INDIKATOR TINGKAT LAYANAN DRAINASE PERKOTAAN

JENIS-JENIS ALIRAN, KECEPATAN ALIRAN, TAMPANG LINTANG SALURAN, ENERGI SPESIFIK

Duh, Gorong-gorong Banyu Urip Surabaya Penuh Sampah-detikNews Sampah memenuhi gorong-gorong Banyuurip/Foto:Gita Gowinda Surabaya-Musuh utama kota besar adalah sampah. Begitu pula yang dialami Kota Surabaya yang dikenal bersih dan kota peraih Adipura Kencana ini.Box culvert atau gorong-gorong raksasa yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengatasi kepadatan lalu lintas dan drainase justru bak bom waktu.Sejak Surabaya dipimpin Bambang DH, Pemkot Surabaya memang berusaha memecahkan masalah kemacetan lalu lintas dengan menjadikan sungai menjadi jalan raya. Seperti di Banyu Urip, Menur, Wiyung, dan Semolowaru.Sungai dipasang box culvert dan bagian atasnya diaspal. Langkah ini untuk menambah fasilitas jalan raya tanpa harus melakukan pembebasan lahan.Tetapi tanpa disadari, gorong-gorong yang dibangun oleh pemerintah itu justru menimbulkan sebuah permasalahan baru. Ancaman banjir sampah tak terbendung, apalagi kesadaran warga untuk menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah di sungai masih rendah.Pantauan detikcom Jumat (12/9/2014) siang, gorong-gorong di bawah mulusnya aspal di Jalan Banyu Urip cukup memprihatinkan. Setiap harinya diangkut sebanyak 10 ton sampah yang 'ngendon' di dalamnya.Sampah sebanyak itu diangkut oleh 4 truk secara bergiliran. Dapat dibayangkan, jika dibiarkan tentu sangat membahayakan apalagi jika hujan mengguyur. Banjir akibat sumbatan pun bisa merendam Surabaya.Tumpukan sampah di gorong-gorong Banyu Urip itu kondisinya sudah padat dan ketinggiannya mencapai satu Meter. Sutris Sukarsono, Koordinator Pembersihan Gorong-gorong di Banyu Urip mengatakan bahwa sebagian besar sampah yang menumpuk itu adalah sampah rumah tangga.Bahkan, kata dia, kasur hingga sampah kursi sofa pun pernah dijumpai dibuang di gorong-gorong yang terhubung dengan saluran air dari berbagai kampung tersebut."Memang tiap

Perhitungan Perencanaan Drainase Perkotaan

Semarang State University, 2021

Seperti yang diketahui bahwa pernikahan adalah suatu hal kewajiban untuk dilakukan apabila orang tersebut sudah mampu dan memiliki nafsu, untuk menghindari zina maka dilakukanlah pernikahan. Tentunya untuk sampai ditahap tersebut tentunya membutuhkan perjalanan yang panjang sebab di Indonesia sendiri pernikahan adalah salah satu peristiwa yang dicatat oleh hukum. Namun semenjak ada pandemi pada bulan Maret 2020 seperti yang kita ketahui bahwa terjadi lonjakan kasus terhadap pernikahan. Apalagi dengan adanya Work From Home dan Sekolah Online mengakibatkan banyak para remaja akhirnya memilih menikah pada usia dini meskipun dalam KUH Perdata batas umur pernikahan sudah diatur. Pernikahan dini sendiri dipengaruhi oleh banyak sekali faktor terutama faktor eksternal itu sendiri. Selain faktor-faktor yang memicu pernikahan dini, hal tersebut juga tentunya membawa dampak bagi para pelakunya. Tidak siapnya mental para remaja mengakibatkan tidak berjalannya suatu rumah tangga dengan lancar. Akibatnya sering memicu perpecahan dan ketidak harmonisan dalam rumah tangga. Ditambah lagi dengan pemikiran mereka yang masih labil juga menganggap pernikahan bukanlah suatu hal yang sakral. Dengan mudah mereka lebih memilih untuk bercerai dengan pasangannya tanpa memikirkan resiko ke depannya. Selain itu juga adanya perceraian tentunya membawa dampak bagi mereka yang sudah dikaruniai seorang anak. Adanya perceraian mengakibatkan anak menjadi broken home dan juga tidak memilili kepercayaan terhadap lingkungan sekitarnya karena kurangnya kasih sayang dan dukungan dari kedua orang tua mereka sendiri.

Arab MTs Kelas IX Kompetensi Inti:

Sistem drainase yang tidak mampu mengalirkan air dengan baik akan menimbulkan genangan pada saat debit banjir. Tetapi untuk menentukan tingkat kerusakannya juga tidak mudah, sehingga penentuan prioritas perbaikan tidak dapat dilakukan dengan baik. Hal ini menyulitkan pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan. Beberapa studi telah dilakukan untuk menentukan tingkat kerusakan suatu sistem drainase, tetapi hanya terbatas pada akibat sedimentasi dan kerusakan tubuh saluran saja. Sementara realitas di lapangan masih ditemukan penyebab lain yang cukup signifikan pengaruhnya seperti akibat tertindih bangunan lain (misalnya pemasangan gorong-gorong untuk jembatan yang menyebabkan penyempitan saluran). Penelitian sekarang menitik-beratkan pada penyusunan indeks terganggunya aliran pada sistem drainase. Dari survey lapangan di sistem drainase Batang Kuranji dan Kanal Banjir di Kota Padang, kami menemukan tiga penyebab utama: (1) kerusakan tubuh saluran; (2) tertindih oleh bangunan lain; dan (3) sampah dan sedimentasi. Penilaian dilakukan untuk setiap ruas saluran, sehingga setiap ruas memunyai tiga nilai indeks. Masing-masing indeks memunyai skala 0 untuk tidak ada kerusakan sampai 10 untuk kerusakan paling parah. Setelah indeks untuk masing-masing ruas ditentukan, maka dengan bantuan perangkat lunak sistem informasi geografik Quantum GIS, peta indeks kerusakan untuk satu atau lebih sistem drainase dapat dibuat. Peta indeks yang diperoleh ini memberikan gambaran genangan yang hampir sama dengan peta genangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010. Dengan peta yang baru ini, maka prioritas perbaikan dapat dilakukan.