Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
10 pages
1 file
there is no ilaah
haikalx, 2018
Kata "In Sya Allah : Manusia adalah makhluq sosial, yang pasti melakukan interaksi dengan orang lain. Bisa saja dalam bentuk percakapan sehari-hari, ataupun membuat perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Dalam menyanggupi sebuah perjanjian atau undangan, kita masyarakat muslim biasa mengucapkan kata "in sya Allah", yang mempunyai arti "Jika Allah menghendaki" sebagai upaya untuk menyanggupi sebuah janji, namun tetap beranggapan bahwasanya ada Allah swt. Yang maha menentkan dan mengatur. Bisa saja sebelum acara yang kita janjikan mulai, kita mendapat musibah atau halangan, sehingga kita tidak bisa menghadiri undangan atau menepati janji yang telah kita buat. kebiasaan kita, sebagian masyarakat muslim Indonesia adalah menggunakan kata ini dengan entengnya. Padahal maksud dari mengucapkan kata ini adalah bertawakkal kepada Allah swt. Seandainya memang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, namun tetap berusaha untuk memenuhinya.
Ghaisani Fauziah, 2023
Nikah, sebagai sebuah institusi sosial, mendapatkan perhatian khusus dalam ajaran Al-Qur'an melalui berbagai ayat yang menawarkan panduan, hukum, dan nilai-nilai esensial dalam pernikahan. Melalui pendekatan tafsir maudhu’i ibadah memudahkan kita untuk mengetahui makna dan hikmah yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an terkait nikah. Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki konsep nikah dalam Al-Qur'an dengan pendekatan tafsir maudhu’i ibadah, mengungkapkan makna-makna mendalam yang tersembunyi di balik setiap perintah dan petunjuk-Nya
sebanyak 2698 kali, dan mengetahui-Nya dengan penuh keyakinan termasuk salah satu hal yang wajib di lakukan oleh setiap manusia. Banyak alasan yang di kemukakan untuk memperkuat pernyataan tersebut. Di antaranya dengan melihat fungsi dan peranan strategis dari keimanan tersebut dalam kehidupan manusia. Nurcholis Masjid misalnya menjelaskan tentang fungsi keimanan dalam hubungannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sikap terbuka, tutur kata yang baik, optimisme, rasa aman terbuka, egaliter. Keimnana pada Allah benar-benar menepati posisi yang strategis.
Guru Mapel : Nur Rohmah, S. Th. I Penyusun : Muh Firdaus Fahmi Mujib MA KHOIRIYAH SITILUHUR GEMBONG PATI 2014 Muhamma d Firdaus Fahmi Mujib 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. 23 Agustus 2014 penyusun ِ ِ ان َ س ْ ح ِ ال ْ ا َ و Maksudnya, menunaikan segala yang fardhu (wajib) secara sempurna atau bahwa engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, sebagaimana tersebut dalam hadits: Artinya, engkau beribadah kepada Allah karena memperhatikan kebesaran-Nya seolah-olah engkau melihat-Nya dengan mata kepalamu. Berbuat baik (ِ ِ َان س ِحْ ال ْ ا َ ,)و yakni kepada Allah dan kepada para hamba-Nya. ً َ ب ْ س ُ ق ْ يِال ِ ِذ ِ َآئ ت ْ ي ِ ا َ و Maksudnya, memberikan sedekah kepada kaum kerabat. Ini lebih diutamakan daripada bersedekah kepada orang lain karena sedekah kepada kaum kerabat merupakan sarana untuk mempererat hubungan persaudaraan. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya taat yang paling cepat memperoleh balasan (fahala) ialah mempererat hubungan persaudaraan (silaturrahmi)" (Al-Hadits). Makanya, kaum kerabat disebutkan secara khusus dalam ayat ini karena penting penyebutannya.
Dalam sejarah penghimpunan dan penulisan hadis mengalami perkembangan yang agak lamban dan bertahap dibandingkan perkembangan kodifikasi Alquran. Hal ini wajr saja karena Alquran pada masa nabi sudah teercatat seluruhnya sekalipun sangat sederhana, dan mulai dibukukan pada masa Abu Bakar Khalifah pertama dari Khulafa Ar-Rasyidin sekalipun dalam penyempurnaannya dilakukan pada masa Utsman bin Affan yang disebut dengan tulisan Utsmani (Khathth 'Utsmani). Sedangkan penulisan Hadits pada masa nabi secara umum justru malah dilarang. Masa pembukuannya pun terlambat sampai pada masa abad ke 3 Hijriyah. Penghimpunan dan pengkodifikasian hadits mengalami proses perkembangan yang lamban, melibatkan banyak orang dari masa ke masa dan menghadapi kendala serta permasalahan yang banyak. 1 1.2 Rumusan Masalah 1. Cara Rasulullah SAW menyampaikan hadis 2. Cara sahabat menerima hadis pada masa Rasulullah SAW 3. Penghimpunan hadis pada masa Rasululah SAW BAB II 1 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 41.
Al-Quran diturunkan secara bertahap. Setiap kali ada ayat turun, Rasulullah SAW segera menyampaikannya kepada umat, dan memerintahkan untuk menulisnya. Diantara sahabat, ada yang langsung menghafal ayat al-Qur'an setiap kali turun. Ada pula yang hanya menulisnya, dan Rasulullah menuntun penulisan itu sesuai dengan urutan surat dan ayat.
Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu Allaaha wadzaruu maa baqiya mina a(l)rribaa in kuntum mu'miniin(a) 278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Uinsa, 2023
Keesaan Allah mencakup beberapa aspek penting. Pertama, keesaan dalam sifat-sifat Allah, yaitu keyakinan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang sempurna, seperti kekuasaan, pengetahuan, keadilan, dan kasih sayang. Tidak ada yang bisa menandingi atau menyamai sifat-sifat-Nya. Keesaan ini mengajarkan bahwa Allah adalah Maha Tunggal dan Maha Agung. Kedua, keesaan dalam penyembahan. Sebagai satu-satunya Tuhan, Allah layak untuk disembah dan dijadikan objek pengabdian yang eksklusif. Tidak ada yang pantas untuk diberhentikan, dianggap setara, atau disembah selain Allah. Keesaan ini menuntut agar manusia mengarahkan ibadah, doa, dan pengabdian mereka hanya kepada-Nya. Ketiga, keesaan dalam hukum dan otoritas. Allah adalah sumber hukum tertinggi dan memiliki otoritas yang mutlak dalam menentukan aturan dan norma yang mengatur kehidupan manusia. Tidak ada yang bisa menggantikan atau mengubah hukum-hukum Allah. Keesaan ini menekankan pentingnya mengikuti ajaran Allah dan menjalankan perintah-Nya dalam segala aspek kehidupan. Keesaan Allah memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan seorang Muslim. Keyakinan ini mengarahkan mereka untuk memiliki hubungan yang erat dengan Allah, mematuhi perintah-Nya, menjauhi penyembahan selain-Nya, dan mencari rida-Nya dalam segala tindakan. Keesaan Allah juga mempengaruhi etika, moral, dan nilai-nilai yang dianut oleh seorang Muslim, karena mereka menyadari bahwa Allah melihat dan mengetahui segala sesuatu. Dalam kesimpulan, konsep keesaan Allah adalah dasar utama dalam agama Islam. Keyakinan akan keesaan Allah mempengaruhi pemahaman, ibadah, dan perilaku seorang Muslim. Hal ini mencakup keyakinan akan sifat-sifat Allah yang sempurna, penyembahan yang tulus hanya kepada-Nya, serta pengakuan akan otoritas-Nya dalam hukum dan aturan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith