Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2021, Rifal
…
11 pages
1 file
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas MK Manajemen pesantren Dosen pengampuh : HATTA FAKHRURROZI,S.Pd.I,M.Pd.I. Disusun oleh: Rifal (191030039) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU 2021
Web : www.belilepi.com UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam rneneliti, menganalisis dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan manajer. Oleh karena itu, makalah ini membahas uraian tentang perkembangan dan teori manajemen dari masa ke masa. Dimana dalam ilmu manajemen dikemukakan ada beberapa aliran sebagai dasar pemikiran yang dibagi berdasarkan aliran klasik, aliran hubungan manusiawi dan manajemen modern yang merupakan asal mula teori manajemen yang berkembang terus dengan berbagai aliran lainnya. Adapun aliran pemikiran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan produksi sedangkan aliran hubungan manusiawi lebih melihat dari sisi bagaimana sumber daya manusia yang berada dalam organisasi.
Rifal, 2021
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas MK Manajemen pesantren Dosen pengampuh : HATTA FAKHRURROZI,S.Pd.I,M.Pd.I. Disusun oleh: Rifal (191030039) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU 2021
Nim: 191030034 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALU (IAIN) 2021
Pendidikan merupakan suatu proses di dalam menemukan transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh sebab itu, proses pendidikan yang benar adalah membebaskan seseorang dari berbagai kungkungan, intimidasi, dan ekploitasi. Di sinilah letak afinitas dari aspek pedagogik, yaitu membebaskan manusia secara konprehensif dari ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau dikatakan sebagai suatu yang mengikat kebebasan seseorang. Maka dari pada itu, pendidikan adalah merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan, karena dari sepanjang perjalanan hidup manusia, pendidikan merupakan barometer untuk mencapai maturitas nilai-nilai kehidupan. Hal itu sejalan dengan salah satu aspek tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU SISDIKNAS RI No. 20 Tahun 2003, tentang membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur melalui proses pembentukan kepribadian, kemandirian dan norma-norma tentang baik dan buruk. Sedangkan di sisi lain manusia sebagai makhluk pengemban etika yang telah dikaruniai akal dan budi. Dengan demikian, adanya akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang multidimensi, yakni kehidupan yang bersifat material dan bersifat spritual Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, karena tanpa adanya pendidikan sangat mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi cita-cita manusia, maka semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana pencapaiannya. Hal ini telah termaktub dalam al-Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11 Artinya:“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Depag RI, 1974: 911). Relevan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan nasional masih belum mampu secara maksimal untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Melihat fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini banyak kalangan yang mulai mencermati sistem pendidikan pesantren sebagai salah satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah. Hal tersebut dapat dimengerti, karena pesantren memiliki karakteristik yang memungkinkan tercapainya tujuan yang dimaksud. Karena itu, sejak lima dasawarsa terakhir diskursus di seputar pesantren menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari berbagai fokus wacana, kajian dan penelitian para ahli, terutama setelah kian diakuinya kontribusi dan peran pesantren yang bukan saja sebagai “subkultur” (untuk menunjuk kepada lembaga yang ber-tipologi unik dan menyimpang dari pola kehidupan umum di negeri ini) sebagaimana disinyalir Abdurrahman Wahid (1984: 32). Tetapi juga sebagai “institusi kultural” (untuk menggambarkan sebuah pendidikan yang punya karakter tersendiri yang unik, sekaligus membuka diri terhadap hegemoni eksternal), sebagaimana ditegaskan oleh Hadi Mulyo (1985 : 71). Dikatakan unik, karena pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas yang hingga saat ini menunjukkan kemampuannya yang cemerlang mampu melewati berbagai episode zaman dengan kemajemukan masalah yang dihadapinya. Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, Ia telah memberikan andil yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan terhadap masyarakat. Pesantren sebagai salah satu format lembaga pendidikan dipercaya sebagai formula jitu yang dapat menangani permasalahan-permasalahan umat dewasa ini, mengingat perkembangan dunia pendidikan dewasa ini tampak sangat memprihatinkan. Tidak hanya pendidikan Islam saja bisa dengan tanpa mengurangi nilai-nilai dan pandangan hidup yang sudah berjalan di pesantren. Pada dasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tidak memandang strata sosial, lembaga ini dapat dinikmati semua lapisan masyarakat, laki-laki perempuan, tua-muda, miskin kaya, mereka semua dapat menikmati pendidikan di lembaga ini. Dan satu hal yang perlu kita catat bahwa tidak sedikit pemimpin-pemimpin bangsa ini, baik pemimpin yang duduk dalam pemerintahan maupun yang bukan, formal atau informal, besar maupun kecil, di antara pemikiran mereka diwarnai dengan pola pendidikan pondok pesantren. Di banyak tempat istilah yang identik dengan pondok pesantren ini juga mempunyai banyak persamaan nama, di Jawa dan Madura istilah yang sering digunakan adalah pondok (Dhofier, 1984: 18) atau pondok pesantren (Ali, 1987: 15), sedang di Aceh dikenal dengan istilah “Dayah, Rangkang, atau Meunasah/ Madrasah (Hasbullah, 1999: 32), adapun di Minangkabau pesantren lebih dikenal dengan istilah “Surau”, sedangkan di Pasundan institusi ini disebut dengan “Pondok” (Raharjo, 1985: 2). Sebagai lembaga pendidikan lanjut, pesantren merupakan tempat yang mengkonsentrasikan para santrinya untuk diasuh, dididik dan diarahkan menjadi manusia yang paripurna oleh kyai atau guru.
Who does not know about Islamic boarding school? In 2011 it is about 25.000 boarding schools which spread in Indonesia. However, ironically, only a few people know about the background of boarding school and its development. Therefore, this research is based on the library research which found that that boarding school was originally from India and Islamic tradition. Boarding school was estimated starting its existence when Islamic religion came to Indonesia. The first boarding school known to be founded by a wali songo (religious leader in Islam), he was syekh maulana malik Ibrahim. Recently, boarding school can be classified into two, namely traditional and modern boarding school.
Khurul Munawaroh, 2021
KHURUL MUNAWAROH 191030005 PENDAHULUAN Suatu hal yang tidak terlepas dalam wacana pendidikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren. Ia adalah pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Keberadaannya mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok Pesantren sebagai bahan kajian. Tidak jarang beberapa tesis dan disertasi menulis tentang lembaga pendidikan Islam tertua ini. Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini sejak dilancarkannya perubahan atau modernisasi pendidikan Islam di berbagai kawasan Dunia Muslim, tidak banyak lembaga-lembaga pendidikan tradisional Islam separti pesantren yang mampu bertahan disamping karena "modelnya". 1 Sifat ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan Kyai dan Santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Walau di tengah suasana yang demikian, yang menjadi magnet terbesar adalah peran dan kiprahnya bagi masyarakat, negara dan umat manusia yang tidak bisa dianggap sepele atau dilihat sebelah mata. Sejarah membuktikan besarnya konstribusi yang pernah dipersembahkan lembaga yang satu ini, baik di masa pra kolonial, kolonial dan pasca kolonial, bahkan di masa kini pun peran itu masih tetap dirasakan. Di tengah gagalnya sebagian sistem pendidikan dewasa ini, ada baiknya kita menyimak kembali sistem pendidikan pesantren. Keintegrasian antara ilmu etika dan pengetahuan yang pernah dicanangkan pesantren perlu mendapat perhatian, sehingga paling tidak mengurangi apa yang menjadi trendi di tengah-tengah pelajar dan pemuda kita: Tawuran. Sehingga pada 1 Azyumarid Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Cet.II, Jakarta: Logos wacana Ilmu, 2000. h. 95
sejarah berdiri, tokoh sentral dan dinamika pendidikan yang ada di sana dari masa ke masa
Puji syukur al-hamdulillah kehadirat Allah Swt.,yang menciptakan,mengatur dan menguasai seluruh makhluk di dunia dan di akhirat.Semoga kita senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dari ridha-Nya.Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullah Muhammad Saw.,beserta keluarga yang telah membimbing manusia untuk menjadi orang yang selalu lurus menuju kejayaan dan kemuliaan.
Abstrak Salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia adalahPondok Pesantren, ia merupakan system pendidikan pertamadan tertuadi Indonesia, karena sifat keislaman dan keindonesiaan terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, system manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan kiyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Di tengah gagalnya system pendidikan dewasa ini, ada baiknya disimak kembali system pesantren, dimana didalamnya lebih mengedepankan ilmu etika dan pengetahuan. Kiyai adalah tempat betanya atau sumber refrensi, tempat menyelesaikan semua urusan, tempat meminta nasihat dan fatwa. Oleh karena itu, mesjid sebagai salah satu tempat belajar dalam perkembangannya, pesantren dilengkapi dengan pondok sebagai tempat tinggal santri yang menjadi cirri khas dari lembaga tersebut adalah rasa keikhlasan yang dimiliki oleh santri dan kiyai hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti anak dan orang tua. Bentuk, system dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi menjadi dua priode; pertama, Ampel (salafi) yang mencerminkan kesederhanaan secara konprehensif. Kedua, priode Gontor yang mencerminkan kemoderenan dalamsystem metode dan fisik bangunan, sehingga pada hakikatnya pesantren memiliki tiga unsure yakni; santri, kiyai dan asrama. Kata Kunci: Pesantren, lembaga pendidikan Islam, Pendahuluan Suatu hal yang tidak terlepas dalam wacana pendidikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren. Ia adalah pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Keberadaannya mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan 2013 Vol. 6 No. 2 Juli -Desember Jurnal Al-Ta'dib
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Progressif : Jurnal Ilmiah, 2013