2014, paper Alkitab
Beriman itu bukan sekedar tahu berbagai ajaran keagamaan atau doa-doa dan ritual. Meskipun itu penting, tetapi bukan patokan utama menilai orang beriman atau tidak. Beriman itu adalah soal relasi seseorang terhadap Allah dan sesama. Beriman itu adalah bagaimana orang menilai kehidupannya dari sudut pandang Allah. Beriman itu adalah bagaimana tetap setia kepada jalan yang dipilih. Beriman itu anugerah dari Allah sekaligus perjuangan untuk membangunnya. Jadi beriman itu adalah proses yang berliku-liku. Tidak sekali jadi. Alkitab banyak mencatat sejumlah tokoh yang jatuh bangun membangun keimanan kepada Allah. Salah satunya adalah Abraham. Tradisi menempatkan Abraham sebagai bapa kaum beriman. Ia dikukuhkan sebagai teladan keberimanan. Alasannya sederhana. Dia selalu siap dan taat mengikuti perintah Allah yaitu meninggalkan tanah airnya untuk pergi ke sebuah daerah yang baru (Kej 12:1-2). Namun, dalam kisah Abraham selanjutnya, akan kelihatan bahwa Abraham mengalami jatuh bangun dalam relasinya dengan Allah, keluarganya, dan orang lain. Meskipun begitu, ini merupakan bagian dari perjuangannya untuk menjadi orang beriman. Bagaimanakah perjuangan Abraham? Berani Keluar Kisah Abraham adalah kisah perjalanan seorang manusia. Terah, ayah Abraham, membawanya dan anak-anaknya pergi dari Ur-Kasdim (Irak tengah) untuk tinggal pergi ke Kanaan (Kej 11:31-32). Di Haran (Irak Utara), setelah Terah mati, Allah menguatkan Abraham untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Kanaan. Panggilan Abraham adalah tetap berjalan walaupun tidak ada kepastian. Namun, Abraham yakin akan panggilannya karena Allah telah berjanji. Janji-Nya adalah bahwa ia akan mendapat keturunan yang besar dan menjadi bapa segala bangsa (Kej 13:16; 15:5; 22:17). Sekalipun janji di masa depan tetap tidak pasti, tapi Abraham tetap terbuka pada janji itu dan yakin akan terpenuhinya janji itu. Iman menuntut suatu pengharapan yang besar. Perjalanan Abraham untuk mengikuti panggilan TUHAN adalah sebuah perjalanan iman. Dia mempercayakan dirinya pada sabda dari TUHAN yang baru dia kenal. Ia berani melangkah dalam ketidakpastian. Inilah iman yang sesungguhnya. Iman membuat Abraham tidak takut akan jalan yang dia ambil. Dalam Alkitab, iman diungkapkan dalam bahasa Ibrani emunah, yang berasal dari kata kerja 'aman', yang berarti "membenarkan". Namun, emunah juga bisa berarti kesetiaan, baik dari pihak Allah maupun manusia. Perjalanan Abraham bukan hanya sekedar perjalanan iman, tetapi perjalanan menjadi manusia sejati. Menjadi manusia sejati berarti menjadi dirinya sendiri secara utuh. Anselm Grun, seorang Benediktin, dalam bukunya 'Lottare e Amare' (edisi Italia)