Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
43 pages
1 file
Pada hakekatnya pengendalian banjir adalah suatu hal yang kompleks dimensi perencanaanya (engineering) melibatkan banyak disiplin ilmu teknik. Umumnya pengendalian banjir terdiri dari 2 metode, struktur dan non-struktur. Metode struktur meliputi perbaikan dan pengaturan sistem sungai (Normalisasi Sungai , Floodway, dll) dan bangunan pengendalian banjir (Bendung, Kolam Retensi, dll.), sedangkan metode non-struktur meliputi pengelolaan DAS, peramalan banjir, dll.
1103010035 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2013/2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
adalah fenomena alam yang terjadi di kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Sedangkan secara sederhana, banjir didefinisikan sebagai hadirnya air suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Berdasarkan SK SNI M-18-1989SNI M-18- -F (1989 dalam Suparta 2004, bahwa banjir adalah aliran air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.
Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah. Aliran Permukaan = Curah Hujan-(Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara) Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut. Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. 1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf "V". Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai. 2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf "U". Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai. 3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur
PENCEGAHAN, PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR , 2022
Flood is natural process which can become catastrophic when the flood plain and catchment areas are occupied and constructed by the human being. Along with rapid population growth, natural source management has been changed and has led to flood risk. Forested upstream area which has been changed to farmland and housings diminishes the function of the catchment area in infiltrating and catching the water. The bare land with no vegetation leads to erosion risk and increases the potential risk of damages. In addition, this condition increases the water velocity and leads to land scour as well as landslide. Good coordination among stakeholders such as the related institutions, private sectors, and local community is strongly required in preventing the floods. Furthermore, flood control should be conducted comprehensively involving multidisciplinary approach, and taking into account of some aspects such as technical, social, law, economic, and environmental. Therefore, cooperation and coordination among stakeholders is definitely needed in order to achieve integrated and sustainable flood management.
Floods are natural disasters that the activities have disturbed human in all sectors. Floods can happen naturally or often caused by human activities where the human less concerned with nature as throwing garbage in the river / sewer, building projects around the beach which causes abrasion, as well as other activities that threaten the ecosystem. In the Semarang City, floods often occurs in low-lying areas or areas around the beach as a result of rising sea water overflow or often called "rob".
Banjir adalah aliran Air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana saja.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Salsabilla Firdaus Rahma Putri, 2020
Denji Tiansani Akhmalia, 2019
CASE ANALISIS_HUKUM LINGKUNGAN_INGE WIDYA PP_8111416082_ROMBEL 7
ABIATA BANJARNAHOR, 2022