Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
6 pages
1 file
Melalui biokonversi, limbah organik seperti tinja, sampah domestik dan limbah pertanian dapat dikonversi menjadi bioenergi. Bioenergi merupakan gas kompleks yang terdiri dari Metana, karbondioksida, Asam sulfida, dan gas-gas lainnya.
ABSTRAK Pemanfaatan sampah antara lain sebagai sumber pupuk organik, misalnya kompos maupun bahan pembuat biogas dengan biokonversi oleh mikroorganisme. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi biogas dari campuran sampah pasar dan kotoran ternak secara batch biodigester. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah tahap 1 variabel tetap suhu ruangan 30 o C, pH alami sampel 7, EM-4 20 mL, waktu pengamatan 1 Hari sekali, variabel yang diamati Rasio volume sampah sayuran dan air 100 : 50, 100 : 100, 100 : 150, 100 : 200, 100 : 250. Tahap II variabel Tetap Suhu Ruangan 30 o C pH Alami Sampel: 7, EM-4 : 20 mL, waktu Pengamatan: 1 hari sekali variabel yang diamati Rasio volume sampah sayuran dan kotoran ternak; 100 : 0, 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30, 60 : 40, 50 : 50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume biogas terbanyak dihasilkan pada biogas kotoran ternak dan sampah sayuran. Produksi biogas dengan rasio terbanyak 50 : 50 dihasilkan pada hari ke-5 sebanyak 4,3 mL. pH 7 merupakan pH optimum pada pembentukan biogas dari campuran sampah sayuran dan kotoran ternak. Kata Kunci: Rasio Sampah Sayuran dan Kotoran Ternak ABSTRACT Optimization utilization of waste among other things as a source of organic fertilizer, suchas composting or biogas maker with biokonversi materials bymicroorganisms. This study is to investigate the potential of biogas from vegetable waste dam mixture of animal manure in batches in a manure biodigester. Variables used in the phase 1 study is still variable ambient temperature of 30 o C, the natural pH of the sample 7, EM-4 20 mL, 1 day observation time at all, the volume ratio of observed variables and vegetable waste water 100 : 50, 100 : 100, 100 : 150, 100 : 200, 100 : 250. Stage II Non-variable Fixed Temperature 30 o C pH Natural Samples: 7, EM-4: 20 mL, observation time: 1 days once observed variables ratio of the volume of waste vegetable and animal droppings 100 : 0, 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30, 60 : 40, 50 : 50. The results showed that the highest volume of biogas produced at the biogas manure and vegetable waste. Biogas production with the highest ratio of 50: 50 is generated on day 5 as much as 4.3 mL. pH optimum at pH 7 is the formation of a mixture of biogas from manure and vegetable waste.
Biogas pada umumnya selalu dikaitkan dengan suatu tangki (bejana) yang digunakan untuk menghasilkan biogas (gas metana) melalui proses anaerobik dari limbah pertanian atau dari limbah ternak seperti kotoran sapi yang terdiri dari feses dan urine. Berbagai sebutan lain dengan maksud sama dengan biogas telah digunakan di berbagai negara seperti : " Bihugas plant " (Jerman), " Gobar gas plant " (India), " Marsh gas plant " (China). Istilah ini telah muncul 200 tahun yang diakibatkan dari air yang membanjiri " Marshland " yang mudah terbakar. Hal ini membuat para ahli membuat teori bahwa energi gas ini dapat dihasilkan dari dekomposisi bahan organik dalam cairan tetapi pada lingkungan bebas oksigen Energi memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang aktivitas manusia , sehingga tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Hampir Limbah ternak merupakan hasil sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, dan sebagainya. Semakin berkembangnya usaha peternakan di Lembang limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feses dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padat atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sementara itu, limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering pun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu dan Pencemaran karena gas metana menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan sekitar.
Journal Chemical Process Engineering, 2018
INTISARI Limbah biogas selalu menyisakan kotoran yang menimbulkan aroma yang tidak enak jika dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini bagaimana cara membuat pupuk organik dan meningkatkan nilai rasio C/N dari ampas biogas. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama dilakukan preparasi sampel, yaitu dengan memisahkan sampel ampas biogas menjadi padat dan cair. Tahap kedua menganalisa sampel ampas biogas untuk mengetahui unsur N, P, K, dan C dan tahap ketiga penamahan bahan aditif (Karbon dari tempurung kelapa, ampas tahu dan kotoran kambing) untuk meningkatkan unsur C dan N. Dari hasil penelitian didapatkan sebelum sampel ditambahkan bahan aditif nilai C 6,83 % dan setelah penambahan bahan aditif karbon (1;3) : 20,28% ; ampas tahu (1:2) : 16,48% ; dan kotoran kambing (1:2) : 18,64%, sedangkan untuk nilai N sebelum ditambahkan bahan aditif 0,1 % dan setelah penambahan bahan aditif karbon (1:3) : 0,216% ; ampas tahu (1:2) : 0,014% ; dan kotoran kambing (1:2) : 1,123%. Dapat disimpulkan untuk penambahan C dan N terbaik dengan penambahan karbon (1:3) : 20,28% dan kotoran kambing (1:2) : 1,123%. ABSTRACT Biogas waste always leave faces that make bad smell if we throw to another place without the next processing. The purpose from this research to know how to make waste organic and increase ratio value C/N from waste biogas. This research has 3 steps. The first step is sample preparation such as separate the waste biogas sample become solid and liquid. The second step is analyze waste biogas for knowing the element N, P, K, and C and the third step is adding the material addictive (Carbon from coconut shell, waste of tofu and goat feces) to increase the element C and N. From the result of research obtained before the sample added addictive material the value of C 6,83 % and after adding material addictive carbon (1:3) : 20,28% ; waste of tofu and goat feces (1:2) : 18,64%, mean while for value N before adding the material addictive 0,1% and after adding the material addictive carbon (1:3) : 0,216% ; waste of tofu (1:2) : 0,014% ; and goat faces (1:2) : 1,123%. Can be concluded the best way to add C and N by adding carbon (1;3) ; 20,28% and goat faces (1;2) ; 1,123%. Key Word : Biogas, organic fertilizer, the rasio C/N PENDAHULUAN
Pembuatan Biogas dari tinja Kambing merupakan bentuk penelitian eksperimen, yang dilakukan di Desa Slaring, Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini dilakukan totalitas waktunya sekitar 8 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat Biogas dari tinja kambing. Bahan/material kotoran/tinja kambing banyak terdapat di didesa tersebut, karena banyak warga yang berternak kambing, tinja kambing hanya gunakan sebagai pupuk tanaman. Harapan utama adalah jika berhasil penelitiannya maka akan dijadikan contoh dan model pengembangannya dalam menerapkan secara langsung biogas dari tinja kambing (sistem permanen). Hasil penelitian ini dinyatakan gagal, oleh karena segala keterbatasannya. Kegagalan yang paling utama terletak pada sistem/alat terjadi kebocoran,sehingga tidak terbentuk fermentasi, yang mengakibatkan biogas methana tidak berhasil diperoleh. Kata Kunci : Biogas, Proses Fermentasi, dan Drum / Tangki Percerna(Digester)
OW-COFFEE, 2018
Sampah organik dari hasil kegiatan pasar merupakan salah satu dari alternatif bahan baku untuk pembuatan pupuk organik (kompos) dan biogas. Beberapa manfaat dari biogas diantaranya adalah mengurangi volume sampah yang tidak termanfaatkan, mengurangi pencemaran lingkungan dan bahan bakar alternatif. Jumlah dan kualitas biogas yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dengan jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan, komposisi masukan dan waktu fermentasi. Variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah jenis sampah organik sisa kegiatan pasar yaitu sampah sayuran dan usus ayam, perbandingan kadar sampah organik dengan kotoran sapi yang telah diencerkan (30 : 70, 50 : 50, 70 : 30) dan waktu fermentasi yaitu 5 hari, 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari, dan 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah organik usus sapi menghasilkan biogas dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan sampah sayuran. Biogas yang dihasilkan mengandung gas metana (CH 4 ) dengan komposisi terbesar pada perbandingan komposisi masukan usus ayam dan kotoran sapi 70 : 30 sebesar 54,03 (% volume biogas) dengan waktu fermentasi selama 21 hari.
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari mikroorganisme atau makhluk hidup yang sangat kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) yang tak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu peralatan khusus. Mikrobiologi diterapkan pada berbagai bidang seperti pada bidang makanan, kesehatan, pertanian, pertambangam, dan dalam pembuatan biogas sebagai bahan bakar alternative. Biogas berasal dari proses biodegradasi material organik oleh bakteri dalam kondisi anaerob (tanpa udara). Untuk itu kita harus memahami penerapan mikrobiologi dalam pembuatan biogas, kondisi operasi dan faktor yang mempengaruhi aktivitas dari mikroorganisme.
Abstrak— Menipisnya sumber cadangan minyak unia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energy terbaharukan. Biogas sebagai sumber energy alternative mempunyai beberapa keunggulan daripada BBM yang berasal dari fosil. Yaitu bersifat ramah lingkungan dan dapat diperbaruhi. Vinasse merupakan salah satu bahan yang terdapat dalam air limbah industry bioethanol yang mempunyai produk bawah (bottom product) pada proses distilasi etanol. Air limbah tersebut dapat diuraikan secara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme dengan pengolahan secara anaerobic. Pengolahan limbah secara anaerobic dapat menghasilkan biogas. Prosedur penelitian, pertama menganalisa kandungan limbah vinasse dari PT.Enero Indonesia untuk menentukan kondisi operasi, setalah itu menyiapkan limbah cair pabrik biogas dan bioreactor fixed dome, setelah itu pada proses pembuatan produk, limbah cair pabrik biogas dari vinase industry bioethanol sebanyak 30 liter, dimasukkan ke dalam reactor fixed dome. Kemudian dilakukan pengumpanan sesuai variable HRT 7,14 dan 21 hari secara kontinyu. Selama proses tersebut dilakukan pengamatan terhadap gas yang dihasilkan. Produksi rata-rata gas maksimum pada HRT 14 hari dengan produksi gas rata-rata 472,14 mL. Komposisi gas pada penghasilkan gas maksimum memiliki komposisi 2,47%, metana 0,22% karbon dioksida, dan 97% udara.
Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Perubahan pada lingkungan dapat menyebabkan perubahan pada karakter morfologi dan fisiologi mikroorganisme. Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme yaitu pH. Nilai pH merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim, dimana aktivitas enzim ini akan maksimum pada kondisi pH optimum. Bakteri metanogen yang merupakan bakteri penghasil metana merupakan bakteri yang sensitive terhadap pH, diatas pH optimumnya, penguraian tetap berjalan tetapi dengan efisiensi yang berkurang. Untuk itu kita harus memahami pengaruh pH dalam pembuatan biogas.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Johanna Simanihuruk, 2021
2013
Anto Susanto, 2013