Academia.eduAcademia.edu

Perang dalam Bingkai Pemberitaan Kita

Abstract

Seperti pada rangkaian kata mutiara "Kata-kata adalah gerilya, pasukan yang tak henti-hentinya menyerbu" (Mochtar Pabottinggi) Kata-kata atau tulisan tak bedanya dengan senjata, ia tidak henti-hentinya menyerbu dan merasuk pada diri khalayaknya. Pada sebuah fenomena perang, posisi wartawan juga mempunyai peran penting atas menang kalahnya sebuah perang. Tengok saja sejarah Perang Vietnam, yang karena sikap wartawan Amerika yang tidak kompak dengan tentara serta negaranya, maka terjadilah demostrasi anti Perang Vietnam di Amerika Serikat yang akhirnya menimbulkan krisis politik di negara tersebut (selain juga karena sebab yang lain, seperti efek perang antara Suria, Israel dan bangsa Arab, dan juga gerakan kesetaraan kulit hitam di Amerika Serikat dan gerakan kaum feminisi Amerika)(Cincotta.ed, 2004:355). Media mempunyai andil yang sangat tinggi atas terjadinya demonstrasi besarbesaran anti Perang Vietnam pada waktu itu, hingga memunculkan generasi muda yang membawa budaya tandingan atas kebebasan berekspresi. Hal ini merupakan bentuk dari protes kaum liberal muda yang protes terhadap perilaku budaya dominan setelah Perang Dunia II. Generasi ini sering dijuluki dengan flower generation, yang dimotori oleh Bob Dylan Jimmy Hendric, hingga Jhon Lennon. Dari krisis politik ini pulalah, penarikan besar-besaran tentara Amerika di Vietnam dilakukan, yang menjadikan Amerika kalah di Vietnam. Data menyebutkan Amerika mengalami kerugian sebesar $ 15 Milyar dan telah mengorbankan putra bangsanya sebanyak 50-ribuan orang.