Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
11 pages
1 file
Dalam perancangan mesin pemotong kayu untuk industri furniture dan mebel dengan motor lisrik 1400 Rpm ini mempertimbangkan berbagai data yang akan digunakan dalam perancangan mesin ini. Data yang terdapat pada spesikasi mesin ini terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1) Profil rangka, 2) Kapasitas mesin, dan, 3) Klasifikasi pisau pemotong. Adapun data mengenai kapasitas mesin, profil rangka, dan pisau pemotong adalah sebagai berikut : Dalam perancangan mesin pemotong kayu untuk industri furniture dan mebel dengan motor lisrik 1400 Rpm ini menggunakan bahan besi Mild Steel (ST-37),
Dari hasil yang penulis dapatkan diaatas dapat disimpulakan 96% orang melakukan shalat karena sudah kewajiban hal ini memiliki kesinambungan dengan fatwa ulama dan dari al quran atau hadist yang menyatakan bahwa shalat itu hukumnya wajib. Karena kewajiban itulah orang muslim melakukan shalat, tetapi tidak hanya didasari atas kewajiban saja. Shalat juga sudah menjadi kebutuhan manusia.
ABSTRAK Nyeri post bedah mayor terjadi karena adanya luka insisi selama pembedahan. Masase kutaneus merupakan salah satu penanganan nyeri non farmakologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan penurunan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan masase kutaneus. Jenis penelitian ini adalah quasy experiment dengan 20 responden post bedah mayor yang diambil secara purposive sampling di ruang Nusa Indah RSUD Majalengka. Desain penelitian ini adalah time series design. Intensitas nyeri diukur sebelum dan setelah dilakukan masase kutaneus menggunakan Skala Nyeri Numerik 0-10 (AHCPR). Hasil penelitian ini menunjukkan rata – rata intensitas nyeri sebelum dilakukan masase kutaneus adalah 5.10 dengan sebagian besar responden mengeluh nyeri sedang (85%). Sementara sebagian kecil responden mengeluh nyeri ringan (5%) dan nyeri berat (10%). Adapun gambaran intensitas nyeri setelah intervensi adalah 70% nyeri sedang, 30% nyeri ringan dan rata – rata 3.75. Dari hasil perhitungan uji statistik paired t test dengan SPSS diperoleh nilai t =10.283 dan ρ value 0.000 (< 0.05) maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan penurunan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik masase kuteneus pada pasien post bedah mayor. Oleh karena itu perawat dapat mengaplikasikan masase kutaneus dalam membantu menurunkan intensitas nyeri pada pasien post bedah mayor. ABSTRACT Major surgical postoperative pain occurs because of the incision during surgery. Massage is one of the cutaneous non-pharmacological pain management. This study aims to determine wheter there are differences between the reduction in pain intensity before and after cutaneous massage. Type of this research is quasy experiment with 20 post major surgery respondents taken by purposive sampling in the Nusa Indah Majalengka hospital. The design of this study is time series design. Intensity of pain was measured before and after cutaneous massage using numerical pain scale 0-10 (AHCPR). The result showed average pain intensity prior to cutaneous massage is 5.10 with most of the respondents complained of moderate pain (85%). While a minority of respondents complained of mild pain (5%) and severe pain (10%). Intensity of pain after intervention was 70% moderate pain, 30% mild pain and average 3.75. From the calculation of statistical test with SPSS paired t test obtained t value 10.283 and ρ value 0.000 (< 0.05) then Ho is rejected. Which is
SMS center 0823 8685 4868 RENCANA TINDAK LANJUT TERHADAP TEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN NOMOR ../TU-Umum/HC-PDK/IX-2015 Rencana tindak lanjut terhadap temuan tinjauan manajemen Puskesmas Padang Karambia meliputi serangkaian kegiatan yang dimulai sejak awal tahun anggaran pada saat penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas Padang Karambia. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data yang dipantau dan dibahaas melalui forum Lokakarya Mini baik bulanan dengan lintas program di dalam Puskesmas maupun Lokakarya mini tribulanan yang melibatkan lintas sektor di kecamatan. Rencana tindak lajut terhadap temuan tinjauan manajemen Puskesmas Padang Karambia dapat kita lakukan dengan terlebih dahulu melakukan penilaian kinerja. Hal ini meliputi Puskesmas dan jaringannya, yaitu Puskesmas, Puskesmas Pembantu, bidan serta berbagai UKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat lainnya. Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, maka pada proses pelaksanaannya tetap di bawah bimbingan dan pembinaan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Sinopsis Tradisi tutur atau susastera (lisan) merupakan tradisi yang paling mudah dijumpai di setiap komunitas. Tradisi ini dapat berupa dongeng, legenda, mitos ataupun cerita rakyat. Tradisi tutur merupakan media untuk mewariskan nilai-nilai sosial-budaya kepada generasi berikutnya untuk dijadikan pedoman hidup. 3.1 Pendahuluan Folklor sebagai bagian dari kebudayaan suatu kolektif, tentunya memiliki cirri ciri tersendiri yang merupakan identitas pembeda dengan kebudayaan yang lain. Ciri-ciri pengenal folklor telah banyak dikemukakan oleh para ahli seperti Brunvand dan Carvalho-Neto, ciri-ciri pengenal yang dikemukakan mereka kemudian dirumuskan oleh Danandjaja (2002), yaitu: a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu generasi ke generasi berikutnya. b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi). c. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan. d. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi. e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat, misalnya, selalu mempergunakan kata-kata klise seperti " bulan empat belas " untuk menggambarkan kecantikan seorang gadis dan " seperti ular berbelit-belit " untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutupan yang baku, seperti kata " sahibul hikayat … dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya, " atau " Menurut empunya cerita … demikianlah konon " atau dalam dongeng Jawa banyak dimulai dengan kalimat Anuju sawijining dina (pada suatu hari), dan ditutup dengan kalimat : A lan B urip rukun bebarengan kayo mimi lan mintuna (A dan B hidup rukun bagaikan mimi jantan dan mimi betina).
Bahasa memainkan peranan yang penting dalam kehidupan kita seharian. Hal ini perlu kita sedari dari secara mendalam, khususnya bagi guru-guru bahasa dan juga guru-guru dalam bidang yang lain. Para guru bahasa perlu memahami bahawa tujuan akhir pengajaran ialah agar para pelajar mahir berbahasa, mahir menyemak, mahir bertutur, mahir membaca dan mahir menulis.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.