Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
11 pages
1 file
Setelah melakukan “kompilasi” (pengumpulan) berbagai artikel terkait relasi Yudaisme dan Yesus dan saya bukukan dengan judul “Jejak Kaki Sang Rabi”, maka kali ini saya melakukan kompilasi berbagai artikel terkait peta pemikiran mengenai mazhab Judeochristianity terkait pokok keimanan (akidah/emunah), peribadatan (ibadah/avodah) serta gaya hidup (akhlaq/halakah). Agar pembaca mengetahui apa dan bagaimana konsep serta pemikiran mazhab Judeochristianity, maka saya memberikan ulasan terlebih dahulu mengenai fenomena keagamaan Sacred Name Movement dan Messianic Judaism pada bagian pertama pembahasan, sebagai latar belakang munculnya mazhab Judeochristianity. Pada bagian kedua saya menguraikan definisi, sejarah serta konsep pemikiran Judeochristianity sebagai peta jalan bagi para pembaca pemula untuk memahami lebih jauh meliputi berbagai pengkajian mengenai tema-tema-tema tentang Tuhan, Mesias, Ibadah. Pada bagian keempat tulisan ini pembahasan difokuskan pada penerapan mazhab Judeochristianity di bidang kehidupan sehari-hari dengan melakukan pembahasan mengenai kasus perceraian, kiblat, praktek riba, tsedaqah, penggunaan kerudung dll. Pada bagian kelima pembahasan lebih terfokus pada redefinisi pemahaman yang keliru terhadap eksistensi Torah dan bagaimana penerapan Torah dalam kehidupan Kristiani. Sementara pada bagian keenam ditambahkn kajian esoteris dan kedudukannya dalam penghayatan beragama dan berteologi, hal mana kajian-kajian ini sangat minim dalam pembahasan Kekristenan. Bagian ketujuh berisikan kupasan mengenai otorkritik terhadap sejumlah pemahaman dan penafsiran yang keliru yang dianut sejumlah komunitas Kristen yang menerapkan visi “Kembali ke Akar Ibrani” namun yang tidak mengerucut dalam mazhab Judeochristianity. Adapun bagian kedelapan berisikan tanggapan dan apologetik terhadap mereka yang mempertahankan penggunaan nama Allah dalam dogma dan devosi Kristiani. Bagian akhir yaitu bagian kesembilan pembahasan ini merupakan pembahasan penutup dengan mengkaji prospek dan peluang eksistensi dan keberlangsungan mazhab Judeochristianity di Indonesia. Ada beberapa ketidaknyamanan yang akan ditemui para pembaca saat membaca buku ini yaitu “repetisi” (pengulangan). Pengulangan yang dimaksudkan adalah “pengulangan pembahasan”, “pengulangan kutipan”, “pengulangan referensi”. Hal tersebut terjadi dikarenakan buku ini merupakan hasil “kompilasi” (pengumpulan) sejumlah pembahasan yang kerap menyinggung berbagai topik terkait sebagai keseluruhan struktur konsep dan pemikiran Judeochristianity dalam bentuk berbagai artikel dalam blog dan website. Penulis sudah berusaha meminimalisir munculnya “repetisi” dengan melakukan pemadatan materi menjadi satu topik judul dengan beberapa sub judul sehingga tidak menjadi pembahasan tersendiri dengan judul yang berbeda. Kiranya kehadiran buku dengan judul Imanku, Ibadahku, Gaya Hidupku: Merumuskan Kembali Dogma dan Devosi Dalam Terang Mazhab Judeochristianity memberikan pencerahan dan mendorong para pembaca pemula untuk melakukan penjelajahan spritual terhadap berbagai konsep keimanan yang selama ini diyakini sebagai sebuah kebenaran final namun harus tunduk pada roda perubahan pemahaman diakibatkan munculnya data dan fakta baru yang perlu dipertimbangkan kebenarannya. Sementara bagi mereka yang telah berada dalam mazhab Judeochristianity, kehadiran buku ini dapat menjadi pedoman dogmatika sebagai bentuk pertanggungjawaban iman di antara berbagai mazhab Kekristenan lainnya di Indonesia.
UPAYA PENGUATAN KEWENANGAN DAN KEPASTIAN HUKUM BAGI PEJABAT IMIGRASI DI PERBATASAN, 2024
Kondisi geografis yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara yang kepulauan paling besar di dunia yang mempunyai garis perbatasan yang sangat panjang baik di darat maupun di laut. Secara strategis garis perbatasan ini mempunyai nilai penting tersendiri dalam berbagai aspek, antara lain terkait kedaulatan, keamanan dan ekonomi. Kedaulatan dan keamanan merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam penyelenggaraan negara. Kedaulatan merupakan dasar bagi suatu negara untuk menjaga keamanan, sementara keamanan merupakan penjamin bagi kelangsungan hidup suatu negara yang berdaulat. Melihat hal ini, penguatan garis perbatasan wilayah Indonesia perlu menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia dengan melibatkan berbagai institusi. Ancaman kedaulatan negara pada era globalisasi yang kompleks ini adalah penyebab perlunya ditingkatkannya pengawasan perbatasan khususnya terkait perlintasan negara baik di darat maupun di laut. Pelaksanaan pengawasan perlintasan keluar masuk orang di wilayah perbatasan merupakan hal yang sangat krusial. Tidak sedikit aktivitas illegal yang dilakukan oleh pelintas seperti perdagangan manusia (human trafficking) serta penyelundupan manusia (people smuggling) yang terjadi di perbatasan. 1 Dalam penyelesaian permasalahanpermasalahan tersebut, pemerintah harus fokus pada tantangan tersebut khususnya instansi yang bertanggung jawab di wilayah perbatasan sepert TNI-POLRI, Pemerintah Daerah, Imigrasi, Bea Cukai dan Karantina. Dalam pelaksanaan fungsi keimigrasian di Indonesia sendiri berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Dalam Pasal 3 angka 3 UU Keimigrasian 2011terdapat potensi penguatan perbatasan yang menyebutkan bahwa tempat pemeriksaan imigrasi dan pos lintas batas merupakan tempat bagi Pejabat Imigrasi untuk melaksanakan fungsi keimigrasian di wilayah perbatasan Indonesia. 2 Menurut perspektif keimigrasian konteks penguatan perbatasan ini masih membuat permasalahan yang dilematis. Hal ini karena
Kesenian tradisional atau seni tradisi bisa didefinisikan sebagai bentuk kesenian yang lahir dan tumbuh dalam konteks wilayah tertentu yang diteruskan dari satu periode ke periode berikutnya. Setiap wilayah di Nusantara memiliki seni tradisinya masing-masing, baik yang lahir sejak periode pra kolonial maupun di era kolonial serta paska kolonial.
Fahmi Muhammad, 2021
Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat besar akan perbedaannya yang berisi dari beragam agama, suku, etnis, budaya, pemikiran serta yang lainnya, tetapi dengan adanya perbedaan tersebut tidak menjadi halangan dalam kehidupan bermasyarakatnya, dengan adanya sebuah pemikiran dari seorang tokoh yakni Gus Dur dan Nurcholis Madjid yang pemikirannya dijadikan sebagai prinsip dalam kehidupan bermasyarakat, pluralisme dan toleransi lah yang merupakan hasil dari pemikiran mereka berdua dalam kehidupan bermasyarakat dalam bernegara, idealisme pluralisme dan toleransi lah yang dapat meminimalisir terjadinya konflik perpecahan antar suku, agama, ras, pemikiran ataupun lainnya, dengan diterapkannya pemikiran pluralisme dan toleransi dalam kehidupan yang sangat beragam perbedaan ini bisa terciptanya kerukunan antar suku, agama, dan ras dan bernegara.
Artikel ini berisi pembahasan mengenai rezim Orde Baru pada tahun 1990-1996 Orde Baru selama 32 tahun disebabkan karena kakuatan politik yang didapatkan dari proses konsolidasi politik mulai rezim ini muncul. Orde Baru memperoleh kejayaannya sejak era 1970-an, ditandai dengan penyelesaian Peristiwa Malari pada tahun 1974 oleh kekuatan militer dan jaringan politik Suharto lainnya. Memasuki era 1990-an, proses konsolidasi yang telah mapan sebelumnya menjadi berantakan dan berujung pada transisi rezim Orde Baru pada tahun 1998. Oleh karena itu, dinamika politik yang terjadi pada era pratransisi menjadi permasalahan utama untuk melakukan kajian ini. Penelitia skripsi ini menggungakan metode sejarah melalui empat tahapan meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Kajian skripsi yang berbasis kebijakan politik nasional yang terkandung dalam strategi politik Orde Baru telah banyak diteliti di dalam teks buku, artikel dan surat kabar, oleh karenanya penelitian dalam skripsi ini lebih memakai studi pustaka. Perkembangan politik era pratransisi ditandai dengan gerakan prodemokrasi dan hak asasi manusia yang ternyata menuntut rezim Orde Baru untuk melakukan inovasi dalam strategi politiknya. Sistem otoriter dan tindakan represif rezim Orde Baru, ternyata malah membuat soliditas gerakan oposisi makin mapan. Bahkan, stigma komunis yang menjadi struktur ide Orde Baru paling ampuh, telah terdistorsi melawan arus demokrasi dan hak asasi manusia. Akhirnya, hampir semua strategi politik Orde Baru malah membuat gerakan oposisi makin kuat dengan adanya musuh bersama yang harus ditumbangkan.
Perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka" --Transparency International --
jurnal ilmu politik, 2023
Competition and political freedom in Indonesian democracy are weak against antagonistic political practices. The widespread use of violence by community organizations with both religious and political identities in recent years is an expression of the widespread rioting collectively in Indonesian society. The trigger can come from a spontaneous response to the inability to accept the consequences of a democratic life, especially in the context of the application of an ethic of tolerance. One of the social symptoms, widespread rioting is not something new in civilization, the increasing prestige of minority groups on the political stage, tolerance towards other religious groups, and policies that are not friendly to the majority group. In addition, problems also arise from the ineffectiveness of the State in enforcing law and public order. In this case, the people use the logic of their own power to reveal the failure of the State which is unfortunately left by the State to various demoralizing diseases of society. One solution to regulating mass organizations is the government to issue the Community Organization Law. However, civil society activists warned the State not to interfere too much in the civilian public sphere. With this, the State must be effective in upholding law and order in a democratic life.
This article will explore political jihad produced by Turkey Utsmani in world war one, echo jihad concepts is nothing only to circle muslim Turkey Utsmani but involved muslim arround the world and several west countries from blok poros. So that described muslim strength from enemy Turkey Utsmani in world war one, then in jihad Utsmani journey eventually insult of failed and loosed that caused crack Turky Utsmani and emerged Republik Sekular Turkey mastermind Freemasonry movement and Musthafa Kemal Attaturk. in other that explore concept, impact, and politica Utsmani dynamics to umat Islam and collaborations in military, economic aspect from blok poros country so that stil made Turkey Utsmani exist until 1924. It should be stated that for period jihad political from 1914-1918, Turkey Utsmani has lossed many regions in Asia, Afrika, and Europ continent so that emerged the jihad political can be expected win world war one and back to regions especially Muslim regions but they are effort becoming disunity and destruction self intern Turkey Utsmani.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Dr. Wahju Prijo Djatmiko, S.H., M.Hum., M.Sc., 2023
Jurnal Litigasi, 2015
Ismail. Langsa. Aceh, 2017
Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam
Mimbar Keadilan Jurnal Ilmu Hukum, 2017
NUR EL-ISLAM Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan, 2020
Muhammad Ammar Dimas Prasetyo, 2019
Piter Junior Rotua, 2020
fakultas hukum, 2018