Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2017, UIN ALAUDDIN MAKASSAR
…
101 pages
1 file
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi dan konotasi pada foto esai “Kisah Perokok Kelas Menengah” karya Haryamin. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui penggambaran rokok sebagai gaya hidup bagi kalangan pelajar dalam foto esai “Kisah Perokok Kelas Menengah” karya Haryamin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis teks media dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Objek penelitian ini adalah foto esai “Kisah Perokok Kelas Menengah” karya Haryamin. Proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik analisis dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan analisis semiologi Roland Barthes
ABSTRAKSI Pada sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia yang notabene agamis, makna hidup dapat ditilik, dipelajari, dipahami, dihayati dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui nilai-nilai moral agama yang menjadi dasar dari pedoman hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Lain halnya dengan kehidupan orang ateis yang tidak memiliki pedoman hidup yang baku dan berfungsi sebagai pedoman utama seperti misalnya Kitab Suci, tuntunan serta nasihat dari para pemimpin ataupun orang-orang bijak, maupun buku-buku mengenai kajian spiritualitas kehidupan seperti yang biasa terjadi dalam kehidupan masyarakat beragama. Para penganut ateis tidak memiliki perangkat nilai-nilai baku yang menjadi pedoman dalam kehidupan mereka sebagai sumber dan titik tolak mereka untuk dapat memperoleh makna dalam kehidupannya. Para penganut ateis mendasarkan makna hidup mereka pada cara pandang yang bebas nilai. Dalam arti mereka sendirilah yang mencari, memilih, dan menerapkan bermacam nilai kehidupan yang bersifat universal sebagai pedoman hidup mereka yang nantinya dijadikan sebuah metode tersendiri untuk membentuk suatu makna bagi kehidupan mereka. Tujuan penelitian ini yaitu berusaha mengkaji lebih dalam mengapa seseorang individu akhirnya menjadi penganut ateis, bagaimana gambaran makna hidup penganut ateis, serta mengetahui lebih dekat bagaimana proses dan perjuangan penganut ateis dalam pencarian makna hidupnya. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang sifatnya studi kasus karena penelitian kualitatif studi kasus sesuai digunakan pada masalah-masalah yang bertujuan untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari, dengan menggunakan penelitian kualitatif studi kasus juga diperoleh pemahaman yang mendalam tentang berbagai gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan dengan subjek dan significant other. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan alat perekam. Dalam penelitian ditentukan sejumlah karakteristik bagi subjek penelitian yaitu seorang penganut ateis dewasa awal. Rentang usia 20-25 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang. Dari data penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar penyebab subjek menjadi ateis ternyata dipengaruhi oleh faktor ideologi yang dipahami oleh subjek. Hal tersebut berhubungan dengan kekecewaan subjek terhadap
Dwi dharma b.s, 2015, the correlation between shots packaging funereal on cigarettes in the level of consciousness smokers active and rates cigarette consumption among the students and uns.pictures funereal around cigarette packaging will bring the impact of them were found and effects for everyone to messages from funereal the picture.The student was people have the level of consciousness , the level of education as well as the awareness higher .The purpose of this research is to find the relationship between the packaging funereal on cigarettes in the level of consciousness smoking and to know the relationship between the packaging funereal on cigarettes in and the cigarette consumption among the students and uns. Methods used explanatory reseacrh , because this study trying to highlight and analyst the relationship between several variables and tested is hypothesized before with samples from 100 respondents. This research using instrunen of the questionnaire. The research results show that the level of consciousness than 100 respondents there are 27 ( 27 % ) respondents at high level, levels and as many as 40 ( 40 % ) of respondents and on level low as many as 33 ( 33 % ) of respondents. Based on analysis of data obtained that there is no significant relationship between the influence of lurid pictures on cigarette packaging with the level of awareness of smoking , with value 2.01 t worth and the level of significance 0.05 thus ho was rejected because t count larger than t table namely 2.01 &; 1,661 gt.And there are a significant relation between lurid pictures on cigarette packaging with the level of cigarette consumption , with value 1,573 t worth and the level of significance 0.05 thus ho accepted t count because smaller than t table namely 1,573 &; 1,661 it .For images funereal useful reduce the rate smokers can begin of the attitude of self-awareness to cherish and implement smoking a warning of danger, namely by supporting health messages stamped on label hence the impulse to reduce as well as stop smoking will be larger .
Sumber dari segala sumber hukum yang utama atau yang pokok di dalam agama Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Selain sebagai sumber hukum, Al-Qur'an dan As-Sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang universal. Isyarat sampai kepada ilmu yg mutakhir telah tercantum di dalamnya. Oleh kerananya siapa yang ingin mendalaminya, maka tidak akan ada habis-habisnya keajaibannya.
Abstrak Akibat kurang stabilnya kondisi perekonomian di Indonesia, berbagai macam cara yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak sedikit dari mereka menggunakan fasilitas pribadinya untuk digunakan sebagai sarana mencari nafkah, salah satunya menggunakan kendaraan pribadinya berupa sepeda motor untuk dijadikan moda transportasi umum yang dikenal dengan sebutan ojek. Profesi ini lazimnya tidak memiliki izin operasi, penghasilan yang didapatpun terkadang tidak menentu sehingga cenderung mempengaruhi pencapaian dalam kepuasan hidup. Namun hal ini patut disyukuri dan tetap dilakukan guna dapat bertahan hidup dalam era ekonomi yang sulit seperti sekarang. Tujuan penelitian ini ingin melihat apakah kebersyukuran berkorelasi dengan kepuasan hidup bagi tukang ojek. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan 78 partisipan yang berprofesi sebagai tukang ojek di daerah Depok, Jawa Barat. Dengan menggunakan analisis Pearson product moment didapatkan hasil koefisien korelasi 0.101 dengan signifikansi 0.190 (P>0.001). Hal ini menandakan bahwa kebersyukuran tidak berkorelasi dengan kepuasan hidup para tukang ojek dan hipotesis ditolak. Dalam hal ini mungkin ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup bagi tukang ojek. Abstract Because of the instability of Indonesia economic, many things have been done by people. A lot of people using their private belonging to gain money, including their motorcycle for public transportation called ojek. The profession is uncommon and without license. The money gained from this profession also is not fixed and affecting life satisfaction. However, still the people should feel grateful to keep alive on the difficult moment. The aim of this study is to measure the correlation between gratitude and life satisfaction in ojek driver. The participants of this research are 78 persons who work as ojek driver in Depok, Jawa Barat. With product moment Pearson correlation it can be found that there is no correlation between gratitude and life satisfaction. In this case there might be another factors influencing the life satisfaction of ojek driver.
Dewasa ini dunia sedang melakukan kerjasama pada sebuah komitmen demi membangun dunia menjadi lebih baik. Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, ada banyak di bagian setiap bumi lainya memliki berbagai ancaman yang sangat kompleks, mulai dari krisis ekonomi, kesenjangan sosial, konflik politik, kelaparan, kondisi kesehatan yang kurang baik, kehancuran moral generasi muda, dan isu-isu lainya.
Muhammad Arief Hasan, 2020
ABSTRAK Marind Anim adalah suku yang menjadi tuan rumah di tanah datar ini. Mereka menghuni empat penjuru mata angin dengan tujuh marga besar, yaitu Gebze, Kaize, Samkakai, Ndiken, Mahuze, Balagaize, dan Basik-basik. Seperti dituliskan J Van Baal dalam karyanya, 'Dema" Description and Analysis of Marind Anim Culture', dahulu Suku Marind atau Malind punya kepercayaan terhadap dema, yakni roh yang dipercaya bisa menjelma sebagai apa pun di alam ini, baik manusia, binatang, tumbuhan, atau batu. Semua alam semesta berasal dari dema. Dema ini berupa kekuatan gaib dalam alam, atau berupa roh-roh orang mati. Semua itu terkait pula dengan konsep mereka tentang totemisme. Karena itu ada dema-dema alam yang dipuja selain dema-dema totemnya sendiri. Ada dema yang memunculkan diri di hadapan manusia berbentuk manusia pula atau berbentuk hewan. Ada yang disebut yorma (dema laut), wonatai (totem buaya), yawi (dema kelapa) dan lain-lain. Hari berganti bulan, tahun berganti abad, keharmonisan masyarakat Malin dengan alam terus terjaga. Laku berburu, meramu dan bercocok tanam masih dipertahankan hingga saat ini. Satu hal lagi, sagu merupakan sumber makanan pokok penduduk Malind Anim. Sagu juga digunakan dalam ritual peradilan adat, musyawarah dan adat perkawinan. Orang Marind sangat terkenal dengan makanan khas yang berasal dari olahan sagu, bercitarasa sedap dan lezat. Pohon sagu juga bisa digunakan untuk perahu dan bahan bangunan rumah. Sagu sangat menunjang kehidupan orang marind, itulah sebabnya mereka menganggap sagu sebagai 'raja', yang harus dihormati dan dipelihara. Peran dan upaya pemerintah sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian budaya suku Marind. Selain peran pemerintah, kita juga harus bisa ikut melestarikan kebudayaan ini. Artikel ini mengangkat judul "Tujuh Unsur Kebudayaan Suku Marind di Pesisir Merauke" adapun tujuan penulisan artikel ini untuk memperkenalkan unsur kebudayaan masyarakat Marind yang berada di Merauke. Kata kunci : Suku Marind, Kebudayaan, Merauke.
Air merupakan sumber bagi kehidupan makhluk hidup. Air tidak hanya berguna untuk mencukupi kebutuhan penduduk, tetapi juga keseimbangan ekosistem. Manusia, binatang, tumbuhan, dan mikroorganisme sangat membutuhkan air sebagai unsur utama di dalam tubuh mereka. Sungai merupakan salah satu sumber mata air yang dapat dimanfaatkan manusia dan makhluk hidup lainnya dalam memenuhi kebutuhan biologis mereka. Sungai tersebar di berbagai tempat, baik pedesaan maupun perkotaan. Sungai di pedesaan umumnya memiliki air yang jernih, berbeda halnya dengan di kota yang dipenuhi sampah, pekat, hitam, dan bau. Di samping itu keberadaan rumah kumuh di sepanjang bantaran sungai, membuat suasana penat bagi penduduk sekitar. Sungai kota seringkali menjadi momok pemerintah kabupaten atau kota dalam upaya menata dan memperindah kota. Salah satu sungai terbesar yang melintasi kota Denpasar yaitu Tukad Badung. Sungai yang terletak di pusat kota tersibuk ini keberadaanya sangat mengkhawatirkan, bukannya mendukung penciptaan keindahan kota, Tukad Badung justru menjadi sumber masalah kota. Pada berbagai sudut Tukad Badung selalu terdapat genangan sampah yang mengapung, Tukad Badung telah dijadikan tempat pembuangan sampah bagi sebagian masyarakat atau warga kota yang kurang memiliki disiplin lingkungan. Tukad Badung memiliki fungsi seperti sebuah selokan karena penampakan fisiknya, air kotor, berwarna gelap, berlumpur tebal, dipenuhi sampah, dan bau limbah dari rumah tangga dan dunia usaha. Kedaan Tukad Badung yang makin parah dapat menjadi momok tersendiri bagi Bali seandainya tidak dilakukan penataan. Penataan ini makin penting dilakukan selain karena Denpasar adalah ibukota propinsi juga dikarenakan Tukad Badung sudah terlanjur digadang-gadang sebagai salah satu objek wisata kota. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah kota untuk menata kondisi lingkungan di sepanjang Tukad Badung. Penataan ini berupaya mempertahankan kebersihan, kelancaran pergerakkan air, kawasan bantaran sungai termasuk menata 1 masyarakat yang berada di sekitar bantaran sungai. Pihak kebersihan kota Denpasar setiap hari turun sungai membersihkan, menjaring dan menaikkan sampah. Pemerintah kota telah mengadakan pelebaran sungai, metode kanalisasi dan kini sedang berkonsentrasi melakukan penanganan terhadap daerah-daerah titik rawan banjir yang diharapkan menjadi praktis menuju sanitasi lingkungan kota, baik saat musim hujan dan kemarau. Selain itu perencanaan drainase dimatangkan serta menyiagakan tenaga penggelontor. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk menata kembali kondisi Tukad Badung yang semakin buruk, namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya dalam penanganan limbah organik, anorganik dan kimia di Tukad Badung yang masih memerlukan strategi dan kajian yang intensif, karena baku mutu air di Tukad Badung itu sendiri masih tergolong memprihatinkan. Di samping itu, selama ini masyarakat masih memanfaatkan alur sungai sebagai tempat pembuangan limbah atau sampah. Hal ini tentu saja dapat menghambat upaya penataan Tukad Badung. Kurangnya kesadaran masyarakat dan koordinasi antar instansi yang terlibat serta gejala-gejala alam yang buruk lainnya yang mungkin terjadi tentu dapat berpengaruh besar terhadap bau lingkungan, pemandangan alam, pelestarian perairan pantai, ketersediaan air bahkan dapat menimbulkan kerusakan ekosistem yang lebih parah di sepanjang Tukad Badung. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka tidak mustahil akan terjadi ketidaknyamanan dalam menjalankan aktivitas kota, kerusakan pemandangan dan aset wisata, krisis air bahkan kepunahan ekosistem yang tentunya tidak diinginkan oleh semua pihak. Manusia sebagai bagian dari ekosistem yang memiliki akal sehat tidak boleh membiarkan masalah-masalah yang terjadi di Tukad Badung ini semakin berlarut- larut, yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri. Upaya merekonstruksi kondisi lingkungan di sepanjang Tukad Badung harus segera dilaksanakan. Keterpaduan program penanganan perlu dipersiapkan dan dimatangkan serta diterapkan dengan baik agar tercipta ekosistem yang bersih, aman, lestari dan indah.
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring berjalannya perubahan waktu, sekarang ini perubahan yang terjadi dalam masyarakat berjalan sangat cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya proses prubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah modernisasi. Serta akibat dari globalisasi yaitu penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia. Proses globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi dengan istilah online setiap saat dan dapat di jangkau dengan biaya yang relatif murah. Sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama. Terdapat beberapa karakteristik masyarakat modern dalam globalisasi yang kemudian dianggap sebagai trend umum. Salah satu karakteristik itu adalah kebutuhan akan konsumsi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju dan canggih menuntut orang untuk selalu mengikuti trend agar tidak dibilang ketinggalan jaman atau kuno. Salah satu contoh untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah ponsel. Hampir semua orang dapat dipastikan memiliki setidaknya satu ponsel untuk alat berkomunikasi. Seiring perkembangan zaman, muncullah ponsel pintar. Karena fungsi kegunaan yang melebihi sebuah ponsel biasa, ponsel pintar jauh lebih mahal dari ponsel biasa. Seseorang bahkan rela mengeruk dalam koceknya hanya untuk membeli sebuah ponsel pintar terbaru dan tercanggih tanpa mengetahui fungsi lain dari ponsel pintar tersebut. Perkembangan teknologi ponsel yang demikian cepatnya dan menghasilkan berbagai macam ponsel yang selalu berganti dengan menghadirkan berbagai macam fitur dan brand membuat masyarakat modern merasa tertinggal jika tidak membeli ponsel dengan model terbaru.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Arkeologi Malaysia, 2019