0,021, OR=3,946 with CI 95%=1,343-11,800), complete immunization(p= 0,025, OR=3,619 with CI 95%=1,290-10,150). Second, there were no correlation of carbohydrate intake(p= 0,577, OR=1,688 with CI 95%=0,524-5,438), protein intake (p= 1,000, OR=1,134 with CI 95%=0,425-3,026),and the incidence of wasting in Children at work area of Puskesmas Saigon and Puskesmas Perumnas II. Abstrak : Gizi Kurus (Wasting) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian gizi kurus di wilayah kerja Puskesmas Saigon dan Puskesmas Perumnas II. Jenis penelitian adalah Case control dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 66 responden yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 33 kasus dan 33 kontrol. Data dianalisis menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi (p = 0,003, OR = 5,714 dengan CI 95% = 1,925-16,965), ASI eksklusif (p = 0,021, OR = 3,946 dengan CI 95% = 1,343-11,800), dan kelengkapan imunisasi (p = 0,025, OR = 3,619 dengan CI 95% = 1,290-10,150). Variabel yang tidak berhubungan asupan karbohidrat (p = 0,577, OR = 1,688 dengan CI 95% = 0,524-5,438) dan asupan protein (p = 1,000, OR = 1,134 dengan CI 95% = 0,425-3,026) dengan kejadian gizi kurus di Wilayah Kerja Puskesmas Saigon dan Puskesmas Perumnas II. Kata kunci : gizi kurus, asupan karbohidrat dan protein
Perawat Kesehatan Masyarakat
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyusun Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED. Pedoman ini merupakan penyempurnaan Pedoman Pengembangan Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang telah disusun pada tahun 2004. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melakukan pembinaan dan pengembangan Puskesmas mampu PONED sehingga mampu melaksanakan penanganan kasus emergensi maternal dan neonatal sesuai standar dan terlaksana secara op mal.
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul "Analisa Permasalahan di Masyarakat : Efektifitas Puskesmas". Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen selaku pembimbing mata kuliah ini serta segala pihak dan sumber yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
ULAMA POLITIK DAN NARASI KEBANGSAAN, 2019