Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2021, Nur Mustika Aji Nugroho
…
49 pages
1 file
The aim of this research is to know the factors which contribute to the ILO. This research method using correlation design with cross sectional study conducted by observation using observation sheet. The sampling technique used was accidental sampling. The research sample is 20 respondents. The research was conducted at the " Kanjuruhan " Hospital Kepanjen, Malang district, in May to July 2013. The results of the study conducted by researchers showed that these three factors are age, complications of the disease and wound care techniques contribute to determine the occurrence of surgical site infection (ILO). Through Chi-Square statistical tests with significance (p) <0.05. It was found that most disease complicating factors contribute to the value X 2 count (8.571)> X 2 table (3,841) and significance (0.003) < (0.05) hence Ho is rejected and H1 is accepted, so that it can be concluded that all three factors and complications of the disease are most contribute Abstrak: Tujuan penelitian yaitu mengetahui faktor yang berkontribusi terjadinya ILO. Metode penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional study yang dilakukan dengan teknik observasi menggunakan lembar observasi. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Besar sampel penelitian 20 orang responden. Penelitian dilaksanakan di RSUD " Kanjuruhan " Kepanjen Kabupaten Malang pada bulan Mei hingga Juli 2013. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa ketiga faktor yaitu usia, komplikasi penyakit dan teknik perawatan luka berkontribusi menentukan terjadinya infeksi luka operasi (IlO). Melalui uji statistik Chi-Square dengan signifikansi (p) < 0.05. Didapatkan faktor komplikasi penyakit yang paling berkontribusi dengan nilai X 2 hitung (8,571) > X 2 tabel (3,841) dan signifikansi (0,003) < (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor berkontribusi dan faktor komplikasi penyakit paling berkontribusi.
Sebagai prosedur operasi, maka pelaksanaan sectio cesarea memerlukan tindakan anestesi. Anestesia yang digunakan pada operasi sectio cesarea tidak sama dengan jenis anestesi pada prosedur operasi lain. Operasi sectio cesarea, anestesi regional lebih sering digunakan dibandingkan anestesi general. Potensi untuk hipotensi dengan teknik spinal merupakan risiko terbesar bagi ibu bersalin. Salah satu penatalaksanaan untuk mencegah hipotensi pasca anestesi spinal adalah dengan pemberian cairan intravena sebelum pembiusan.
RSUD Kardinah Kota Tegal in December,2008 has been designated as Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), then since January 2009 has done changes management finances, with the financial management apply system that is called " Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah " (PPK – BLUD). This study aimed to analyze the diffrerences in financial performance RSUD Kardinah based on (1) the ratio of the vulnerability, the aspects of return of assets, return on equity, gross profit margin and net profit margin. (2) liquidity ratios include aspects of current ratio, quick ratio and cash ratio (3) solvency ratios include aspects of debt ratios, debt to equity ratio and times interest earned ratio, and (4) the ratio of activity includes aspects of accounts receivable turn over, inventory turn over, fixed assets and total assets turn over before and after implementing PPK-BLUD. This study classified quantative descriptive research the type of data used is secondary data obtained from the annual financial statements of RSUD Kardinah, the period before implementing ppk – blud (2002 – 2008) and after implementing ppk – blud (2009 – 2015). The analytical method used is a diferrent test to test the hypothesis using wilcoxon test with an error rate (alpha) of 5 %. The result of this study conclude, there are no significant differences in financial performance based suspectible ratio, liquidity ratio and activity ratio on RSUD Kardinah before and after implementing of PPK-BLUD. There are significant differences in the aspect ratio of the activity inventory turn over snd fixed assets turn over before and after implementing of PPK – BLUD. The implementation of the PPK – BLUD in hospitals Kardinah not give any significant changes to be seen from the ratio financial ratio, but there is an increase in the trend sharp against the income operations hospital after the implementation of PPK – BLUD. Rumah sakit sebagai lembaga " nirlaba/non profit " , sering dihadapkan pada suatu dilema yaitu di satu pihak harus menghadapi biaya-biaya yang terus meningkat dan tak terkendali akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inflasi, dan di lain pihak menghadapi ketidakmampuan masyarakat membayar jasa pelayanan kesehatan yang semakin mahal. Dilema tersebut dapat mengakibatkan situasi sebagai berikut :
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan kecepatan fluida pendingin dan pengaruh sifat fisik fluida pendingin terhadap koefisien perpindahan kalor pada penukar kalor shell and tube. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tiga macam fluida pendingin, yaitu dengan fluida pendingin air, fluida pendingin air yang ditambahan coolant produksi SPC dan fluida pendingin air yang ditambahkan coolant produksi Tiga Berlian., Penambahan coolant pada air pendingin untuk masing-masing coolant dilakukan dengan dua tahapan, yaitu dengan campuran (67 % air + 33 % coolant) dan (50 % air + 50 % coolant). Pada setiap campuran dilakukan dengan enam variasi kecepatan Air panas dialirkan melalui tube pada temperatur 60 o C dengan laju aliran 0,1245 kg/s, sedangkan fluida pendingin dialirkan melalui shell (di luar tube) pada temperatur 42 o C dengan 6 variasi laju aliran, yaitu : 0,1012 kg/s; 0,1115 kg/s; 0,1285 kg/s; 0,1390 kg/s; 0,1495 kg/s dan 0,1590 kg/s. Dari hasil penelitian terlihat bahwa alat penukar kalor shell and tube dengan fluida pendingin campuran air dengan coolant pada kondisi yang dipilih mempunyai bilangan Nusselt yang lebih tinggi dari pada menggunakan media pendingin air tanpa campuran coolant. Dan dengan penambahan laju aliran fluida pendingin laju perpindahan kalor yang terjadi akan meningkat sehingga koefisien perpindahan kalor keseluruhan juga akan meningkat. Kata Kunci : fluida pendingin, penukar kalor, shell and tube Abstract This research was conducted to see the effect of changes in the speed of the cooling fluid and the influence of the physical properties of the cooling fluid heat transfer coefficient in shell and tube heat exchanger. The study was conducted using three types of cooling fluid, with fluid cooling water, cooling fluid water coolant ditambahan SPC production and added water cooling fluid coolant Three Diamond production., Addition of coolant in the cooling water for each coolant is done in two stages, ie with a mixture (67% water + 33% coolant) and (50% water + 50% coolant). At any mix made with a six speed variation The hot water flows through the tube at a temperature of 60 ° C with a flow rate of 0.1245 kg / s, while the cooling fluid flows through the shell (outside tube) at a temperature of 42 ° C with 6 variations of the flow rate, ie 0.1012 kg / s; 0 , 1115 kg / s; 0.1285 kg / s; 0.1390 kg / s; 0.1495 kg / s and 0.1590 kg / s. From the results of the study shows that heat exchanger shell and tube with water cooling fluid mixed with coolant in selected conditions have a higher Nusselt numbers than using air cooling medium without coolant mixture. And with the addition of cooling fluid flow rate of heat transfer that occurs will be increased so that the overall heat transfer coefficient will also increase
2019
LAUT BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/KEPMEN-KP/2019 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT OLEH SUBHAN ABDULLAH ISNAWATI FOKATEA SRYUNI MULYANI HASAN FAHRIANI M TAHER JUSMIYATI SENEN PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2019 KATA PENGANTAR Pujisyukurpenyusunpanjatkankehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul STANDAR OPERASIONAL (SOP) BUDIDAYA RUMPUT LAUT Dengan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara material dan spiritual. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua dan dapat menjadi acuan dalam pembuatan makalah berikutnya. Ternate, 12 November 2019 Kelompok 3 SOP (STANDAR OPERATING PROCEDUR) BUDIDAYA RUMPUT LAUT 2.1 Rumput Laut Rumput laut adalah makro algae yang termasuk dalam divisi Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh yang terdiri dari batang/thalus dan tidak memiliki daun serta akar.Rumput laut atau yang sering dikenal dengan istilah algae merupakan komoditas perikanan unggulan yang memiliki nilai strategis serta peluang usahanya menjanjikan untuk dikembangkan. Secara umum Rumput Laut digolongkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu: 1. Rumput Laut merah atau alga merah (Rhodophyceae) 2. Rumput Laut coklat atau alga coklat (Phaeophyceae) 3. Rumput Laut hijau atau alga hijau (Chlorophyceae) 4. Rumput Laut biru-hijau atau alga biru-hijau (Cyanophyceae). Di Indonesia, penyebaran Rumput Laut berada hampir di seluruh penjuru tanah air, namun produksi dan perdagangan Rumput Laut Indonesia sampai saat ini didominasi oleh genus Gracilaria, Gelidium, Gelidiella, Gelidiopsis, Pterocladia sebagai penghasil agar (agarophytes/agaropit), genus Eucheuma sp. atau Kappaphycus sp. sebagai penghasil karaginan (carrageenophytes/karaginopit), dan genus Sargassum sp. sebagai penghasil alginat. Rumput Laut di Indonesia yang paling berpotensi untuk dikembangkan dan manfaatnya adalah spesies: 1. Eucheuma cottonii: penghasil karaginan 2. Gracilaria sp.: penghasil agar-agar 3. Eucheuma spinosum: penghasil karaginan dan 4. Caulerpa sp.: anti oksidan, anti hipertensi, pencegah rematik, anti mikroba, anti tumor, dan meningkatkan stamina. Pertumbuhan dan penyebaran Rumput Laut seperti halnya biota perairan lainnya, sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut terhadap faktorfaktor lingkungan (eksternal), seperti: substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi.
Dewasa ini stroke menjadi salah satu gangguan kesehatan yang sangat ditakuti oleh masyarakat baik internasional maupun lokal. Stroke adalah suatu penyakit yang menyebabkan pembuluh darah dalam menyediakan darah kepada otak terganggu, namun sebagian orang belum memahaminya dengan pasti. Meskipun kita sering mengetahui bahwa serangan stroke sebagai suatu kelumpuhan separuh badan yang terjadi mendadak, tetapi keadaan tersebut sebenarnya lebih dari itu. Stroke dapat menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yang diatur oleh bagian otak yang terputus aliran darahnya oleh stroke. Biasanya terjadi pada lanjut usia tapi tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada usia yang produktif. Stroke dikategorikan menjadi 2 yaitu Stroke Hemoragik (SH) dan Stroke Non Hemoragik (SNH). Stroke Hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu.
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal) , Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id, Vol. 2 No. 2 (2013) pp. 110-121, 2013
Salah satu penggunaan beton mutu tinggi sebagai elemen struktur beton bertulang yang berfungsi sebagai daya dukung dan pengaku adalah kolom. Perilaku struktur kolom beton bertulang dengan pengekangan akibat temperatur tinggi perlu dipahami untuk menentukan apakah struktur kolom itu akan diganti atau hanya diperbaiki saja. Model yang digunakan sebagai validasi adalah hasil eksperimental (Faris Ali, 2010), dengan dimensi 127 x 127 mm² dengan tinggi 1800 mm, tulangan longitudinal 4Ø12 dengan mutu baja fy = 400 MPa, tulangan tranversal Ø6-120 dengan mutu baja fy = 240 MPa, sedangkan mutu beton tinggi fc’ = 104,5 MPa dan temperatur 867°C. Selanjutnya dibuat model implementasi pada ANSYS dengan dimensi, mutu baja dan mutu beton yang sama tetapi menggunakan tulangan tranversal Ø10-50. Untuk model DT.01 menggunakan tulangan longitudinal 4Ø12, model DT.02 menggunakan tulangan longitudinal 8Ø12, model DT.03 dan model DT.04 menggunakan tulangan longitudinal 8Ø12 tetapi dengan variasi pengekangan. Variasi temperatur yang digunakan adalah 20°C, 200°C, 500°C dan 1000°C Berdasarkan FEA, didapatkan momen ultimit terbesar adalah model DT.03 sebesar 303,2244 kNm. Nilai tegangan puncak dipengaruhi jumlah tulangan longitudinal dan akan menurun dengan bertambahnya rasio tulangan geser pada temperatur 20°C untuk DT.03 dan DT.04. Sedangkan kenaikan temperatur akan menyebabkan menurunnya tegangan puncak pada kolom dan bertambahnya rasio tulangan geser akan meningkatkan regangan pada tegangan puncak. Nilai regangan pada tegangan puncak dipengaruhi oleh rasio tulangan geser, semakin besar rasio tulangan geser, maka nilai regangan pada tegangan puncak akan semakin meningkat hal ini karena nilai daktilitas meningkat. Selanjutnya semakin meningkat temperatur pada kolom, maka nilai regangan pada tegangan puncak akan semakin meningkat sampai temperatur 500°C dan akan menurun pada temperatur 1000°C. Nilai beban ultimit sangat dipengaruhi oleh tulangan longitudinal dan akan mengalami penurunan dengan bertambahnya rasio tulangan geser. Sedangkan pertambahan temperatur akan menyebabkan berkurangnya nilai beban ultimit. Pengaruh pengekangan, kenaikan temperatur dan penambahan tulangan longitudinal pada kolom menyebabkan nilai deformasi semakin meningkat, kecuali untuk temperatur 1000°C. Nilai daktilitas dipengaruhi oleh pengekangan dan temperatur. Semakin banyak pengekangan maka nilai daktilitas akan semakin meningkat dan semakin tinggi temperatur nilai daktilitas akan menurun. Perilaku ratak dari retak pertama yang terjadi pada bagian atas dan bawah kolom dan retak ultimit yang terjadi pada seluruh bagian kolom yang mana pola retak paling dominan terjadi yaitu retak lentur. Kata Kunci: Pengekangan kolom, Temperatur, Momen Ultimit, Tegangan-regangan, Beban-deformasi, Daktilitas, Pola Retak
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Kimia Khatulistiwa, 2015
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Syafika, S. N., Aslan L. O. M., Nurdin, A. R., & Iba, W., 2023
David Setiandre, 2022
WIDYA HASIBUAN, 2020