Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
19 pages
1 file
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah masalah . Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social (TP-KJM, 2002).
Menghadapi Problematika Remaja Masa remaja adalah masa yang sangat vital, penting, dan berdampak besar bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini, seorang individu sedang berproses menuju ke arah kematangan. Dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Tak jarang para remaja menunjukkan sikap yang sulit dipahami oleh sebagian orang dewasa, sekalipun orang tuanya. Orang yang paling dekat dengan remaja tersebut kerap kali harus dihadapkan pada situasi yang sulit untuk dipahami. Peralihan masa ini harus dihadapi oleh setiap orang tua yang memiliki anak berusia remaja. Untuk itu orang tua mau tak mau harus siap untuk menghadapi masa ini. Memberikan perhatian yang lebih namun sewajarnya adalah hal yang penting dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya agar mampu melalui masa remajanya dengan baik. Dalam buku Psikologi Remaja (2009: 146) terdapat sebuah teori yang diungkapkan oleh psikolog G. Stanley Hall yang menyebutkan bahwa : " masa remaja adalah masa yang penuh konflik dan permasalahan dalam kehidupan ". Tidak jarang tekanan dan stres membayangi kehidupan mereka. Meski begitu terdapat pula remaja yang mampu keluar dari tekanan dan berdaptasi dengan lingkugannya,sehingga konflik yang ada dapat diminimalisir. Seperti yang kita tahu bersama bahwa angka bunuh diri pada usia remaja di Jepang dan Korea sangatlah tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh telalu banyaknya tekanan dan konflik yang dihadapi oleh anak di usia remaja. Krisis identitas Masa remaja erat kaitannya dengan masa pencarian jati diri. Masa dimana seseorang dituntut oleh lingkungannya untuk terus berkembang dan menjalani proses yang ada untuk menapaki jalan menuju kesuksesan. Mencari pengakuan atas eksistensinya. Di masa ini, seseorang remaja banyak sekali memiliki keinginan untuk mencoba hal – hal yang sebelumnya belum pernah ia coba sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu bentuk proses pencarian identitas diri, dengan mencoba bergaul dengan siapa saja. Terlebih di era ini, sosial media memungkinkan setiap orang untuk mengenal satu sama lain tanpa mengenal jarak dan waktu. Remaja sering pula menghadapai perbedaan pendapat dengan orang tuanya. Apa yang ia ingin lakukan dilarang orang tuanya. Hingga pada titik tertentu, ketika remaja memilih sesuai apa yang dia ingini ia dikatakan 'membangkang, tidak menurut dengan orang tua, dan sebagainya.' Kebanyakan remaja saat ini hidup dengan pedoman paham liberal. Gaya hidup kebarat – baratan sangat melekat dalam kehidupan mereka. Mulai dari cara berpakaian, berbicara, pola pikir, sampai perilaku mereka. Segala yang berbau luar negeri, dibangga – banggakan, dipuja. Sedangkan budaya lokalnya dijauhinya, ditinggalkan. Kuno katanya.
Oleh NURUL IZZAR SIDEK Pemahaman tentang konsep mentauhidkan Allah menjadikan remaja Muslim kalis dipengaruhi dakyah golongan kuffar.-Gambar hiasan ISU akidah adalah perkara pokok bagi remaja Islam. Di tengah-tengah simpang siur aliran pemikiran yang pelbagai, landasan akidah adalah amat penting bagi remaja. Akidah diambil daripada akar kata aqa'id iaitu tautan atau ikatan diri terhadap Allah.
KUSWOYO'S PAPER, 2019
Juvenile dilinquency began to get public attention in particular since the formation of juvenile courts in 1899 in Illinois, United States. Juvenile delinquency includes all behaviors that deviate from criminal law norms committed by adolescents. Such behavior will harm himself and those around him. Factors underlying the occurrence of juvenile delinquency can be grouped into internal factors and external factors. Internal factors in the form of identity crisis and weak self control. Whereas external factors include lack of attention from parents; lack of understanding of religion; the influence of the surrounding environment and the influence of western culture and relationships with peers, and places of education. To overcome this, adolescents should be able to get as many adult figures as possible who have exceeded their teenage years as well as those who have succeeded in improving themselves after failing at this stage. This paper examines topics through three theories, namely Control Social Theory, Albert K.Cohen Theory and Differential Association Theory. Motivation from family, teachers, peers is something that can be done also able to overcome juvenile delinquency. The solution in dealing with delinquency can be divided into three, namely: (a). Preventive actions, namely actions to anticipate juvenile delinquency, (b). Repressive actions, namely giving strict sanctions to juvenile delinquents, and (c). Curative and rehabilitation actions, namely changing the behavior of the juvenile violator by providing education again.
Frezy Paputungan, Konseling, 2021
Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti dalam kesehariannya memerlukan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga merupakan salah satu HAM (Hak Asasi Manusia) yang perlu dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi melakukan diskriminasi (pembedaan hak bagi manusia didasarkan perbedaan agama, ras, suku, dsb). Jadi, pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap berpedoman pada norma-norma manusia dan tidak menimbulkan pelanggaran hukum dan HAM. Hasil yang didapat ternyata secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia rentan 14 hingga 17 tahun.
Ibu bapa pada hari ini berhadapan dengan berbagai cabaran di dalam mendidik anak-anak.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Prosiding Seminar Nasional, 2012
Jurnal Psikologi Atribusi : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia DIni, Pendidikan Dasar dan Menengah eBooks, 2019
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi, 2017
International Journal of Humanities, Management and Social Science, 2019