Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
7 pages
1 file
Nanang Aris Kurniyawan, 2024
Tulisan ini mengangkat pengalaman pribadi penulis dalam perjumpaan budaya antara Jawa dan Batak, yang diwarnai dengan pergulatan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru. Kehadiran di Tanah Batak sebagai bagian dari tugas pastoral tidak hanya membawa tantangan bahasa dan pola pikir, tetapi juga memperkaya pemahaman tentang kehidupan dan relasi antarbudaya. Penulis mengalami proses belajar berbahasa Batak Karo dan Toba, serta harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat setempat yang berbeda dari budaya Jawa. Pergeseran dalam cara berpikir dan keterbukaan dalam berkomunikasi menjadi bagian penting dari transformasi diri. Konflik budaya, seperti perbedaan dalam tata krama atau pola interaksi sosial, mengajarkan pentingnya keterusterangan dan penerimaan dalam menjalin hubungan. Tulisan ini menegaskan bahwa perjumpaan budaya adalah proses yang mengubah, memperkaya, dan memberikan makna baru dalam hidup. Dengan bersikap terbuka dan berdialog, pengalaman budaya yang berbeda dapat menjadi sarana pembelajaran dan memperluas wawasan hidup.
MuriaNewsCom, Kudus -Beragam cara yang dilakukan pendukung calon kepala desa (kades) yang menang usai pilkades serentak Selasa (5/4/2016), ternyata memiliki tujuan tersendiri. Misalnya saja yang dilakukan pendukung calon kades terpilih dari Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Di sana, untuk merayakan kemenangan, ada persembahan dari anak-anak yang kemudian menggunakan sepeda roda satu. Di Desa Loram Kulon itu, yang menang adalah calon bernama Muhammad. Syafii. Salah satu pendukungnya bernama Roni, (45), mengatakan jika pihaknya mengikutsertakan anak-anak untuk naik sepeda roda satu ini, adalah sebagai wujud rasa syukur. "Yakni dengan adanya roda satu ini, berarti harus bisa menyeimbangkan badan. Atau bisa diartikan ialah sebagai pemimpin itu, harus bisa berada di tengah-tengah. Sehingga tidak memihak kanan atau kiri," paparnya. Dari pantauan MuriaNewsCom, calon kades terpilih Syafii tersebut diiring mulai dari Masjid Wali Loram Kulon untuk menuju ke rumahnya. "Kita mengiring beliau mulai dari masjid ini hingga ke rumahnya. Yakni kita ikut sertakan komunitas sepeda roda satu ini, sebagai lambang menyeimbangkan badan. Atau sebagai pemimpin harus bisa tegak dan tidak condong ke kanan atau ke kiri," jelasnya. Roni menambahkan, ke depannya pendukung berharap kades terpilih bisa membuat desanya lebih maju lagi. Serta tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. "Tapi yang jelas, harus bisa seimbang ke semua warga. Tidak memihak sana maupun memihak sini. Sehingga kita semua bisa hidup aman, damai, dan sejahtera," harapnya.
Nusantara; Journal for Southeast Asian Islamic Studies, 2021
Diantara perdebatan yang nyaris melahirkan pertikaian di negeri ini, adalah gagasan tentang sebuah klausul “Ketuhanan yang Berkebudayaan” dalam Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). Sebenarnya, sang penggagas, Soekarno, telah menyampaikan ini pada tahun 1945, ketika akan menetapkan Pancasila sebagai ideologi negara. Menurutnya, istilah itu, menegaskan bahwa Indonesia tegak atas dasar kekuatan agama. Kekuatan relasi agama dan negara di Indonesia, sangat sinergis dan tidak ada jurang pemisah antara keduanya, sehingga Indonesia sering juga disebut dengan religious nation state atau negara kebangsaan yang dijiwai oleh agama yang berketuhanan, bukan agama yang bertuhan. Di sini, sistem sosial politik dan kemasyarakat, ditopang oleh kesadaran akan nilai-nilai ketuhanan. Makna selanjutnya adalah bahwa seluruh warga bangsa harus mentransformasikan nilai-nilai ketuhanan atau nilai-nilai spritualnya kedalam relasi berbangsa dan bernegara, dalam kehidupan sosial-kemasyat...
Karena industri memerlukan tenaga kerja yang sedikit. Persaingan untuk merebut pekerjaan menjadi meningkat. Mereka berupaya untuk mengejar pendidikan setinggi mungkin untuk dapat bekerja di tempat yang mereka idamkan.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan disegala bidang, termasuk dalam hal kebudayaan. Hal ini dapat mengakibatkan kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok sosial akan bergeser. Cepat atau lambat pergeseran itu tentu akan menimbulkan konflik antara kelompok yang menghendaki perubahan dan kelompok yang tidak menghendaki perubahan yang biasa disebut dengan problematika kebudayaan. Problematika kebudayaan di Indonesia yang timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting-kehidupan sosial. Akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa transkultural ini akan berpengaruh terhadap keberadaan kebudayaan terutama dalam bidang keseniankita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan televisi, masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Hal ini menyebabkan terpinggirkannya kesenian asli Indonesia.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara perubahan sosial dengan perubahanbudaya. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan sosial meliputi perubahan dalam perbedaan usia, tingkat kelahiran, dan penurunan rasa kekeluargaan antar anggota masyarakat sebagai akibat terjadinya arus urbanisasi dan modernisasi. Perubahan kebudayaan jauh lebih luas dari perubahan sosial. Perubahanbudaya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian , ilmu pengetahuan , teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat. Perubahan social dan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat salingberkaitan. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat. 2. Sifat Perubahan Sosial a. Perubahan social terjadi dimana saja dan setiap lapisan masyarakat b. Perubahan social yang direncanakan dan tidak direncanakan. c. Perubahan social sering menghasilkan kontroversi, atau perubahan yang terjadi dalam suatu bidang akan selalu memunculkan bantahan dann konflik dengan paihak lain. d. Beberapa perubahan memiliki nilai kepentingan lainnya. 3. Faktor yang Mendorong Terjadinya Perubahan Sosial a. Ketidakpuasan terhadap sesuatu yang ada, sehingga timbul keinginan untuk mencari atau menciptakan situasi baru yang lebih baik. b. Timbuknya ketimpangan antara hal-hal yang sekarang ada dan yang seharusnya ada dimasyarakat. c. Timbul tekanan dari luar yang mengharuskan individu atau masyarakat untu menyesuaikan diri dengan masyarakat. 4. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya a. Perubahan secara lambat dan perubahan secara cepat (dilihat dari waktu) Perubahan secara lambat = evolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktulama. Ciri-cirinya: • Memerlukan waktu lama • Perubahannya kecil • Perubahan tidak disadari oleh masyarakat • Tidak diikuti oleh konflik atau menimbulkan kekerasan. Contoh: perubahan mata pencaharian masyarakat. Perubahan Secara Cepat = Revolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu sangat cepat. Ciri-cirinya: • Membutuhkan waktu singkat • Perubahannya besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan • Perubahan disadari/direncanakan • Seringkali diikuti oleh kekerasan dan menimbulkan konflik. Contoh: revolusiIndonesia tahun 1945, reformasi Indonesia tahun 1998, revulusi Prancis dan Inggris. b. Perubahan yang Pengaruhnya Kecil dan Pengaruhnya Besar Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Contoh: Perubahan modepakaian, gaya potongan rambut, dan sebagainya. Perubahan yang membawa pengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat karena perubahan yang terjadi pada unsur-unsur sosial budaya masyarakat. Contoh: Industrialisasi membawa pengaruh pada hubungan kerja , lembaga kemasyarakatan, system pemilikan tanah, pelapisan social, hubungan kekerabatan, dan lain-lain. c. Perubahan yang Dikehendaki/Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Direncanakan Perubahan yang dikehendaki/direncanakan = pembangunan adalah perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Perubahan
2021
Masalah gegar budaya atau culture shock tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya faktor-faktor yang menyebabkan masalah tersebut terjadi. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya gegar budaya diantaranya adalah faktor pergaulan, faktor teknologi, faktor geografis, faktor bahasa, faktor ekonomi, faktor adat istiadat, faktor agama dan faktor makanan. Semua hal tersebut selalu berdampingan dengan kehidupan setiap individu ketika memasuki negara yang kehidupan lingkungan sosialnya dianggap berbeda. Dengan demikian, penulis disini memaparkan solusi terhadap penyebab-penyabab terjadinya gegar budaya dengan melihat faktor penyebabnya. Solusi-solusi yang telah dikemukakan diantaranya adalah membiasakan diri dalam bergaul, melek teknologi, menjaga kondisi fisik dan mental, terus belajar bahasa, mengelola keuangan dengan bijak, membuka diri terhadap adat istiadat yang ada, toleransi terhadap agama lain dan mengonsumsi makanan yang tepat. Dengan demikian, masalah gegar budaya mampu dengan mudah diatasi oleh setiap individu dalam proses adaptasi dengan lingkungannya yang baru.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Indonesian Journal of Theology, 2014
Kalatanda : Jurnal Desain Grafis dan Media Kreatif
YINYANG: Jurnal Studi Islam, Gender dan Anak
LIPI Press, 2019
Nurul Fitriyana Ahmad, 2018