Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
4 pages
1 file
Sejauh ini sastra telah mengalami banyak sekali perkembangan; baik dari segi bentuk, genre, hingga kaija-kajian tentang sastra itu sendiri. Apresiasi terhadap sastra pun terus dilakukan.
Dewasa ini, “kritik sastra baru” menjadi kiblat kritik sastra di mana pun. Siapa yang keluar dari arus utama, berarti dianggap tidak menganggap penting trend dan pastilah akan tersisih sebagai anggota masyarakat sastra (teralienasi). Harap dimaklumi, dalam pengertian tertentu, salah satu jenis sastra kontemporer ini dapat juga dianggap sebagai gaya hidup.
2017
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan ideologi yang tersembunyi dalam novel karya Ayu Utami dan A. Fuadi. Dengan menggunakan pendekatan interdisipliner AWK, dua novel karya Ayu Utami dan tiga novel karya A. Fuadi dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam dwilogi karya Ayu Utami ditemukan ideologi liberalism-feminisme, yaitu gagasan tentang hak kebebasan setiap individu dalam memperjuangkan hak perempuan sebagai subordinat laki-laki, termasuk kebebasan seksual. Dalam trilogi karya A. Fuadi ditemukan ideologi pedagogi transcendental, yaitu pedagogi yang berorientasi kepada keilahian. Dengan orientasi keilahian, seluruh proses dan kegiatan pendidikan didasarkan kepada norma-norma Ilahi yang meliputi peran guru, peran murid, dan relasi guru-murid. Kata kunci: paradigm kritis, AWK, kajian sastra, liberalism-feminisme, pedagogi transendental
2018
Karya sastra diciptakan tidak hanya sekadar untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami maknanya. Dari sudut pandang pengarang, karya sastra tercipta untuk dipublikasikan dan disebarkan dengan harapan isi dan pesan karya sastra itu dapat dipahami. Dari sudut pandang pembaca, karya sastra untuk dibaca dan ditelaah dengan harapan isi dan pesan karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami maknanya. Akan tetapi, horizon pengarang dan pembaca sering menemui kendala dalam memahami karya sastra. Oleh karenanya, dibutuhkan suatu teori atau kajian yang membahas tentang permasalahan tersebut guna membongkar makna terselubung yang terdapat dalam teks sastra, dan jawabannya adalah hermeneutika. Maka, untuk memperjelas pembahasan tentang defiisini hermeneutika, sejarah kemunculan dan hubungannya dengan kritik sastra, makalah ini mencoba hadir guna memberikan sebuah pencerahan tentang pembahasan yang berkaiatan dengan hermeneutika dan hal-hal di dalamnya yang telah disingguung sebelumnya.
Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra, buku ini benar-benar memuat kerling(an) ‘pandangan mata’ para penulis atas berbagai peristiwa bahasa dan sastra di Indonesia. Nada suaranya pun beragam, ada yang sekadar menyampaikan kegelisahan, ada pula yang mengungkapkan berbagai harapan anak bangsa terhadap eksistensi bahasa dan sastra. Pun cara penyampaiannya, ada yang sangat santai, ada yang setengah serius/formal, dan ada pula yang sangat serius/formal. Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra memuat 59 tulisan: 21 esai tentang bahasa dan 38 esai tentang sastra. Sekalipun beragam tema yang dimuatnya, setidaknya terdapat dua isu utama yang menonjol dalam Kerling: Antologi Kritik/Esai Bahasa dan Sastra ini, yakni harapan agar bahasa Indonesia mendunia dan harapan menjadikan (karya) sastra lokal sebagai sumber penulisan. Kedua harapan itu, jika terwujud, akan bermuara kepada isu nasional yang belakangan ini mengemuka: membangun jatidiri dan karakter bangsa
PT Komodo Books Jakarta, 2011
Biku ini menyajikan berbagai bentuk hasil kritik cipta sastra dari berbagai sudut pandang. Sangat layak dijadikan bahan. Bacaan dan bahan ajar khususnya pada mata kuliah kritik sastra dan wacana
Membaca tak sekadar melihat tulisan berbaris rapi pada satu garis, tapi juga memahami makna yang ada di balik kata-kata. Itulah hal yang terbersit di kepala saya ketika saya sadar sudah lama sekali tidak membaca suatu karya sastra. Lama atau tidaknya sebenarnya bergantung pada diri kita sendiri. Buku terakhir yang saya baca adalah kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh kampus fiksi dengan judul 'gadis 360 hari yang lalu' pada minggu lalu. Tapi kali ini saya justru tidak akan membahas cerpen tersebut. Di tahun 2013, saya terkena pengaruh seseorang yang pernah memberi saran untuk selalu membeli koran di setiap hari Minggu. Mengapa? Katanya karena saya menyukai puisi dan di koran terbitan hari Minggu itu pula pasti ada puisi yang terbit. Akhirnya setiap Minggu pun saya tergila-gila untuk membeli koran Kompas. Membaca puisi dan cerpen yang terbit di sana membuat saya menjadi tenang dan merasa lengkap dalam berakhir pekan. Beda halnya jika saya lupa untuk membeli koran. Kini, sudah 2015 dan tak ada lagi untuk saya membeli koran di hari Minggu. Entah mengapa hal tersebut tidaklah penting untuk dibicarakan di sini. Oleh karena itu, saya mengambil sebuah cerpen yang terbit di Jawa Pos tanggal 15 Maret 2015.
Novel dengan tema budaya yang berseting perjuangan hidup seorang perempuan berhasil digarap oleh Ahmad Tohari, yakni novel yang berjudul " Ronggeng Dukuh Paruk". Novel ini berlatarbelakang tentang sebuah kebudayaan di daerah tertentu. Bagaimana pengaruh kebudayaan itu bagi masyarakat. Novel ini menjadi sebuah refleksi bagi kehidupan bermasyarakat. Dapat dipergunakan sebagai literatur dengan pesan-pesan yang ada di dalamnya. Pesan yang berusaha digarap oleh pengarang. Novel yang bertema kebudayaan dan merupakan satu dari trilogi yang ditulis oleh Ahmat Tohari. Novel ini mengambil cerita tentang seorang ronggeng dengan kehidupannya dan bagaimana dia di dalam masyarakat. Perjuangan seorang perempuan di dalam meniti pilihan hidupnya.
LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 2011
Many people admit that the discussion of literary concept has never reached the final agrement. That is why literature is considered to be peculiar and particular as well. The literary concept increasingly becomes a dilemma when the concept is supposed to be included in a separate specific area, that is, Islamic literary concept. According to the writer, the dilemma of literary concept constitutes a potential substance especially for developing literature paradigm ahead.
2022
Salah satu bentuk manifestasi dari sastra adalah puisi. Puisi adalah ekspresi manusia yang bernilai estetis, hampir mirip dengan definisi sastra secara umum, hanya saja puisi lebih padat, utuh, dan komplit. Sejalan dengan pendapat dari Nurhadi (2017) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra yang berisi gagasan penyair dengan bahasa yang padat, singkat, dan menggunakan irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Pendapat tersebut juga senada dengan Sayuti (2015) yang memberikan penjelasan lebih khusus mengenai definisi puisi sebagai karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas. Puisi tidak terdiri dari kalimat yang panjang, berparagraf, layaknya karya sastra lain seperti, cerpen, prosa, novel dan sebagainya. Sebab itu puisi seringkali dianggap sebagai hasil kontemplasi paling komplit dari sebuah produk sastra.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Sastra Indonesia
DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals), 2016
Al-Irfan : Journal of Arabic Literature and Islamic Studies
Jurnal Adabiya, 2023
Narasi: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya