Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management
…
12 pages
1 file
This study presents information about the dynamics of industrial scale tuna longline development in Indonesia, especially tuna longline fisheries in the Eastern Indian Ocean. This study uses a descriptive method based on tuna longline enumeration data landed at Benoa port from 2012 to 2015. Benoa is one of the three main fishing ports in Indonesia, besides Nizam Zachman (Jakarta) and Cilacap (Central Java). It contributes the largest number of tuna catches to 60% of the total long-scale tuna catch industry in the Indian Ocean. This makes Benoa as the main barometer of industrial tuna fisheries in Indonesia. Industrial scale of tuna longline fisheries activities have dropped significantly to 76% from 2004 to 2015. Highest decline occurred in 2004 to 2006 by 43% followed by 2009 to 2010 at 41% and 2014 to 2015 at 19%. Enumeration data coverage in Benoa port is about 57% to 64% of total ship landing. Catch dominated by export products followed by local quality and bycatch products. The catch composition is dominated by four tuna species (BET, YFT, SBT and ALB) which reach 88% of the total catch followed by bycatch of 6.23% and fish with beaks of 5.46%. In period 2012 to 2014, fishing efforts are directly proportional to the number of ships and tuna production, but in 2015, capture efforts, CPUE and catch production increased along with the decline in the number of ships operating.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2016
Perikanan tuna merupakan salah satu primadona perikanan di Indonesia dengan total produksi mencapai 1.297 ton dari tahun 2004 hingga 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan kisaran panjang hasil tangkapan tuna dari kapal rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling pada 16 unit perusahaan pengolahan ikan tuna di Pelabuhan Benoa pada periode 2010-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi pada perikanan rawai tuna dan hasil tangkapannya. Total sebanyak 4.406 kapal tuna longline yang melakukan pendaratan hasil tangkapannya di Pelabuhan Benoa, Bali pada periode 2010-2014. Rata-rata persentase ekspor tertinggi adalah jenis ikan tuna mata besar sebesar 68% diikuti oleh madidihang (52%) dan tuna sirip biru selatan (31%).
2016
Pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Samudera Hindia telah mendorong pada peningkatan kapasitas upaya penangkapan yang menyebabkan terjadinya intensitas penangkapan yang tinggi dan inefisiensi usaha penangkapan. Kajian pengelolaan perikanan berbasis kapasitas penangkapan merupakan alternatif pendekatan guna mengendalikan sumberdaya perikanan yang berkaitan dengan pembatasan kapasitas upaya penangkapan ikan. Penelitian efisiensi teknis tuna longline telah dilakukan pada tahun 2011 dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas penangkapan pada perikanan tuna longline , khususnya kapal-kapal tuna longline PT. Perikanan Nusantara yang beroperasi di perairan Samudera Hindia. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai efisiensi penangkapan tuna longline berdasarkan perhitungan single output (tangkapan tuna) dan multi output (tuna dan tangkapan sampingan) masing-masing sekitar 0,54 dan 0,64. Nilai ini menunjukkan bahwa armada tuna longline PT. Perikanan Nusantara adalah tidak efisien. Fisheries...
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2017
PERMEN KP Nomor 56 tahun 2014 dan PERMEN KP Nomor 10 tahun 2015 berguna untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab dan penanggulangan terhadap Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak moratorium perizinan perikanan tangkap terhadap upaya penangkapan dan produksi rawai tuna yang berbasis di pelabuhan Benoa-Bali.Analisis data didasarkan pada hasil enumerasi oleh enumerator Loka Penelitian Perikanan Tuna (LPPT) di pelabuhan Benoa, dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Moratorium perizinan perikanan tangkap efektif diberlakukan pada tanggal 3 Nopember 2014. Hasil studi menunjukkan terjadi kenaikan pada rata-rata produksi, upaya dan CPUE perikanan tuna skala industri di pelabuhan Benoa di tahun 2015 (setelah moratorium). Kenaikan produksi, CPUE dan upaya penangkapan perikanan tuna skala industri di pelabuhan Benoa berturut turut sebesar 6-18%, 3,3-16%...
Prosiding Simposium Nasional Perikanan Tuna Berkelanjutan, 2015
Rawai tuna (tuna longline) merupakan salah satu alat tangkap yang efektif untuk menangkap tuna, karena konstruksinya yang mampu menjangkau kedalaman renang (swimming layer) tuna. Hasil tangkapan rawai tuna terdiri atas hasil tangkapan utama (target species) dan hasil tangkapan sampingan (by-catch). Hasil tangkapan sampingan terdiri atas hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis (by-product) dan yang tidak memiliki nilai ekonomis atau dibuang kembali ke laut (discard). Pengumpulan data dibantu oleh observer dengan mengikuti langsung operasional penangkapan kapal rawai tuna KM. Bina Sejati yang berbasis di Pelabuhan Benoa mulai tanggal18 Februari sampai 16 April 2013 di perairan Samudera Hindia. Data yang dikumpulkan meliputi data operasional penangkapan seperti komposisi hasil tangkapan, jumlah pancing dan daerah penangkapan. Berdasarkan hasil penelitian diperolehbahwa hasil tangkapan kapal rawai tuna KM. Bina Sejati sebanyak 21 spesies terdiri atas hasil tangkapan utama sebanyak 4 spesies, hasil tangkapan sampingan yang memiliki nilai ekonomis sebanyak 13 spesies dan yang tidak memiliki nilai ekonomis sebanyak 4 spesies. Hasil tangkapan utama didominasi oleh tuna mata besar dengan nilai laju pancing sebesar 0,06 dan hasil tangkapan sampingan yang memiliki nilai ekonomis didominasi oleh ikan gindara dan bawal lonjong dengan nilai laju pancing sebesar 0,05, sementara hasil tangkapan sampingan yang tidak memiliki nilai ekonomis didominasi oleh ikan naga dengan nilai laju pancing 1,01. Nilai laju pancing yang diperoleh pada penelitian ini sangat kecil. Menurunnya laju pancing tersebut merupakan salah satu indikasi berkurangnya ketersediaan tuna. Dengan semakin rendahnya nilai laju pancing hasil tangkapan tuna di perairan Samudera Hindia, perlu adanya kebijakan dari pemerintah baik itu pembatasan kapal penangkap atau jumlah alat tangkap, kuota penangkapan maupun penutupan daerah penangkapan untuk sementara. Kebijakan yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat memulihkan sumberdaya tuna yang sudah menunjukkan kecenderungan menurun.
2016
Hasil tangkap sampingan (HTS) hampir terdapat pada semua jenis perikanan tangkap di Indonesia, termasuk pada perikanan rawai tuna di Samudera Hindia. Kebanyakan jenis HTS merupakan spesies yang tidak diinginkan atau jenis ikan target tapi ukurannya di bawah standar yang diinginkan (yuwana atau ikan muda) dan pada kasus tertentu merupakan jenis ikan yang terancam keberadaannya ( Endangered species ). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang komposisi hasil tangkap sampingan, laju pancing dan hubungan antara tuna dengan ikan yang berasosiasi dengannya pada area penangkapan yang sama. Pengamatan dilakukan pada bulan Maret – Juli 2010 dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan 2 kapal rawai tuna komersial yang berbasis di Pelabuhan Benoa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 18 jenis hasil tangkap sampingan yang didominasi dari family Alepisauridae; ikan naga ( Alepisaurus sp.); Gempylidae ; ikan gindara ( oilfish ), dan Dasyatidae; pari lumpur ( Dasyatis spp.). ...
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2013
Pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Samudera Hindia telah mendorong pada peningkatan kapasitas upaya penangkapan yang menyebabkan terjadinya intensitas penangkapan yang tinggi dan inefisiensi usaha penangkapan. Kajian pengelolaan perikanan berbasis kapasitas penangkapan merupakan alternatif pendekatan guna mengendalikan sumberdaya perikanan yang berkaitan dengan pembatasan kapasitas upaya penangkapan ikan. Penelitian efisiensi teknis tuna longline telah dilakukan pada tahun 2011 dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas penangkapan pada perikanan tuna longline, khususnya kapal-kapal tuna longline PT. Perikanan Nusantara yang beroperasi di perairan Samudera Hindia. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai efisiensi penangkapan tuna longline berdasarkan perhitungan single output (tangkapan tuna) dan multi output (tuna dan tangkapan sampingan) masing-masing sekitar 0,54 dan 0,64. Nilai ini menunjukkan bahwa armada tuna longline PT. Perikanan Nusantara adalah tidak efisien. Fisheries r...
Hasil tangkap sampingan (HTS) hampir terdapat pada semua jenis perikanan tangkap di Indonesia, termasuk pada perikanan rawai tuna di Samudera Hindia. Kebanyakan jenis HTS merupakan spesies yang tidak diinginkan atau jenis ikan target tapi ukurannya di bawah standar yang diinginkan (yuwana atau ikan muda) dan pada kasus tertentu merupakan jenis ikan yang terancam keberadaannya (Endangered species). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang komposisi hasil tangkap sampingan, laju pancing dan hubungan antara tuna dengan ikan yang berasosiasi dengannya pada area penangkapan yang sama. Pengamatan dilakukan pada bulan Maret -Juli 2010 dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan 2 kapal rawai tuna komersial yang berbasis di Pelabuhan Benoa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 18 jenis hasil tangkap sampingan yang didominasi dari family Alepisauridae; ikan naga (Alepisaurus sp.); Gempylidae; ikan gindara (oilfish), dan Dasyatidae; pari lumpur (Dasyatis spp.). Jenis ikan lain adalah ikan paruh panjang (billfish), berbagai jenis cucut dan pari, ikan teleostei, serta penyu lekang. Kebanyakan dari hasil tangkap sampingan merupakan by-product yang mempunyai nilai ekonomis tinggi kecuali jenis ikan naga dan pari lumpur yang merupakan discard/buangan.
Jurnal sosial ekonomi perikanan, 2021
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management, 2016
Tuna longline fishery in Indonesia has grown since 1972. With the increasing number of tuna longline vessels operating in Indonesian waters, there are needs to research on the productivity of these vessels, especially vessel owned by PT. Perikanan Nusantara as a case study in this research. Data collected through the research activities at the Port of Benoa from March to November 2011. Overall annual production of tuna longline catches PT. Perikanan Nusantara fluctuated during the years 1999-2009 where the average production of fish caught tuna longline vessels size 60 GT per year amounted to 161.19 tons, 40 GT of 231.18 tons and 15 GT of 34.50 tons. Seen from the catch ability of tuna longline per set during the year 2010, found that overall, the average catch per settings for vessel size of 40 GT is higher than the vessel size of 15 GT and 60 GT. Based on the value of the tuna hook rate for vessels size of 15 GT are 0.3, vessels 40 GT are 0.25 and 60 GT are 0.38.
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Bitung merupakan kawasan industri perikanan yang telah berkembang sejak dua dasawarsa lalu. Berkembangnya Bitung sebagai kawasan industri perikanan tidak lepas dari investasi yang dilakukan pemerintah dengan membangun Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung. Tulisan ini memberi gambaran perkembanganindustri perikanan di Bitung dengan memanfaatkan data yang dikumpulkan melalui teknik Rapid Rural Appraisal (RRA). Hasil penelitian menunjukkan di Bitung terdapat perusahaan pengolah hasil perikanan yang didukung oleh armada tangkap yang baik., infrastruktur juga cukup memadai. Namun untuk keberlanjutan industri perikanan di Bitung perlu dilakukan langkah-langkah terobosan seperti membangun jalan raya bebas hambatan untuk menjamin arus barang dan jasa dari dan ke Bitung, pembangunan pembangkit listrik untuk meningkatkan pasokan listrik ke berbagai aktivitas ekonomi di Bitung, serta membangun sistim distribusi ikan untuk mengintegrasikan sentra produksi dan sentra pasar.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 2020
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 2020
Journal of Aquaculture Science, 2021
Jurnal Ilmiah Satya Minabahari, 2018
Papalele, 2020
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 2015
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES)
Deleted Journal, 2024
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan
Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP
Jurnal Marine Fisheries, 2012
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan, 2023